Bajaj Pulsar 220F, atau yang sering dijuluki "Si Banteng" di masanya, adalah motor yang legendaris di kancah otomotif Indonesia. Dikenal karena mesinnya yang tangguh, performa lumayan untuk kelasnya, serta fitur lampu proyektor yang revolusioner saat pertama kali hadir. Namun, layaknya sebuah produk teknologi, Pulsar 220 juga menyimpan beberapa **kelemahan** yang kerap dikeluhkan oleh para pemiliknya dari waktu ke waktu. Memahami kekurangan ini penting sebelum memutuskan untuk memilikinya, terutama di pasar motor bekas.
Fokus utama dari pembahasan ini adalah mengenai aspek yang sering menjadi pekerjaan rumah pemilik, mulai dari masalah teknis hingga kenyamanan berkendara sehari-hari. Meskipun performa mesinnya masih mumpuni, beberapa aspek desain dan kualitas material menjadi sorotan utama yang mengurangi daya tarik motor ini jika dibandingkan dengan standar motor modern saat ini.
Kelemahan Utama pada Sektor Mesin dan Perawatan
Meskipun basis mesin DTS-i Pulsar terkenal bandel, ada beberapa isu spesifik yang sering muncul seiring bertambahnya usia pakai. Salah satu keluhan paling umum adalah sensitivitas mesin terhadap kualitas bahan bakar.
Masalah Karburator dan Stasioner (Untuk Versi Karburator): Pada varian karburator, setelan gas buang dan idle yang kurang pas dapat menyebabkan motor mudah mati mendadak saat deselerasi atau berhenti lama. Perawatan karburator harus rutin dilakukan.
Getaran Mesin yang Signifikan: Meskipun sudah menggunakan teknologi DTS-i, getaran pada putaran mesin menengah hingga atas masih cukup terasa dibandingkan kompetitor sekelas. Getaran ini dapat mengurangi kenyamanan saat perjalanan jarak jauh.
Konsumsi Oli yang Agak Boros: Beberapa pengguna melaporkan bahwa Pulsar 220 cenderung lebih haus oli dibandingkan motor lain dengan kubikasi serupa, terutama jika usia mesin sudah cukup tua dan ring piston mulai aus.
Kualitas Komponen dan Build Quality
Salah satu aspek yang paling sering dikritik adalah kualitas komponen pendukung yang terasa kurang premium. Hal ini sangat terlihat pada bagian eksterior dan kelistrikan.
Kualitas Plastik Bodi: Material plastik yang digunakan terkesan kurang kokoh. Beberapa komponen bodi samping dan cover lampu mudah kusam atau bahkan retak jika terkena panas berlebih atau benturan ringan.
Kelistrikan yang Rentan: Sistem kelistrikan, terutama yang berkaitan dengan aki dan sistem pengisian daya, sering menjadi biang keladi. Masalah seperti aki cepat tekor atau lampu yang sering putus memang memerlukan perhatian lebih.
Handle Kopling dan Rem Kaku: Tuas kopling dan rem depan pada unit yang sudah berumur cenderung terasa lebih keras atau kurang responsif dibandingkan motor baru, meskipun ini bisa diatasi dengan pelumasan kabel.
Ergonomi dan Fitur Kenyamanan
Sebagai motor semi-sport touring, ergonomi Pulsar 220 tidak sempurna. Postur berkendara yang sedikit menunduk, ditambah dengan dimensi motor yang besar, bisa menjadi PR bagi pengendara bertubuh pendek.
Bobot yang Terasa Berat: Bobot motor ini cukup signifikan, terutama saat harus manuver di kemacetan atau saat memarkirkan motor dengan mendorongnya.
Stang yang Kurang Fleksibel: Handlebar model clip-on yang cenderung rendah menyebabkan posisi tangan sedikit lebih pegal saat digunakan untuk perjalanan yang sangat panjang dibandingkan motor sport touring modern.
Visibilitas Speedometer Digital yang Kurang Optimal di Bawah Terik Matahari: Meskipun speedometer digitalnya futuristik pada zamannya, tampilan informasi seringkali sulit dibaca karena minimnya kontras saat terpapar sinar matahari langsung.
Secara keseluruhan, kelemahan Pulsar 220 sebagian besar berpusat pada usia pakai komponen dan desain yang mulai tertinggal. Namun, bagi penggemar mesin yang tangguh dan suara knalpot yang khas, kekurangan-kekurangan tersebut seringkali dapat ditoleransi asalkan perawatan rutin dilakukan dengan cermat.