Arisan, sebuah kegiatan sosial dan finansial yang mengakar kuat dalam budaya masyarakat, seringkali dipandang sebagai solusi menabung cerdas atau ajang silaturahmi. Namun, di balik keseruan pengocokan nama dan pertemuan rutin, tersimpan berbagai potensi kerugian yang jarang dibahas secara terbuka. Memahami risiko ini sangat krusial sebelum memutuskan untuk bergabung atau bahkan membentuk sebuah arisan.
Ini adalah kerugian paling nyata dan paling ditakuti dalam dunia arisan. Ketika giliran Anda mendapatkan hak mengumpulkan dana (uang), namun salah satu anggota menolak atau tidak mampu membayar sisa iuran, seluruh sistem terancam runtuh. Jika arisan dilaksanakan tanpa ikatan hukum yang mengikat secara formal, upaya penagihan seringkali berakhir buntu, membuat anggota yang sudah membayar sebelumnya menanggung kerugian.
Uang yang Anda setor setiap bulan dalam arisan—katakanlah Rp 500.000—akan tertahan selama periode tertentu sebelum Anda terima kembali. Selama periode tersebut, dana tersebut seharusnya bisa Anda investasikan di instrumen yang memberikan imbal hasil lebih tinggi, misalnya deposito atau reksa dana. Kerugian di sini bersifat opportunity cost. Jika arisan berjalan 10 bulan, dana yang Anda "pinjamkan" secara efektif tidak menghasilkan apa-apa bagi Anda (kecuali Anda mendapat giliran di awal).
Arisan tradisional beroperasi berdasarkan nilai nominal uang saat ini. Jika arisan Anda memiliki jangka waktu panjang (misalnya 2 tahun), nilai uang yang Anda terima di akhir periode tentu sudah tergerus oleh inflasi. Uang yang Anda kumpulkan hari ini bernilai lebih besar dibandingkan nilai uang yang akan Anda terima di bulan terakhir. Ini adalah bentuk kerugian finansial yang sifatnya pasti terjadi seiring waktu.
Arisan bukan hanya soal uang, tetapi juga hubungan sosial. Ketika terjadi masalah pembayaran, ikatan pertemanan atau kekeluargaan seringkali menjadi korban. Anggota yang menunggak merasa malu dan tertekan, sementara anggota yang berhak menerima dana merasa kecewa dan terkhianati. Kerugian ini seringkali lebih menyakitkan daripada kerugian materi karena merusak jalinan silaturahmi.
Banyak arisan dijalankan hanya berdasarkan kepercayaan dan catatan sederhana (buku kas manual). Kurangnya transparansi dalam pembukuan, pencatatan pembayaran, atau bahkan cara penentuan pemenang (jika menggunakan sistem kocok atau lelang) dapat menimbulkan kecurigaan. Kesalahan administrasi kecil yang berulang dapat menyebabkan ketidakseimbangan yang tidak disadari oleh anggota.
Dalam konteks yang lebih ekstrem, terutama yang dilakukan secara daring atau oleh orang yang kurang dikenal, ada risiko arisan tersebut merupakan skema penipuan (ponzi). Penyelenggara mengumpulkan dana dari banyak pihak dengan janji pengembalian besar, namun setelah dana terkumpul cukup banyak, mereka menghilang. Arisan bodong adalah kerugian total tanpa ada kemungkinan pengembalian dana.
Berbeda dengan pinjaman bank atau dana darurat pribadi, uang arisan seringkali terikat pada tujuan tertentu yang telah disepakati kelompok (misalnya, membeli perhiasan atau DP rumah). Jika di tengah periode berjalan Anda membutuhkan dana tersebut untuk keperluan mendesak yang berbeda, Anda seringkali tidak bisa mencairkannya secara cepat atau harus menjual hak Anda kepada anggota lain dengan harga diskon besar.
Kesimpulannya, arisan adalah alat finansial yang dapat bermanfaat jika dikelola dengan hati-hati dan dilaksanakan dalam lingkungan yang sangat terpercaya. Namun, kerugian yang mungkin timbul, mulai dari risiko gagal bayar hingga hilangnya potensi keuntungan investasi, menuntut setiap calon peserta untuk menimbang baik-baik sebelum memasukkan dana ke dalam sistem informal ini.