Tekanan darah adalah indikator vital kesehatan kardiovaskular kita. Ketika kita mengukur tekanan darah, kita selalu melihat dua angka, misalnya 120/80 mmHg. Angka ini mewakili dua fase krusial dalam siklus detak jantung: sistole dan diastole. Memahami perbedaan antara kedua fase ini sangat penting untuk menginterpretasikan hasil pemeriksaan tekanan darah dan menjaga kesehatan jantung secara keseluruhan.
Ilustrasi sederhana siklus tekanan darah.
Sistole (atau tekanan sistolik) adalah fase ketika jantung, khususnya ventrikel kiri, berkontraksi secara kuat. Kontraksi ini bertujuan untuk memompa darah kaya oksigen keluar dari jantung, menuju seluruh arteri di tubuh. Angka sistolik adalah tekanan tertinggi yang tercatat dalam pembuluh darah selama detak jantung. Dalam pengukuran 120/80 mmHg, angka 120 adalah tekanan sistolik. Jantung harus bekerja keras pada fase ini, sehingga tekanan darah akan mencapai titik maksimalnya. Jika tekanan sistolik terlalu tinggi (hipertensi sistolik), ini bisa menjadi indikasi adanya kekakuan pada pembuluh darah arteri besar.
Berlawanan dengan sistole, diastole adalah fase ketika jantung berelaksasi atau beristirahat di antara dua detak. Selama diastole, ventrikel jantung terisi kembali dengan darah yang kembali dari pembuluh vena (darah deoksigenasi masuk ke atrium kanan, darah yang sudah beroksigenasi kembali ke atrium kiri). Diastole adalah waktu yang krusial bagi miokardium (otot jantung) untuk mendapatkan suplai darahnya sendiri melalui arteri koroner. Tekanan diastolik, yaitu angka kedua dalam pembacaan tekanan darah (80 dalam 120/80 mmHg), merepresentasikan tekanan terendah dalam arteri saat jantung sedang beristirahat. Tekanan diastolik yang tinggi sering kali mengindikasikan resistensi perifer yang tinggi, artinya pembuluh darah kecil mungkin menyempit.
Perbedaan fundamental antara sistole dan diastole terletak pada aktivitas otot jantung dan peranannya dalam sirkulasi darah:
Meskipun keduanya terjadi dalam hitungan milidetik dan merupakan bagian dari satu siklus detak yang berulang, penting bagi dokter untuk mengevaluasi kedua nilai tersebut. Sebagai contoh, pada individu muda, tekanan diastolik cenderung lebih dominan, sementara pada lansia, karena kekakuan pembuluh darah, tekanan sistolik seringkali menjadi angka yang lebih mengkhawatirkan.
Tekanan darah yang sehat adalah keseimbangan antara fase pemompaan dan fase istirahat. Tekanan sistolik yang kronis tinggi (di atas 140 mmHg) dapat merusak dinding arteri secara bertahap, meningkatkan risiko stroke dan serangan jantung. Di sisi lain, tekanan diastolik yang tinggi (di atas 90 mmHg) menunjukkan bahwa jantung terus-menerus berjuang melawan resistensi tinggi saat mencoba mengisi ulang. Jantung yang terus-menerus bekerja dalam kondisi istirahat yang tertekan akan cepat mengalami kelelahan.
Mengelola berat badan, mengurangi asupan garam, berolahraga teratur, dan mengelola stres adalah langkah-langkah yang terbukti efektif dalam menormalkan baik tekanan sistolik maupun diastolik. Jangan pernah mengabaikan salah satu angka, karena keduanya adalah cerminan langsung dari efisiensi sistem peredaran darah Anda. Dengan pemahaman yang baik mengenai perbedaan sistole dan diastole, Anda dapat lebih proaktif dalam memantau dan memelihara kesehatan jantung Anda.