Ilustrasi visualisasi tekanan darah
Tekanan darah merupakan salah satu indikator kesehatan kardiovaskular yang paling fundamental. Pengukuran ini mencerminkan seberapa keras jantung harus memompa darah untuk mengedarkannya ke seluruh tubuh, dan bagaimana resistensi pembuluh darah terhadap aliran tersebut. Secara umum, **tekanan darah dikatakan tinggi apabila** angkanya secara konsisten melampaui batas normal yang ditetapkan oleh pedoman medis. Memahami batasan ini sangat krusial karena tekanan darah tinggi, atau hipertensi, sering disebut sebagai "pembunuh senyap" (silent killer) karena dampaknya yang merusak organ internal seringkali tidak menimbulkan gejala yang jelas pada tahap awal.
Pengukuran tekanan darah selalu melibatkan dua angka, yang dicatat dalam milimeter merkuri (mmHg):
Ketika dokter atau tenaga medis menyatakan bahwa tekanan darah dikatakan tinggi apabila pembacaan sistolik dan/atau diastolik mencapai atau melebihi ambang batas tertentu, hal ini merujuk pada klasifikasi yang terstandardisasi.
Standar klasifikasi tekanan darah dapat sedikit bervariasi tergantung pada otoritas kesehatan (misalnya, American Heart Association/AHA atau European Society of Cardiology/ESC), namun secara umum, kategori berikut banyak digunakan untuk dewasa:
| Kategori | Tekanan Sistolik (mmHg) | dan/atau | Tekanan Diastolik (mmHg) |
|---|---|---|---|
| Normal | < 120 | dan | < 80 |
| Elevated (Meningkat) | 120 – 129 | dan | < 80 |
| Hipertensi Stadium 1 | 130 – 139 | atau | 80 – 89 |
| Hipertensi Stadium 2 | ≥ 140 | atau | ≥ 90 |
| Krisis Hipertensi | > 180 | dan/atau | > 120 |
Secara definitif, tekanan darah dikatakan tinggi apabila pembacaan tekanan darah sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik mencapai 90 mmHg atau lebih. Ini menandakan masuknya seseorang dalam kategori Hipertensi Stadium 2, yang memerlukan perhatian medis segera dan seringkali intervensi pengobatan.
Ambang batas 140/90 mmHg bukanlah angka yang dipilih secara sembarangan. Studi epidemiologi jangka panjang menunjukkan bahwa ketika tekanan darah seseorang secara konsisten berada di atas level ini, risiko kerusakan organ target—termasuk jantung, otak, ginjal, dan mata—meningkat secara eksponensial. Tekanan tinggi kronis menyebabkan dinding arteri menjadi kaku dan kurang elastis, memaksa jantung bekerja lebih keras setiap saat. Kerusakan ini dapat berujung pada komplikasi serius seperti serangan jantung, stroke, gagal jantung kongestif, dan penyakit ginjal kronis.
Penting untuk dicatat bahwa diagnosis hipertensi tidak didasarkan pada satu kali pengukuran saja. Tekanan darah seseorang dapat berfluktuasi karena stres, aktivitas fisik, atau bahkan kecemasan saat berada di klinik (fenomena yang dikenal sebagai white coat hypertension). Oleh karena itu, diagnosis pasti ditegakkan setelah beberapa kali pengukuran pada waktu yang berbeda menunjukkan angka di atas batas normal.
Meskipun pedoman umum sering digunakan, beberapa kelompok populasi mungkin memiliki target tekanan darah yang sedikit berbeda. Misalnya, pada lansia, tujuan penanganan mungkin sedikit lebih fleksibel untuk menghindari risiko hipotensi ortostatik (penurunan tekanan saat berdiri) yang dapat menyebabkan jatuh. Namun, secara umum, para ahli kesehatan mendorong target tekanan darah di bawah 130/80 mmHg bagi individu dengan penyakit penyerta seperti diabetes atau penyakit ginjal kronis, karena kelompok ini memiliki risiko komplikasi kardiovaskular yang jauh lebih tinggi.
Jika hasil pengukuran menunjukkan bahwa tekanan darah dikatakan tinggi (terutama jika mencapai Stadium 1 atau lebih), langkah pertama adalah konsultasi dengan dokter. Perubahan gaya hidup adalah fondasi utama penanganan hipertensi. Ini meliputi:
Jika perubahan gaya hidup tidak cukup untuk menurunkan angka di bawah batas aman, dokter biasanya akan meresepkan obat antihipertensi untuk membantu mengelola kondisi ini secara efektif dan mencegah komplikasi jangka panjang.