Asmaul Husna: 99 Nama Terindah Milik Allah

Mengenal, Memahami, dan Meneladani Sifat-Sifat-Nya

Memaknai Asmaul Husna dalam Kehidupan

Asmaul Husna adalah nama-nama indah dan agung yang dimiliki oleh Allah SWT. Istilah ini berasal dari bahasa Arab, "Asma" yang berarti nama-nama, dan "Husna" yang berarti yang paling baik atau indah. Jadi, Asmaul Husna secara harfiah berarti nama-nama yang paling baik. Jumlahnya yang masyhur adalah 99, sebagaimana disebutkan dalam hadis, meskipun para ulama berpendapat bahwa nama dan sifat Allah tidak terbatas pada jumlah tersebut.

Mengenal Asmaul Husna bukan sekadar menghafal 99 nama tersebut. Lebih dari itu, ia adalah sebuah perjalanan spiritual untuk mengenal Sang Pencipta melalui sifat-sifat-Nya yang sempurna. Setiap nama membuka jendela pemahaman tentang keagungan, kekuasaan, kasih sayang, dan keadilan Allah. Dengan merenungkan setiap nama, seorang hamba dapat merasakan kedekatan yang lebih mendalam dengan Tuhannya, menumbuhkan rasa cinta, takut, dan harap kepada-Nya.

"Hanya milik Allah Asmaul Husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asmaul Husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan." (QS. Al-A'raf: 180)

Ayat ini menegaskan pentingnya berdoa dan berinteraksi dengan Allah melalui nama-nama-Nya yang indah. Ketika kita meminta rezeki, kita memanggil "Yaa Razzaq". Ketika kita memohon ampunan, kita berseru "Yaa Ghaffar, Yaa Ghafur". Dengan demikian, doa kita menjadi lebih spesifik, lebih khusyuk, dan lebih menyentuh esensi dari apa yang kita butuhkan. Artikel ini akan mengupas satu per satu dari 99 Asmaul Husna, lengkap dengan tulisan Arab, transliterasi Latin, arti, serta penjelasan mendalam untuk membantu kita semua meresapi maknanya dalam kehidupan sehari-hari.

1.

الرَّحْمَنُ

Ar-Rahman: Yang Maha Pengasih

Ar-Rahman adalah nama yang menunjukkan kasih sayang Allah yang melimpah ruah dan mencakup seluruh makhluk-Nya tanpa terkecuali, baik yang beriman maupun yang tidak. Kasih sayang-Nya dalam sifat Ar-Rahman ini terwujud di dunia dalam bentuk penciptaan, pemberian rezeki, kesehatan, udara untuk bernapas, dan segala nikmat yang dirasakan oleh semua ciptaan. Sifat ini tidak memandang ketaatan atau kedurhakaan. Matahari terbit untuk semua orang, hujan turun membasahi bumi untuk semua makhluk. Inilah manifestasi dari Ar-Rahman, kasih sayang yang bersifat universal dan tanpa batas di kehidupan dunia.

2.

الرَّحِيمُ

Ar-Rahim: Yang Maha Penyayang

Berbeda dengan Ar-Rahman, Ar-Rahim adalah sifat kasih sayang Allah yang khusus diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman di akhirat kelak. Jika Ar-Rahman adalah kasih sayang-Nya di dunia, maka Ar-Rahim adalah puncak kasih sayang-Nya yang akan dinikmati secara abadi oleh orang-orang mukmin di surga. Ini adalah bentuk balasan atas keimanan dan ketaatan mereka selama di dunia. Kasih sayang ini lebih spesifik, mendalam, dan abadi. Penyebutan Ar-Rahman dan Ar-Rahim secara beriringan dalam Basmalah menunjukkan betapa luas dan dalamnya rahmat Allah, yang mencakup dunia dan akhirat.

3.

الْمَلِكُ

Al-Malik: Yang Maha Merajai / Menguasai

Al-Malik berarti Allah adalah Raja yang sesungguhnya, Pemilik mutlak dari segala kerajaan di langit dan di bumi. Kekuasaan-Nya tidak terbatas oleh waktu, tempat, atau apapun. Raja-raja di dunia hanya memiliki kekuasaan sementara dan terbatas, sedangkan kekuasaan Allah adalah abadi dan absolut. Dia mengatur segala urusan kerajaan-Nya sesuai kehendak-Nya tanpa butuh pertolongan atau takut pada siapapun. Memahami nama ini membuat seorang hamba menyadari bahwa segala kekuasaan, jabatan, dan kepemilikan di dunia ini hanyalah titipan yang fana, dan hanya kepada Raja sejati kita harus tunduk dan patuh.

4.

الْقُدُّوسُ

Al-Quddus: Yang Maha Suci

Al-Quddus berarti Allah Maha Suci dari segala bentuk kekurangan, aib, kesalahan, dan segala sifat yang tidak layak bagi keagungan-Nya. Kesucian-Nya adalah kesucian yang mutlak, tidak seperti kesucian makhluk yang bersifat relatif dan sementara. Dia suci dari sifat-sifat buruk, suci dari kebutuhan terhadap makhluk, dan suci dari perumpamaan atau penyerupaan dengan ciptaan-Nya. Merenungi nama Al-Quddus mendorong kita untuk senantiasa menyucikan hati dan pikiran dari hal-hal yang kotor dan negatif, serta berusaha menjaga kesucian dalam perkataan dan perbuatan, sebagai bentuk penghambaan kepada Zat Yang Maha Suci.

5.

السَّلَامُ

As-Salam: Yang Maha Memberi Kesejahteraan

As-Salam memiliki dua makna utama. Pertama, Allah adalah Zat yang selamat (suci) dari segala aib dan kekurangan. Kedua, Dia adalah sumber segala kedamaian dan keselamatan bagi makhluk-Nya. Dari-Nyalah datangnya rasa aman, ketenangan jiwa, dan kesejahteraan hidup. Surga disebut "Dar As-Salam" (Negeri Kedamaian) karena di sanalah puncak manifestasi dari sifat As-Salam ini, di mana tidak ada lagi rasa takut, kesedihan, atau permusuhan. Dengan berdzikir "Yaa Salam", kita memohon kepada-Nya agar dianugerahi kedamaian hati dan diselamatkan dari segala marabahaya di dunia dan akhirat.

6.

الْمُؤْمِنُ

Al-Mu'min: Yang Maha Memberi Keamanan

Al-Mu'min berarti Allah adalah sumber keamanan dan pembenar janji-janji-Nya. Dia memberikan rasa aman kepada hamba-hamba-Nya dari rasa takut dan dari kezaliman. Dialah yang menenangkan hati para nabi dan orang-orang beriman di saat-saat genting. Selain itu, Al-Mu'min juga berarti Allah adalah Zat yang membenarkan kebenaran para rasul-Nya dengan mukjizat dan membenarkan keimanan hamba-Nya dengan memberikan pahala. Kepercayaan kita kepada janji-janji Allah (pahala bagi yang taat dan siksa bagi yang ingkar) adalah karena Dia adalah Al-Mu'min, yang tidak pernah mengingkari janji-Nya.

7.

الْمُهَيْمِنُ

Al-Muhaimin: Yang Maha Memelihara

Al-Muhaimin berarti Allah adalah Pemelihara, Pengawas, dan Penjaga segala sesuatu. Pengawasan-Nya meliputi seluruh alam semesta, tidak ada satupun daun yang jatuh atau bisikan hati yang luput dari pengetahuan dan pengawasan-Nya. Dia menjaga makhluk-Nya, mengatur urusan mereka, dan menjadi saksi atas segala perbuatan mereka. Memahami sifat ini menumbuhkan rasa mawas diri (muraqabah) dalam diri seorang hamba, karena ia sadar bahwa setiap gerak-geriknya selalu berada di bawah pengawasan Allah Yang Maha Memelihara.

8.

الْعَزِيزُ

Al-'Aziz: Yang Maha Perkasa

Al-'Aziz menunjukkan keperkasaan dan kemuliaan Allah yang tidak terkalahkan. Dia memiliki kekuatan absolut yang tidak dapat ditandingi oleh siapapun. Keperkasaan-Nya bukanlah keperkasaan yang sewenang-wenang, melainkan keperkasaan yang diiringi dengan kebijaksanaan (Al-Hakim) dan kasih sayang (Ar-Rahim). Tidak ada yang dapat menghalangi kehendak-Nya dan tidak ada yang dapat menolak ketetapan-Nya. Sifat ini memberikan kekuatan bagi orang beriman bahwa mereka memiliki sandaran yang Maha Perkasa, dan memberikan peringatan bagi orang yang sombong bahwa keperkasaan mereka tidak ada artinya di hadapan Al-'Aziz.

9.

الْجَبَّارُ

Al-Jabbar: Yang Memiliki Mutlak Kegagahan

Al-Jabbar memiliki makna yang kaya. Pertama, Dia Maha Perkasa yang menundukkan segala sesuatu di bawah kehendak-Nya. Kedua, Dia Maha Memperbaiki, yang "menambal" kekurangan dan kelemahan hamba-Nya. Dia memperbaiki hati yang hancur, menolong yang lemah, dan mencukupi yang kekurangan. Ketiga, Dia Maha Tinggi yang tidak terjangkau oleh siapapun. Kehendak-Nya pasti terlaksana. Sifat ini mengajarkan kita untuk pasrah pada kehendak-Nya dan hanya memohon pertolongan kepada-Nya saat kita merasa hancur dan tak berdaya.

10.

الْمُتَكَبِّرُ

Al-Mutakabbir: Yang Maha Megah

Al-Mutakabbir berarti Yang Memiliki Segala Kebesaran dan Keagungan. Sifat sombong atau takabbur hanya pantas dimiliki oleh Allah SWT, karena Dialah yang benar-benar Maha Besar. Kesombongan pada makhluk adalah sifat tercela karena mereka pada hakikatnya kecil dan lemah. Namun bagi Allah, Al-Mutakabbir adalah sifat kesempurnaan yang menunjukkan keagungan-Nya di atas segala sesuatu. Sifat ini menyadarkan manusia akan kecilnya dirinya dan mengajarkan untuk senantiasa bersikap rendah hati (tawadhu') di hadapan Allah dan sesama makhluk.

11.

الْخَالِقُ

Al-Khaliq: Yang Maha Pencipta

Al-Khaliq adalah Pencipta yang menciptakan segala sesuatu dari ketiadaan. Penciptaan-Nya sempurna, terukur, dan memiliki tujuan. Dia menciptakan alam semesta dengan segala isinya tanpa contoh sebelumnya. Memahami nama Al-Khaliq membuat kita takjub akan keindahan dan kompleksitas ciptaan-Nya, mulai dari galaksi yang maha luas hingga mikroorganisme terkecil. Hal ini seharusnya menuntun kita pada satu kesimpulan: hanya Pencipta yang Maha Agung inilah yang layak untuk disembah.

12.

الْبَارِئُ

Al-Bari': Yang Maha Melepaskan

Al-Bari' memiliki makna yang lebih spesifik dari Al-Khaliq. Jika Al-Khaliq adalah penciptaan dari ketiadaan, maka Al-Bari' adalah proses mengadakan, membentuk, dan melepaskan ciptaan itu menjadi ada dalam bentuk yang seimbang dan harmonis, tanpa cacat. Dia menciptakan manusia dalam bentuk yang sempurna (ahsani taqwim), setiap organ berfungsi sesuai tugasnya, menciptakan keseimbangan dalam ekosistem. Nama ini menunjukkan kehebatan Allah dalam merealisasikan takdir penciptaan menjadi wujud nyata yang teratur dan serasi.

13.

الْمُصَوِّرُ

Al-Mushawwir: Yang Maha Membentuk Rupa

Al-Mushawwir adalah Zat yang memberikan bentuk dan rupa (shurah) pada setiap ciptaan-Nya. Dia membentuk rupa janin di dalam rahim, memberikan ciri khas pada setiap wajah manusia sehingga tidak ada yang sama persis, dan memberikan bentuk yang unik pada setiap spesies makhluk hidup. Keanekaragaman bentuk, warna, dan rupa di alam semesta ini adalah bukti keagungan Al-Mushawwir. Nama ini mengajarkan kita untuk bersyukur atas rupa yang telah Allah berikan dan tidak mencela ciptaan-Nya.

14.

الْغَفَّارُ

Al-Ghaffar: Yang Maha Pengampun

Al-Ghaffar berasal dari kata "ghafara" yang berarti menutupi. Allah Al-Ghaffar adalah Zat yang senantiasa menutupi dosa-dosa hamba-Nya dan memberikan ampunan-Nya secara terus-menerus. Tidak peduli seberapa besar dosa seorang hamba, selama ia mau bertaubat dengan tulus, pintu ampunan Al-Ghaffar selalu terbuka lebar. Sifat ini memberikan harapan besar bagi para pendosa untuk kembali ke jalan yang benar dan tidak berputus asa dari rahmat Allah. Dia menutupi aib kita di dunia dan mengampuni kesalahan kita di akhirat.

15.

الْقَهَّارُ

Al-Qahhar: Yang Maha Memaksa

Al-Qahhar adalah Zat yang menundukkan dan mengalahkan segala sesuatu dengan kekuasaan-Nya. Seluruh makhluk, baik yang taat maupun yang durhaka, berada di bawah paksaan (qahr) kehendak-Nya. Tidak ada yang bisa lari dari takdir dan kekuasaan-Nya. Kematian adalah salah satu manifestasi terbesar dari sifat Al-Qahhar, di mana raja yang paling berkuasa sekalipun tidak dapat menolaknya. Nama ini menanamkan rasa takut dan ketundukan total kepada Allah, karena Dialah yang menguasai dan menaklukkan segalanya.

16.

الْوَهَّابُ

Al-Wahhab: Yang Maha Pemberi Karunia

Al-Wahhab adalah Dzat yang Maha Memberi karunia dan anugerah kepada hamba-hamba-Nya tanpa meminta imbalan apapun. Pemberian-Nya sangat luas, terus-menerus, dan mencakup segala kebutuhan makhluk. Dia memberi tanpa diminta, dan memberi lebih dari apa yang diminta. Dia memberi hidayah, kesehatan, ilmu, dan rezeki. Merenungi nama Al-Wahhab mengajarkan kita untuk menjadi pribadi yang dermawan dan suka memberi, meneladani sifat Allah dalam kapasitas kita sebagai manusia.

17.

الرَّزَّاقُ

Ar-Razzaq: Yang Maha Pemberi Rezeki

Ar-Razzaq adalah satu-satunya sumber rezeki bagi seluruh makhluk di alam semesta. Rezeki tidak hanya terbatas pada materi seperti makanan dan harta, tetapi juga mencakup hal-hal non-materi seperti kesehatan, ilmu pengetahuan, keimanan, ketenangan jiwa, dan keluarga yang harmonis. Allah telah menjamin rezeki bagi setiap ciptaan-Nya, bahkan seekor cacing di dalam tanah. Memahami nama ini membebaskan kita dari kekhawatiran berlebihan akan rezeki dan mengajarkan kita untuk berusaha (ikhtiar) sambil bertawakal kepada Sang Maha Pemberi Rezeki.

18.

الْفَتَّاحُ

Al-Fattah: Yang Maha Pembuka Rahmat

Al-Fattah adalah Dzat yang membuka segala pintu kebaikan, rahmat, dan solusi atas segala permasalahan. Dia membuka pintu rezeki yang tertutup, membuka hati yang terkunci untuk menerima hidayah, memberikan kemenangan bagi hamba-Nya yang berjuang di jalan-Nya, dan membuka jalan keluar dari setiap kesulitan. Ketika semua pintu terasa tertutup, seorang mukmin akan berpaling kepada Al-Fattah, karena hanya Dialah yang memiliki kunci segala perbendaharaan langit dan bumi.

19.

الْعَلِيمُ

Al-'Alim: Yang Maha Mengetahui

Al-'Alim berarti Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. Ilmu-Nya meliputi yang tampak dan yang tersembunyi, yang telah terjadi, yang sedang terjadi, dan yang akan terjadi. Tidak ada satupun yang luput dari pengetahuan-Nya, bahkan niat yang terbesit di dalam hati. Ilmu Allah bersifat azali (tanpa awal) dan abadi (tanpa akhir), tidak didahului oleh kebodohan dan tidak akan diliputi kelupaan. Kesadaran bahwa Allah Maha Mengetahui segala perbuatan kita akan mendorong kita untuk selalu berbuat baik meskipun tidak dilihat oleh manusia.

20.

الْقَابِضُ

Al-Qabidh: Yang Maha Menyempitkan

Al-Qabidh adalah Dzat yang Maha Menyempitkan atau menahan rezeki, rahmat, atau bahkan mencabut nyawa sesuai dengan kehendak dan kebijaksanaan-Nya. Sifat ini tidak boleh dipandang secara negatif, karena penyempitan yang dilakukan-Nya selalu mengandung hikmah yang mendalam. Terkadang, Allah menyempitkan rezeki seorang hamba untuk mengujinya, untuk melindunginya dari kesombongan, atau untuk mengingatkannya agar kembali kepada-Nya. Nama ini sering disebut bersama pasangannya, Al-Basith (Yang Maha Melapangkan), untuk menunjukkan keseimbangan dalam kekuasaan Allah.

21.

الْبَاسِطُ

Al-Basith: Yang Maha Melapangkan

Al-Basith adalah Dzat yang Maha Melapangkan rezeki dan rahmat-Nya bagi siapa saja yang Dia kehendaki. Dia melapangkan hati yang sempit menjadi lapang, melapangkan rezeki yang sulit menjadi mudah, dan melapangkan ilmu bagi orang yang menuntutnya. Kelapangan dari Allah adalah anugerah yang harus disyukuri. Sifat Al-Qabidh dan Al-Basith mengajarkan kita bahwa kondisi lapang dan sempit adalah bagian dari ujian kehidupan. Dalam kesempitan kita bersabar, dan dalam kelapangan kita bersyukur.

22.

الْخَافِضُ

Al-Khafidh: Yang Maha Merendahkan

Al-Khafidh adalah Dzat yang merendahkan derajat orang-orang yang sombong, durhaka, dan menentang perintah-Nya. Dia merendahkan mereka di dunia dengan kehinaan atau di akhirat dengan siksa neraka. Perendahan ini adalah bentuk keadilan-Nya. Nama ini menjadi peringatan bagi manusia agar tidak meninggikan diri, karena Allah-lah yang berkuasa merendahkan siapa pun yang Dia kehendaki. Sifat ini juga sering dipasangkan dengan Ar-Rafi' (Yang Maha Meninggikan).

23.

الرَّافِعُ

Ar-Rafi': Yang Maha Meninggikan

Ar-Rafi' adalah Dzat yang Maha Meninggikan derajat hamba-hamba-Nya yang beriman, bertakwa, dan berilmu. Dia meninggikan derajat mereka di dunia dengan kemuliaan dan di akhirat dengan surga yang tinggi. Peninggian derajat dari Allah adalah kemuliaan yang hakiki. Pasangan nama Al-Khafidh dan Ar-Rafi' menunjukkan bahwa Allah memegang kendali penuh atas kemuliaan dan kehinaan seorang hamba, yang semuanya didasarkan pada keadilan dan kebijaksanaan-Nya.

24.

الْمُعِزُّ

Al-Mu'izz: Yang Maha Memuliakan

Al-Mu'izz adalah Dzat yang memberikan kemuliaan ('izzah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Kemuliaan sejati hanya datang dari Allah, bukan dari harta, jabatan, atau keturunan. Dia memuliakan para nabi, para wali, dan orang-orang yang taat kepada-Nya. Kemuliaan yang berasal dari-Nya adalah kemuliaan yang abadi dan tidak akan lekang oleh waktu. Barangsiapa mencari kemuliaan selain dari Allah, maka ia akan menemukan kehinaan.

25.

الْمُذِلُّ

Al-Mudzill: Yang Maha Menghinakan

Al-Mudzill adalah Dzat yang memberikan kehinaan (dzillah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya, yaitu mereka yang menentang dan mengingkari-Nya. Kehinaan ini adalah balasan atas kesombongan dan kedurhakaan mereka. Seperti halnya Al-Mu'izz, sifat ini menunjukkan bahwa sumber kemuliaan dan kehinaan mutlak berada di tangan Allah. Hal ini mengajarkan kita untuk selalu mencari perlindungan kepada Allah dari kehinaan di dunia dan di akhirat.

26.

السَّمِيعُ

As-Sami': Yang Maha Mendengar

As-Sami' berarti Allah Maha Mendengar segala sesuatu. Pendengaran-Nya tidak terbatas oleh jarak, volume, atau bahasa. Dia mendengar bisikan hati, rintihan doa di tengah malam, suara langkah semut hitam di atas batu hitam di malam yang kelam. Tidak ada satu suara pun di alam semesta ini yang luput dari pendengaran-Nya. Kesadaran akan sifat ini membuat kita lebih berhati-hati dalam berucap dan lebih yakin bahwa setiap doa yang kita panjatkan pasti didengar oleh-Nya.

27.

الْبَصِيرُ

Al-Bashir: Yang Maha Melihat

Al-Bashir berarti Allah Maha Melihat segala sesuatu, baik yang tampak maupun yang tersembunyi. Penglihatan-Nya menembus kegelapan pekat dan tidak terhalang oleh apapun. Dia melihat perbuatan hamba-Nya yang dilakukan di tempat tersembunyi sekalipun. Sifat Al-Bashir, bersama dengan As-Sami' dan Al-'Alim, membangun fondasi muraqabah (rasa diawasi Allah), yang menjadi benteng dari perbuatan maksiat dan pendorong untuk senantiasa berbuat kebaikan.

28.

الْحَكَمُ

Al-Hakam: Yang Maha Menetapkan Hukum

Al-Hakam adalah Hakim yang paling adil. Hukum dan ketetapan-Nya adalah yang terbaik dan paling sempurna. Dia menetapkan hukum syariat di dunia dan akan menjadi Hakim Tunggal pada hari kiamat. Keputusan-Nya tidak dapat diganggu gugat dan tidak akan pernah mengandung kezaliman sedikit pun. Keputusan-Nya didasarkan pada ilmu-Nya yang tak terbatas dan keadilan-Nya yang mutlak. Seorang mukmin akan ridha dan tunduk pada setiap hukum dan ketetapan dari Al-Hakam.

29.

الْعَدْلُ

Al-'Adl: Yang Maha Adil

Al-'Adl berarti Allah adalah Dzat yang Maha Adil. Keadilan-Nya sempurna dalam segala hal: dalam penciptaan-Nya, dalam syariat-Nya, dan dalam pembalasan-Nya. Dia tidak pernah berbuat zalim kepada hamba-Nya. Setiap perbuatan, sekecil apapun, akan mendapatkan balasan yang setimpal. Terkadang, hikmah di balik suatu peristiwa tidak langsung kita pahami, namun keyakinan bahwa Allah adalah Al-'Adl menenangkan hati bahwa tidak ada satu pun ketetapan-Nya yang sia-sia atau tidak adil.

30.

اللَّطِيفُ

Al-Lathif: Yang Maha Lembut

Al-Lathif memiliki dua makna utama. Pertama, Maha Halus dan Lembut, di mana ilmu-Nya menjangkau hal-hal yang paling tersembunyi dan detil. Kedua, Maha Lembut dalam perlakuan-Nya kepada hamba-Nya. Dia memberikan rezeki dan pertolongan dari arah yang tidak terduga, dengan cara yang sangat halus. Dia mendatangkan ujian yang disisipi dengan kemudahan. Kelembutan-Nya terasa dalam setiap nikmat yang seringkali kita lupakan. Merenungi nama Al-Lathif membuat kita lebih peka terhadap kasih sayang Allah yang tersembunyi.

31.

الْخَبِيرُ

Al-Khabir: Yang Maha Mengetahui Rahasia

Al-Khabir berarti Allah Maha Mengetahui segala berita dan hakikat terdalam dari segala urusan. Pengetahuan-Nya tidak hanya pada aspek lahiriah (seperti Al-'Alim), tetapi juga mencakup aspek batiniah, tersembunyi, dan detail-detailnya. Dia mengetahui apa yang terbaik untuk hamba-Nya, bahkan ketika hamba itu sendiri tidak mengetahuinya. Sifat ini memberikan ketenangan bahwa segala urusan kita berada dalam pengetahuan Dzat yang paling memahami seluk-beluknya.

32.

الْحَلِيمُ

Al-Halim: Yang Maha Penyantun

Al-Halim adalah Dzat yang Maha Penyantun, tidak tergesa-gesa dalam menghukum hamba-Nya yang berbuat dosa. Dia melihat kedurhakaan mereka, namun tetap memberikan rezeki, kesehatan, dan kesempatan untuk bertaubat. Sifat penyantun-Nya memberikan ruang bagi hamba untuk memperbaiki diri. Jika Allah tidak bersifat Al-Halim, niscaya tidak akan ada satu makhluk pun yang tersisa di muka bumi karena dosa-dosa mereka. Sifat ini mengajarkan kita untuk bersikap sabar dan tidak mudah marah kepada orang lain.

33.

الْعَظِيمُ

Al-'Azhim: Yang Maha Agung

Al-'Azhim berarti Yang Maha Agung, yang keagungan-Nya tidak dapat dijangkau oleh akal dan indera manusia. Segala sesuatu selain Dia menjadi kecil dan tidak berarti jika dibandingkan dengan keagungan-Nya. Langit dan bumi beserta isinya berada dalam genggaman kekuasaan-Nya. Kita mengakui keagungan-Nya setiap kali kita ruku' dan sujud dalam shalat dengan mengucapkan "Subhana Rabbiyal 'Azhim" dan "Subhana Rabbiyal A'la".

34.

الْغَفُورُ

Al-Ghafur: Yang Maha Memberi Pengampunan

Al-Ghafur, seperti Al-Ghaffar, berarti Maha Pengampun. Namun, Al-Ghafur seringkali dikaitkan dengan ampunan yang lebih luas dan sempurna. Dia mengampuni segala jenis dosa, baik besar maupun kecil, selama hamba-Nya mau bertaubat. Nama ini menegaskan betapa luasnya rahmat dan ampunan Allah. Bahkan dosa sebanyak buih di lautan pun akan diampuni oleh Al-Ghafur jika taubatnya tulus. Ini adalah sumber harapan yang tak pernah putus bagi setiap pendosa.

35.

الشَّكُورُ

Asy-Syakur: Yang Maha Pembalas Budi

Asy-Syakur adalah Dzat yang Maha Menghargai dan Membalas setiap amalan kebaikan hamba-Nya, sekecil apapun itu, dengan balasan yang berlipat ganda. Dia tidak menyia-nyiakan amal hamba-Nya. Jika seorang hamba bersyukur atas nikmat-Nya, Dia akan menambah nikmat tersebut. Sifat ini mengajarkan kita untuk tidak pernah meremehkan perbuatan baik sekecil apapun, karena di sisi Allah Yang Maha Asy-Syakur, semuanya memiliki nilai yang besar.

36.

الْعَلِيُّ

Al-'Aliy: Yang Maha Tinggi

Al-'Aliy berarti Allah Maha Tinggi dalam segala aspek. Tinggi Dzat-Nya di atas 'Arsy, tinggi kedudukan dan sifat-sifat-Nya dari segala kekurangan, dan tinggi kekuasaan-Nya di atas seluruh makhluk. Ketinggian-Nya adalah ketinggian yang mutlak. Tidak ada yang lebih tinggi dari-Nya. Keyakinan akan sifat ini menanamkan pengagungan yang mendalam di hati seorang hamba dan membuatnya merasa rendah di hadapan keagungan Tuhannya.

37.

الْكَبِيرُ

Al-Kabir: Yang Maha Besar

Al-Kabir berarti Allah adalah Dzat Yang Maha Besar, yang segala sesuatu selain-Nya adalah kecil. Kebesaran-Nya mencakup Dzat, sifat, dan perbuatan-Nya. Ungkapan "Allahu Akbar" (Allah Maha Besar) yang kita ucapkan dalam shalat adalah pengakuan akan kebesaran-Nya yang tiada tara, yang membuat segala urusan duniawi terasa kecil dan tidak berarti saat kita menghadap kepada-Nya.

38.

الْحَفِيظُ

Al-Hafizh: Yang Maha Menjaga

Al-Hafizh adalah Dzat yang Maha Menjaga dan Memelihara segala ciptaan-Nya. Dia menjaga langit agar tidak runtuh, menjaga bumi agar stabil, dan menjaga setiap makhluk dari kebinasaan. Dia juga menjaga amal perbuatan hamba-Nya, tidak ada yang hilang atau terlupakan. Lebih khusus lagi, Dia adalah Penjaga bagi hamba-hamba-Nya yang saleh, melindungi mereka dari keburukan dan kesesatan. Berdoa dengan nama ini berarti memohon perlindungan dan penjagaan total dari Allah.

39.

الْمُقِيتُ

Al-Muqit: Yang Maha Pemberi Kecukupan

Al-Muqit adalah Dzat yang memberikan kecukupan makanan dan rezeki kepada seluruh makhluk-Nya sesuai dengan kadar yang dibutuhkan. Dia-lah yang menjamin makanan bagi janin di dalam rahim, anak burung di sarangnya, dan ikan di lautan dalam. Makna lainnya adalah Dia Maha Berkuasa dan Mengawasi segala sesuatu. Dia menjaga dan memberikan apa yang menjadi penopang kehidupan setiap makhluk.

40.

الْحَسِيبُ

Al-Hasib: Yang Maha Membuat Perhitungan

Al-Hasib memiliki dua makna. Pertama, Dia Maha Mencukupi. "Hasbunallah" berarti "Cukuplah Allah bagi kami". Dia adalah pelindung dan penolong yang paling cukup bagi hamba-Nya. Kedua, Dia Maha Membuat Perhitungan. Dia akan menghisab seluruh amal perbuatan manusia di hari kiamat dengan sangat teliti, adil, dan cepat. Tidak ada satu amal pun yang akan terlewat dari perhitungan-Nya. Kesadaran ini mendorong kita untuk selalu berintrospeksi (muhasabah) atas amal kita.

41.

الْجَلِيلُ

Al-Jalil: Yang Maha Luhur

Al-Jalil adalah Dzat yang memiliki sifat-sifat keluhuran dan keagungan. Dia agung dalam Dzat-Nya, mulia dalam sifat-Nya, dan luhur dalam perbuatan-Nya. Keluhuran-Nya menumbuhkan rasa takjub dan pengagungan di dalam hati. Nama ini menekankan aspek kebesaran dan kemuliaan yang mutlak, yang hanya layak disandangkan kepada Allah SWT.

42.

الْكَرِيمُ

Al-Karim: Yang Maha Pemurah

Al-Karim adalah Dzat yang Maha Pemurah. Kemurahan-Nya tidak terbatas. Dia memberi tanpa diminta, memberi sebelum diminta, dan memberi lebih dari yang diminta. Dia memaafkan kesalahan, menutupi aib, dan menepati janji. Berbeda dengan Al-Wahhab yang fokus pada pemberian itu sendiri, Al-Karim menekankan pada sifat kemuliaan dan kedermawanan yang melekat pada Dzat Pemberi. Dia adalah Dzat yang paling mulia dan paling dermawan.

43.

الرَّقِيبُ

Ar-Raqib: Yang Maha Mengawasi

Ar-Raqib adalah Dzat yang Maha Mengawasi, yang tidak pernah lalai atau lengah sedikitpun. Pengawasan-Nya meliputi segala gerak-gerik, ucapan, dan niat hati setiap makhluk. Dia mengawasi tanpa perlu alat atau perantara. Sifat ini sangat erat kaitannya dengan muraqabah. Seorang hamba yang yakin bahwa Ar-Raqib selalu mengawasinya akan merasa malu untuk berbuat maksiat dan akan bersemangat dalam ketaatan.

44.

الْمُجِيبُ

Al-Mujib: Yang Maha Mengabulkan Doa

Al-Mujib adalah Dzat yang Maha Mendengar dan Mengabulkan doa hamba-hamba-Nya. Dia berjanji akan mengabulkan doa siapa saja yang memohon kepada-Nya. Pengabulan doa memiliki berbagai bentuk: bisa jadi dikabulkan persis seperti yang diminta, bisa jadi ditunda untuk waktu yang lebih baik, bisa diganti dengan sesuatu yang lebih baik, atau bisa juga dijadikan sebagai penghapus dosa. Keyakinan pada Al-Mujib membuat kita tidak pernah berhenti berdoa.

45.

الْوَاسِعُ

Al-Wasi': Yang Maha Luas

Al-Wasi' berarti Allah Maha Luas dalam segala hal. Rahmat-Nya luas, ilmu-Nya luas, karunia-Nya luas, ampunan-Nya luas. Kerajaan-Nya meliputi langit dan bumi. Kelapangan-Nya tidak terbatas. Sifat ini memberikan kita pemahaman bahwa kita tidak boleh membatasi keagungan dan kekuasaan Allah dengan pikiran kita yang sempit. Rahmat-Nya lebih luas dari murka-Nya, dan ampunan-Nya lebih luas dari dosa kita.

46.

الْحَكِيمُ

Al-Hakim: Yang Maha Bijaksana

Al-Hakim adalah Dzat yang Maha Bijaksana dalam setiap perbuatan dan ketetapan-Nya. Setiap ciptaan, perintah, dan larangan-Nya mengandung hikmah yang sempurna, baik yang kita ketahui maupun tidak. Dia meletakkan segala sesuatu pada tempatnya yang paling tepat. Tidak ada satupun dalam syariat atau takdir-Nya yang sia-sia. Keyakinan pada kebijaksanaan Allah menumbuhkan rasa pasrah dan ridha atas segala ketetapan-Nya.

47.

الْوَدُودُ

Al-Wadud: Yang Maha Mengasihi

Al-Wadud berarti Dzat yang Maha Mencintai hamba-hamba-Nya yang taat dan dicintai oleh mereka. Cinta-Nya adalah cinta yang murni, aktif, dan penuh kasih sayang. Dia menunjukkan cinta-Nya dengan memberikan rahmat, ampunan, dan hidayah. Dia juga menanamkan rasa cinta di hati para hamba-Nya kepada-Nya. Al-Wadud adalah sumber segala cinta dan kasih sayang sejati di alam semesta.

48.

الْمَجِيدُ

Al-Majid: Yang Maha Mulia

Al-Majid berarti Yang Maha Mulia, Luhur, dan Terpuji. Kemuliaan-Nya sempurna, baik dalam Dzat-Nya, sifat-Nya, maupun perbuatan-Nya. Dia mulia karena kesempurnaan-Nya dan karena kebaikan serta karunia-Nya yang melimpah kepada makhluk. Kita memuji kemuliaan-Nya dalam bacaan tasyahud akhir dalam shalat ("Innaka hamiidun majiid").

49.

الْبَاعِثُ

Al-Ba'its: Yang Maha Membangkitkan

Al-Ba'its adalah Dzat yang akan membangkitkan seluruh manusia dari kubur mereka pada hari kiamat untuk dimintai pertanggungjawaban. Dia juga yang membangkitkan para rasul untuk menyampaikan risalah-Nya dan membangkitkan semangat dalam hati orang-orang beriman. Keyakinan pada Al-Ba'its adalah salah satu rukun iman (iman kepada hari akhir) yang menjadi landasan bagi setiap perbuatan kita di dunia.

50.

الشَّهِيدُ

Asy-Syahid: Yang Maha Menyaksikan

Asy-Syahid adalah Dzat yang Maha Menyaksikan segala sesuatu. Tidak ada yang ghaib atau tersembunyi bagi-Nya. Dia menjadi saksi atas segala perbuatan makhluk-Nya, baik yang terang-terangan maupun yang tersembunyi. Pada hari kiamat, Allah akan menjadi saksi yang paling adil atas apa yang telah dikerjakan oleh setiap jiwa. Sifat ini menguatkan kesadaran bahwa kita tidak pernah luput dari pengawasan dan persaksian Allah SWT.

51.

الْحَقُّ

Al-Haqq: Yang Maha Benar

Al-Haqq berarti Allah adalah Kebenaran yang mutlak. Keberadaan-Nya adalah benar, firman-Nya adalah benar, janji-Nya adalah benar, dan agama yang datang dari-Nya adalah kebenaran. Segala sesuatu selain-Nya adalah fana dan tidak hakiki. Dialah satu-satunya realitas sejati. Berpegang teguh pada Al-Haqq berarti berpegang pada kebenaran dan jalan yang lurus, serta menolak segala bentuk kebatilan.

52.

الْوَكِيلُ

Al-Wakil: Yang Maha Memelihara

Al-Wakil adalah Dzat yang Maha Mengurus dan Memelihara segala urusan makhluk-Nya. Dia adalah sebaik-baik tempat bersandar dan menyerahkan segala urusan (tawakal). Ketika seorang hamba telah berusaha maksimal (ikhtiar), ia menyerahkan hasilnya kepada Al-Wakil dengan penuh keyakinan bahwa Allah akan memberikan yang terbaik. Dia adalah Pelindung yang paling bisa diandalkan.

53.

الْقَوِيُّ

Al-Qawiy: Yang Maha Kuat

Al-Qawiy adalah Dzat yang memiliki kekuatan sempurna dan tidak terbatas. Kekuatan-Nya tidak pernah berkurang atau melemah. Dia tidak pernah merasa lelah dalam menciptakan dan mengurus alam semesta. Kekuatan makhluk, seberapa pun besarnya, berasal dari-Nya dan sangat terbatas. Bersandar kepada Al-Qawiy memberikan kekuatan spiritual bagi seorang hamba dalam menghadapi tantangan hidup.

54.

الْمَتِينُ

Al-Matin: Yang Maha Kokoh

Al-Matin berarti Yang Maha Kokoh dalam kekuatan-Nya. Jika Al-Qawiy berbicara tentang besarnya kekuatan, Al-Matin berbicara tentang kekokohan dan kestabilan kekuatan tersebut yang tidak tergoyahkan. Kekuatan-Nya sangat dahsyat dan tidak ada yang dapat menandingi atau melemahkan-Nya. Sifat ini memberikan jaminan bahwa pertolongan dan perlindungan Allah adalah pertolongan yang paling kokoh.

55.

الْوَلِيُّ

Al-Waliy: Yang Maha Melindungi

Al-Waliy adalah Pelindung, Penolong, dan Kekasih bagi hamba-hamba-Nya yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) menuju cahaya (iman). Dia menolong mereka dalam menghadapi musuh-musuh mereka dan mengatur urusan mereka dengan penuh kasih sayang. Menjadikan Allah sebagai Al-Waliy berarti menyerahkan perlindungan diri sepenuhnya kepada-Nya dan mengikuti petunjuk-Nya.

56.

الْحَمِيدُ

Al-Hamid: Yang Maha Terpuji

Al-Hamid adalah Dzat yang Maha Terpuji. Dia terpuji karena Dzat-Nya yang sempurna dan karena segala perbuatan-Nya yang penuh dengan kebaikan dan rahmat. Dia layak dipuji dalam segala keadaan, baik saat lapang maupun sempit. Seluruh alam semesta bertasbih memuji-Nya. Ucapan "Alhamdulillah" adalah bentuk pengakuan kita akan sifat Al-Hamid milik Allah.

57.

الْمُحْصِي

Al-Muhshi: Yang Maha Menghitung

Al-Muhshi adalah Dzat yang menghitung dan mengetahui jumlah segala sesuatu dengan sangat rinci. Tidak ada yang luput dari perhitungan-Nya, mulai dari jumlah tetesan hujan, butiran pasir di pantai, hingga setiap amal perbuatan dan napas makhluk-Nya. Ilmu-Nya meliputi segala sesuatu secara detail dan kuantitatif. Ini mengingatkan kita bahwa setiap detik hidup kita tercatat dan akan diperhitungkan.

58.

الْمُبْدِئُ

Al-Mubdi': Yang Maha Memulai

Al-Mubdi' adalah Dzat yang memulai penciptaan segala sesuatu dari ketiadaan. Dialah yang pertama kali menciptakan makhluk tanpa ada contoh sebelumnya. Penciptaan awal alam semesta dan setiap individu makhluk adalah manifestasi dari sifat Al-Mubdi'. Dia memulai kehidupan dan akan mengakhirinya.

59.

الْمُعِيدُ

Al-Mu'id: Yang Maha Mengembalikan Kehidupan

Al-Mu'id adalah Dzat yang akan mengembalikan kehidupan setelah kematian. Sebagaimana Dia mampu memulai penciptaan (Al-Mubdi'), maka mengembalikannya adalah lebih mudah bagi-Nya. Dia akan mengembalikan semua makhluk yang telah mati untuk dibangkitkan pada hari kiamat. Sifat ini menegaskan keyakinan akan adanya kehidupan setelah mati dan hari pembalasan.

60.

الْمُحْيِي

Al-Muhyi: Yang Maha Menghidupkan

Al-Muhyi adalah Dzat yang memberikan kehidupan. Dia menghidupkan sesuatu yang mati, seperti menghidupkan tanah yang tandus dengan air hujan, memberikan nyawa pada janin, dan yang paling utama, menghidupkan kembali manusia setelah kematiannya. Dia juga yang menghidupkan hati yang mati dengan cahaya hidayah dan keimanan.

61.

الْمُمِيتُ

Al-Mumit: Yang Maha Mematikan

Al-Mumit adalah satu-satunya Dzat yang berkuasa untuk mematikan atau mencabut nyawa setiap makhluk yang hidup. Kematian adalah ketetapan-Nya yang pasti akan menimpa setiap jiwa. Tidak ada yang bisa lari darinya. Pasangan Al-Muhyi dan Al-Mumit menunjukkan bahwa kehidupan dan kematian berada sepenuhnya dalam genggaman kekuasaan Allah.

62.

الْحَيُّ

Al-Hayy: Yang Maha Hidup

Al-Hayy berarti Allah Maha Hidup dengan kehidupan yang sempurna, abadi, dan tidak bergantung pada apapun. Kehidupan-Nya tidak berawal dan tidak berakhir. Dia tidak pernah mengantuk dan tidak pernah tidur. Kehidupan-Nya adalah sumber dari segala kehidupan yang ada di alam semesta. Semua yang hidup pada akhirnya akan mati, kecuali Al-Hayy.

63.

الْقَيُّومُ

Al-Qayyum: Yang Maha Berdiri Sendiri

Al-Qayyum berarti Dzat yang berdiri sendiri, tidak membutuhkan siapapun, dan pada saat yang sama, segala sesuatu bergantung kepada-Nya. Dialah yang mengurus dan memelihara langit dan bumi beserta isinya secara terus-menerus. Nama Al-Hayy dan Al-Qayyum adalah dua nama agung yang terkandung dalam Ayat Kursi, menunjukkan pilar utama dari sifat-sifat Allah.

64.

الْوَاجِدُ

Al-Wajid: Yang Maha Menemukan

Al-Wajid berarti Yang Maha Kaya dan tidak membutuhkan apapun. Dia menemukan apa saja yang Dia kehendaki, kapan pun Dia kehendaki. Dia tidak pernah kehilangan atau kekurangan. Segala perbendaharaan langit dan bumi adalah milik-Nya. Sifat ini menegaskan kemandirian absolut Allah dari segala makhluk-Nya.

65.

الْمَاجِدُ

Al-Majid: Yang Maha Mulia

Sama seperti Al-Majiid, Al-Maajid juga berarti Yang Maha Mulia dan Luhur. Pengulangan dengan sedikit perbedaan lafaz ini menekankan dan menguatkan makna kemuliaan dan keagungan Allah yang tidak ada tandingannya. Kemuliaan-Nya terpancar dari kesempurnaan sifat dan keindahan perbuatan-Nya.

66.

الْوَاحِدُ

Al-Wahid: Yang Maha Tunggal

Al-Wahid berarti Yang Maha Esa, Tunggal, dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Dia satu dalam Dzat-Nya, satu dalam sifat-sifat-Nya, dan satu dalam perbuatan-Nya (penciptaan, pengaturan, dan peribadahan). Konsep tauhid, yaitu mengesakan Allah, adalah inti dari ajaran Islam, dan nama Al-Wahid adalah fondasi dari konsep ini.

67.

الْأَحَدُ

Al-Ahad: Yang Maha Esa

Al-Ahad memiliki makna keesaan yang lebih dalam dan absolut daripada Al-Wahid. Al-Ahad menekankan bahwa Allah adalah Esa yang tidak tersusun dari bagian-bagian, tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan sama sekali tidak ada sesuatupun yang setara dengan-Nya. Nama ini menegaskan penolakan total terhadap segala bentuk syirik dan politeisme, sebagaimana ditegaskan dalam Surah Al-Ikhlas.

68.

الصَّمَدُ

As-Shamad: Yang Maha Dibutuhkan

As-Shamad adalah Dzat yang menjadi tujuan dan tempat bergantung bagi seluruh makhluk dalam memenuhi segala kebutuhan mereka. Semua makhluk membutuhkan-Nya, sementara Dia tidak membutuhkan siapapun. Dia sempurna dalam segala sifat-Nya. Dia tempat meminta saat ada hajat dan tempat berlindung saat ada kesulitan.

69.

الْقَادِرُ

Al-Qadir: Yang Maha Berkuasa

Al-Qadir adalah Dzat yang Maha Berkuasa dan Mampu melakukan apa saja yang Dia kehendaki. Kekuasaan-Nya sempurna dan tidak dicampuri oleh kelemahan sedikitpun. Dia berkuasa untuk menciptakan, meniadakan, menghidupkan, mematikan, dan mengubah segala sesuatu sesuai dengan kehendak-Nya.

70.

الْمُقْتَدِرُ

Al-Muqtadir: Yang Maha Berkuasa

Al-Muqtadir adalah bentuk yang lebih kuat dari Al-Qadir. Nama ini menunjukkan kekuasaan yang sangat besar dan sempurna atas segala sesuatu. Dia mengatur dan menentukan takdir dengan kekuasaan-Nya yang mutlak. Tidak ada yang bisa menentang atau menghalangi kekuasaan-Nya yang tak terbatas.

71.

الْمُقَدِّمُ

Al-Muqaddim: Yang Maha Mendahulukan

Al-Muqaddim adalah Dzat yang berkuasa untuk mendahulukan apa yang Dia kehendaki. Dia mendahulukan sebagian makhluk atas sebagian yang lain dalam hal penciptaan, kedudukan, atau waktu. Dia mendahulukan apa yang Dia kehendaki dan mengakhirkan apa yang Dia kehendaki, semua berdasarkan hikmah dan keadilan-Nya.

72.

الْمُؤَخِّرُ

Al-Mu'akhkhir: Yang Maha Mengakhirkan

Al-Mu'akhkhir adalah Dzat yang berkuasa untuk mengakhirkan atau menunda apa yang Dia kehendaki. Dia menunda hukuman bagi orang yang durhaka untuk memberinya kesempatan bertaubat, atau menunda pertolongan bagi orang beriman untuk menguji kesabaran mereka. Semua tindakan mendahulukan dan mengakhirkan dari Allah mengandung kebijaksanaan yang sempurna.

73.

الْأَوَّلُ

Al-Awwal: Yang Maha Awal

Al-Awwal berarti Yang Pertama, yang tidak ada sesuatupun sebelum-Nya. Keberadaan-Nya tidak didahului oleh ketiadaan. Dia adalah awal dari segala sesuatu, karena Dialah yang menciptakan segala yang ada. Memahami nama ini meniadakan pertanyaan tentang "apa yang ada sebelum Tuhan?".

74.

الْآخِرُ

Al-Akhir: Yang Maha Akhir

Al-Akhir berarti Yang Terakhir, yang tidak ada sesuatupun setelah-Nya. Ketika semua makhluk fana dan binasa, hanya Dia yang tetap kekal abadi. Dia adalah tujuan akhir dari segala urusan dan kepada-Nya lah semua akan kembali. Pasangan Al-Awwal dan Al-Akhir menunjukkan bahwa Allah meliputi segala zaman.

75.

الظَّاهِرُ

Az-Zhahir: Yang Maha Nyata

Az-Zhahir berarti Yang Maha Nyata, yang keberadaan-Nya sangat jelas melalui tanda-tanda kebesaran-Nya di alam semesta. Segala ciptaan-Nya adalah bukti nyata akan eksistensi-Nya. Dia berada di atas segala sesuatu dan tidak ada yang lebih nyata dan lebih jelas dari-Nya bagi orang-orang yang mau berpikir.

76.

الْبَاطِنُ

Al-Bathin: Yang Maha Ghaib

Al-Bathin berarti Yang Maha Tersembunyi, yang Dzat-Nya tidak dapat dijangkau oleh panca indera makhluk. Dia tersembunyi dari pandangan kita, namun ilmu-Nya meliputi segala sesuatu. Pasangan Az-Zhahir dan Al-Bathin menunjukkan kesempurnaan Allah: Dia sangat nyata melalui ciptaan-Nya, namun Dzat-Nya tetap ghaib dan tak terjangkau.

77.

الْوَالِي

Al-Wali: Yang Maha Memerintah

Al-Wali adalah Dzat yang menguasai, memiliki, dan memerintah segala urusan makhluk-Nya. Dia mengatur alam semesta ini sesuai dengan kehendak dan kebijaksanaan-Nya. Kekuasaan-Nya adalah mutlak dan Dialah satu-satunya penguasa yang hakiki.

78.

الْمُتَعَالِي

Al-Muta'ali: Yang Maha Tinggi

Al-Muta'ali berarti Yang Maha Tinggi dan suci dari segala sifat-sifat makhluk. Ketinggian-Nya melampaui segala sesuatu dan Dia terbebas dari segala perumpamaan atau penyerupaan dengan ciptaan-Nya. Nama ini menegaskan transendensi mutlak Allah dari alam materi.

79.

الْبَرُّ

Al-Barr: Yang Maha Penderma

Al-Barr adalah Dzat yang Maha Baik, yang kebaikan dan anugerah-Nya melimpah kepada seluruh makhluk. Dia selalu berbuat baik kepada hamba-Nya, bahkan kepada mereka yang durhaka. Dia membalas kebaikan dengan kebaikan yang lebih besar dan memaafkan keburukan. Kebaikan-Nya adalah sumber segala kebaikan yang ada di dunia.

80.

التَّوَّابُ

At-Tawwab: Yang Maha Penerima Taubat

At-Tawwab adalah Dzat yang senantiasa menerima taubat dari hamba-hamba-Nya yang ingin kembali kepada-Nya. Dia tidak hanya menerima taubat, tetapi juga memberikan taufik (kemudahan) bagi hamba-Nya untuk bertaubat. Pintu taubat-Nya selalu terbuka siang dan malam. Sifat ini memberikan harapan yang sangat besar bagi setiap pendosa.

81.

الْمُنْتَقِمُ

Al-Muntaqim: Yang Maha Pemberi Balasan

Al-Muntaqim adalah Dzat yang memberikan balasan setimpal kepada orang-orang yang berbuat dosa dan melampaui batas, setelah keadilan ditegakkan. Balasan-Nya bukanlah balas dendam yang didasari emosi, melainkan bentuk keadilan-Nya yang sempurna. Dia menimpakan siksa kepada para penjahat dan musuh-musuh-Nya, sebagai pelajaran dan pembalasan yang adil.

82.

الْعَفُوُّ

Al-'Afuww: Yang Maha Pemaaf

Al-'Afuww berarti Maha Pemaaf. Sifat ini lebih dalam dari Al-Ghafur (Pengampun). Jika 'ghafara' berarti menutupi dosa, maka 'afa' berarti menghapus dan menghilangkan dosa itu hingga tidak ada bekasnya sama sekali. Dia memaafkan kesalahan tanpa mengungkitnya lagi. Inilah puncak dari kemurahan Allah, yang kita mohonkan khususnya di malam Lailatul Qadar.

83.

الرَّءُوفُ

Ar-Ra'uf: Yang Maha Pengasuh

Ar-Ra'uf adalah Dzat yang memiliki kasih sayang yang sangat mendalam dan belas kasihan yang luar biasa. Sifat ini adalah puncak dari rahmat (kasih sayang). Dia sangat tidak tega melihat hamba-Nya dalam kesulitan dan selalu ingin memberikan kebaikan serta menghindarkan mereka dari keburukan. Kasih sayang-Nya lebih besar daripada kasih sayang seorang ibu kepada anaknya.

84.

مَالِكُ الْمُلْكِ

Malikul Mulk: Yang Maha Penguasa Kerajaan

Malikul Mulk adalah Pemilik sejati dari segala kerajaan. Dia memberikan kekuasaan kepada siapa yang Dia kehendaki dan mencabut kekuasaan dari siapa yang Dia kehendaki. Semua raja dan penguasa di dunia hanyalah peminjam kekuasaan dari-Nya. Nama ini menegaskan kedaulatan absolut Allah atas segala sesuatu.

85.

ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ

Dzul Jalali wal Ikram: Yang Maha Pemilik Kebesaran dan Kemuliaan

Nama ini mencakup dua aspek agung: Al-Jalal (Kebesaran dan Keagungan) dan Al-Ikram (Kemuliaan dan Kedermawanan). Dia adalah Dzat yang agung dan pada saat yang sama, Dia memuliakan dan memberikan karunia kepada hamba-hamba-Nya. Nama ini sering dianjurkan untuk diperbanyak dalam berdoa karena mencakup sifat keagungan yang membuat kita tunduk dan sifat kemuliaan yang membuat kita berharap.

86.

الْمُقْسِطُ

Al-Muqsith: Yang Maha Pemberi Keadilan

Al-Muqsith adalah Dzat yang Maha Adil dalam hukum dan keputusan-Nya. Dia memberikan keadilan kepada semua pihak, bahkan kepada orang-orang yang dizalimi dari orang-orang yang menzalimi mereka. Keadilan-Nya sempurna, tidak memihak, dan memastikan setiap hak akan sampai kepada pemiliknya.

87.

الْجَامِعُ

Al-Jami': Yang Maha Mengumpulkan

Al-Jami' adalah Dzat yang akan mengumpulkan seluruh manusia, dari generasi pertama hingga terakhir, di Padang Mahsyar pada hari kiamat. Dia juga yang mengumpulkan berbagai hal yang saling berlawanan di alam ini, dan mengumpulkan hati orang-orang beriman dalam persaudaraan.

88.

الْغَنِيُّ

Al-Ghaniy: Yang Maha Kaya

Al-Ghaniy berarti Allah Maha Kaya secara mutlak. Kekayaan-Nya tidak membutuhkan tambahan dan tidak akan pernah berkurang. Dia tidak membutuhkan apapun dari makhluk-Nya, sebaliknya, semua makhluk sangat membutuhkan-Nya. Kekayaan sejati hanya milik-Nya, dan Dia memberikan sebagian kecil kekayaan itu kepada siapa yang Dia kehendaki.

89.

الْمُغْنِي

Al-Mughni: Yang Maha Pemberi Kekayaan

Al-Mughni adalah Dzat yang memberikan kekayaan dan kecukupan kepada hamba-hamba-Nya. Dia membuat siapa saja yang Dia kehendaki menjadi kaya, baik kaya harta maupun kaya hati (qana'ah). Dia adalah sumber segala kekayaan, dan hanya kepada-Nya kita memohon untuk dicukupkan dari segala kebutuhan.

90.

الْمَانِعُ

Al-Mani': Yang Maha Mencegah

Al-Mani' adalah Dzat yang Maha Mencegah atau Menahan sesuatu. Dia mencegah terjadinya bahaya atau keburukan, dan juga menahan karunia-Nya dari seseorang karena hikmah tertentu. Pencegahan-Nya seringkali merupakan bentuk perlindungan, seperti mencegah seorang hamba dari harta haram atau dari musibah yang lebih besar. Tidak ada yang bisa memberi jika Dia mencegah, dan tidak ada yang bisa mencegah jika Dia memberi.

91.

الضَّارُّ

Ad-Darr: Yang Maha Pemberi Mudharat

Ad-Darr adalah Dzat yang berkuasa untuk menimpakan mudharat atau bahaya kepada siapa yang Dia kehendaki. Namun, mudharat yang datang dari-Nya bukanlah keburukan murni, melainkan selalu mengandung hikmah, seperti sebagai ujian, hukuman yang adil, atau sebagai penggugur dosa. Tidak ada mudharat yang terjadi di alam ini kecuali atas izin-Nya.

92.

النَّافِعُ

An-Nafi': Yang Maha Pemberi Manfaat

An-Nafi' adalah satu-satunya sumber segala manfaat dan kebaikan. Setiap manfaat yang kita peroleh, baik dalam urusan dunia maupun akhirat, berasal dari-Nya. Pasangan nama Ad-Darr dan An-Nafi' mengajarkan kita bahwa hanya Allah yang mengendalikan bahaya dan manfaat, sehingga hanya kepada-Nya kita harus takut dan berharap.

93.

النُّورُ

An-Nur: Yang Maha Bercahaya

An-Nur berarti Allah adalah Cahaya langit dan bumi. Cahaya-Nya tidak seperti cahaya makhluk. Dia adalah sumber segala cahaya, baik cahaya fisik seperti matahari, maupun cahaya maknawi seperti cahaya iman, hidayah, dan ilmu pengetahuan yang menerangi hati dan akal manusia dari kegelapan.

94.

الْهَادِي

Al-Hadi: Yang Maha Pemberi Petunjuk

Al-Hadi adalah Dzat yang memberikan petunjuk (hidayah) kepada hamba-hamba-Nya. Ada hidayah umum yang diberikan kepada semua makhluk (berupa insting), dan ada hidayah khusus (taufik) yang diberikan kepada siapa yang Dia kehendaki untuk menempuh jalan yang lurus. Hidayah adalah karunia terbesar, dan hanya Al-Hadi yang bisa memberikannya.

95.

الْبَدِيعُ

Al-Badi': Yang Maha Pencipta Keindahan

Al-Badi' adalah Pencipta yang menciptakan segala sesuatu dengan keindahan yang tiada tara dan tanpa contoh sebelumnya. Setiap ciptaan-Nya, dari galaksi hingga sidik jari manusia, adalah karya seni yang unik dan menakjubkan. Dia adalah inovator sejati yang keindahan ciptaan-Nya tidak akan pernah tertandingi.

96.

الْبَاقِي

Al-Baqi: Yang Maha Kekal

Al-Baqi berarti Yang Maha Kekal, yang keberadaan-Nya tidak akan pernah berakhir. Semua makhluk akan binasa, sementara Dzat Allah tetap abadi. Kekekalan adalah sifat eksklusif milik-Nya. Keyakinan akan sifat ini membuat kita tidak terlalu terikat dengan dunia yang fana dan lebih fokus pada kehidupan yang kekal di akhirat.

97.

الْوَارِثُ

Al-Warits: Yang Maha Pewaris

Al-Warits adalah Dzat yang akan mewarisi langit dan bumi beserta isinya setelah semua makhluk binasa. Segala kepemilikan di dunia ini hanyalah sementara. Pada akhirnya, semua akan kembali kepada Sang Pemilik dan Pewaris sejati. "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un" adalah pengakuan bahwa kita milik Allah dan akan kembali kepada-Nya sebagai Sang Pewaris.

98.

الرَّشِيدُ

Ar-Rasyid: Yang Maha Pandai

Ar-Rasyid adalah Dzat yang Maha Cerdas dan Pandai dalam mengatur segala sesuatu. Petunjuk-Nya selalu lurus dan menuntun kepada kebenaran. Setiap tindakan dan ketetapan-Nya menunjukkan kebijaksanaan dan kecerdasan yang sempurna. Mengikuti jalan-Nya adalah satu-satunya jalan yang lurus (ar-rusyd).

99.

الصَّبُورُ

As-Shabur: Yang Maha Sabar

As-Shabur adalah Dzat yang Maha Sabar. Dia tidak tergesa-gesa dalam menghukum para pelaku maksiat, melainkan memberi mereka tenggat waktu untuk bertaubat. Dia sabar melihat kedurhakaan makhluk-Nya, padahal Dia Maha Kuasa untuk membinasakan mereka seketika. Kesabaran Allah adalah bentuk rahmat-Nya yang sangat luas. Sifat ini mengajarkan kita untuk menjadi pribadi yang sabar dalam menghadapi ujian dan dalam berinteraksi dengan sesama.

Penutup: Buah Mengenal Asmaul Husna

Mempelajari dan merenungkan 99 Asmaul Husna adalah sebuah ibadah yang agung. Ia bukan hanya tentang pengetahuan, tetapi tentang transformasi hati. Semakin dalam kita mengenal sifat-sifat Allah, semakin tumbuh rasa cinta, pengagungan, dan ketundukan kepada-Nya. Setiap nama menjadi pintu untuk mendekatkan diri, menjadi cermin untuk memperbaiki akhlak, dan menjadi sumber kekuatan dalam menjalani kehidupan. Semoga dengan memahami nama-nama-Nya yang indah, kita dapat menjadi hamba yang lebih baik, yang senantiasa hidup dalam naungan rahmat dan petunjuk-Nya.

🏠 Homepage