Dalam khazanah keislaman, mengenal Allah SWT adalah melalui nama-nama-Nya yang indah, yang dikenal sebagai Asmaul Husna. Di antara 99 nama agung tersebut, terdapat sifat yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari umat manusia, yaitu As-Samii’, yang berarti "Yang Maha Mendengar". Memahami arti nama ini bukan sekadar mengetahui definisinya, melainkan sebuah ajakan untuk merenungkan keagungan dan perhatian mutlak Allah terhadap seluruh ciptaan-Nya.
Allah Maha Mendengar adalah penegasan bahwa tidak ada suara, bisikan, atau keraguan hati yang tersembunyi dari pendengaran-Nya. Pendengaran Allah tidak terbatas oleh jarak, volume, atau kebisingan. Berbeda dengan pendengaran makhluk yang memiliki batas dan bisa terganggu, pendengaran Allah bersifat sempurna dan abadi.
KeMahaMendengaran Allah mencakup segala hal. Ini meliputi suara keras lantang, suara yang sangat pelan, dan bahkan suara hati yang belum terucapkan. Dalam Al-Qur'an, banyak sekali ayat yang menegaskan sifat ini, mengingatkan kita bahwa kita selalu berada di bawah pengawasan-Nya, termasuk dalam hal apa yang kita ucapkan dan apa yang kita pikirkan.
Asmaul Husna As-Samii’ mengajarkan universalitas pendengaran ilahi. Ini berarti Allah mendengar:
Bayangkan betapa menenangkannya mengetahui bahwa ketika kita merasa sendiri dan tidak ada yang mendengarkan kesedihan kita, ada Zat Agung yang mendengar setiap getaran suara jiwa kita. Inilah inti dari tawakal dan pengharapan.
Pengenalan terhadap sifat Allah sebagai As-Samii’ membawa dampak signifikan pada akhlak dan ibadah seorang Muslim. Pertama, ia mendorong **kejujuran mutlak**. Karena Allah mendengar segalanya, seorang mukmin akan enggan melakukan perbuatan maksiat, bahkan ketika ia berada dalam kesendirian total.
Kedua, ia meningkatkan **kualitas doa dan dzikir**. Ketika kita berdoa, kita melakukannya dengan keyakinan penuh bahwa permohonan kita tidak sia-sia. Kita berbicara kepada Dzat yang pasti mendengar, bukan sekadar mengucapkan kata-kata ke udara.
Ketiga, sifat ini menumbuhkan **rasa aman dan penghiburan**. Dalam menghadapi kesulitan atau penindasan, seorang Muslim memiliki sandaran tertinggi. Meskipun manusia mungkin tuli terhadap penderitaannya, Allah Maha Mendengar, dan pertolongan-Nya pasti datang pada waktu yang tepat.
Sebagai penutup, memahami bahwa Allah adalah As-Samii’ (Yang Maha Mendengar) harus memotivasi kita untuk selalu menjaga lisan dan hati kita. Jadikanlah pendengaran Allah sebagai pengingat konstan akan kehadiran dan pengawasan-Nya, sehingga setiap ucapan kita menjadi ibadah dan setiap diam kita penuh dengan refleksi spiritual.