Maha Hidup dan Berdiri Sendiri: Allah Tidak Pernah Terlelap

Simbol Kemahakuasaan dan Keabadian Allah لاَ تَأْخُذُهُ وَلَا نَوْمٌ (Al-Baqarah: 256)

Dalam keragaman fenomena alam semesta, dari bintang yang berkelip hingga detak jantung makhluk hidup, manusia seringkali lupa akan satu kebenaran fundamental: Pemelihara alam semesta ini tidak pernah beristirahat. Konsep bahwa Allah tidak tidur adalah pilar utama dalam teologi Islam, sebuah penegasan mutlak atas kesempurnaan dan kemahakuasaan-Nya. Ini bukanlah sekadar ungkapan kiasan, melainkan realitas yang termaktub jelas dalam Al-Qur'an.

Kebenaran dalam Ayat Kursi

Keterangan paling jelas mengenai sifat ini terdapat dalam Ayat Kursi (QS. Al-Baqarah: 255). Allah SWT berfirman: "Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhlukNya); tiada yang dapat menyamai-Nya, bahkan Dia tidak mengantuk dan tidak tidur."

Frasa "tiada yang dapat menyamai-Nya" menegaskan bahwa tidur adalah sifat makhluk fana yang membutuhkan istirahat dan pemulihan energi. Allah, sebagai Al-Khalik (Maha Pencipta), berada di luar keterbatasan tersebut. Ketiadaan tidur (nawm) dan kantuk (dukhul) menunjukkan kesempurnaan kebesaran dan penjagaan-Nya yang konstan terhadap seluruh ciptaan-Nya.

Asmaul Husna dan Makna 'Allah Tidak Tidur'

Pemahaman bahwa Allah tidak tidur semakin diperkuat ketika kita merenungkan beberapa Asmaul Husna (Nama-Nama Allah yang Maha Indah). Sifat-sifat-Nya yang sempurna saling terkait dan menjelaskan satu sama lain. Ketika kita berbicara tentang Allah yang tidak tidur, kita sedang menyinggung beberapa nama-Nya yang agung:

Dampak Psikologis Keimanan Ini

Bagi seorang mukmin, keyakinan bahwa Allah tidak tidur memberikan ketenangan luar biasa. Dunia ini penuh dengan ketidakpastian, ketidakadilan, dan kesulitan yang sering membuat hati merasa hampa dan terisolasi. Namun, ketika kita diliputi kecemasan, kita diingatkan bahwa ada Penguasa Mutlak yang selalu terjaga dan sadar penuh atas setiap tetes air mata dan setiap niat tersembunyi.

Ketika kita berdoa di tengah malam, saat dunia tampak sepi, kita tahu bahwa doa kita diterima langsung oleh Al-Sami' dan Al-Basir, yang tidak terhalang oleh kegelapan atau kelelahan. Rasa aman ini lahir dari keyakinan bahwa tidak ada peristiwa sekecil apa pun yang luput dari perhatian-Nya. Bahkan ketika manusia lalai, Allah tetap aktif mengatur takdir hamba-Nya.

Kekuasaan yang Selalu Aktif

Ketiadaan tidur adalah prasyarat mutlak bagi kekuasaan yang tidak terbatas. Bayangkan jika Tuhan memerlukan istirahat; tentu akan ada periode di mana kekuasaan-Nya tidak sepenuhnya aktif. Namun, karena Allah Maha Hidup dan Maha Berdiri Sendiri, keberlangsungan alam semesta terjamin. Tidak ada satu pun atom yang berhenti berputar karena Sang Pencipta sedang beristirahat.

Inilah esensi dari tauhid: mengakui keunikan dan kesempurnaan Allah. Semua makhluk membutuhkan istirahat, termasuk kita. Kebutuhan akan istirahat ini justru menjadi pengingat akan keterbatasan diri kita dan menunjukkan betapa Agungnya Dzat yang menciptakan kebutuhan tersebut, namun tidak pernah mengalaminya sendiri.

Oleh karena itu, marilah kita senantiasa mendekatkan diri kepada-Nya dalam segala keadaan. Dalam suka maupun duka, ingatlah selalu bahwa Allah Maha Mengetahui dan Dia adalah Allah tidak tidur. Keterjagaan-Nya adalah jaminan keadilan dan rahmat yang tak pernah berakhir bagi semesta raya.

🏠 Homepage