Ilustrasi sederhana struktur molekul aseton.
Aseton, atau secara kimia dikenal sebagai Propanon (CH3COCH3), adalah salah satu pelarut organik yang paling dikenal dan banyak digunakan di seluruh dunia. Klasifikasinya sebagai pelarut polar didasarkan pada struktur molekulnya. Aseton adalah keton paling sederhana, dan karakteristik utamanya adalah adanya gugus karbonil (C=O).
Gugus karbonil ini menciptakan distribusi muatan yang tidak merata di seluruh molekul. Atom oksigen jauh lebih elektronegatif daripada atom karbon, menarik elektron lebih kuat ke arahnya. Hal ini menghasilkan momen dipol yang signifikan, menjadikan aseton polar. Kepolaran inilah yang memberikan aseton kemampuan luar biasa untuk melarutkan berbagai macam zat, baik yang bersifat polar maupun non-polar moderat, menjadikannya pelarut aprotik yang sangat serbaguna.
Sebagai cairan bening, mudah menguap, dan memiliki bau manis yang khas, aseton memiliki beberapa keunggulan yang menjadikannya pilihan utama dalam berbagai industri. Selain kepolarannya yang tinggi, aseton dikenal karena titik didihnya yang relatif rendah (sekitar 56°C). Titik didih rendah ini berarti ia menguap dengan cepat, sebuah sifat yang sangat diinginkan dalam aplikasi pelapisan (coating) dan pembersihan karena residu pelarut dapat dihilangkan tanpa meninggalkan jejak.
Kemampuan melarutkan (solvabilitas) aseton sangat luas. Ia efektif melarutkan resin, minyak, lemak, lilin, selulosa, dan banyak polimer sintetis. Dalam konteks kimia, sifatnya sebagai pelarut aprotik (tidak memiliki hidrogen asam yang dapat didonorkan) memungkinkan reaksi tertentu, seperti reaksi substitusi nukleofilik tipe SN2, berjalan lebih efisien dibandingkan jika menggunakan pelarut protik. Kemampuan unik untuk menjembatani antara zat polar dan non-polar menjadikannya pelarut "jembatan" yang efektif.
Penggunaan aseton polar merentang dari skala laboratorium hingga produksi industri masif.
Meskipun aseton polar memiliki banyak manfaat, penanganannya memerlukan kehati-hatian. Sifatnya yang sangat mudah terbakar (flammable) adalah perhatian utama; uapnya dapat membentuk campuran eksplosif dengan udara. Oleh karena itu, penyimpanan dan penggunaannya harus dilakukan jauh dari sumber api atau percikan.
Dari perspektif kesehatan, menghirup uap aseton dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan iritasi pada mata dan saluran pernapasan, serta efek depresan pada sistem saraf pusat. Namun, perlu dicatat bahwa aseton umumnya dianggap memiliki toksisitas akut yang relatif rendah dibandingkan pelarut aromatik seperti benzena atau toluena. Di lingkungan, aseton cepat terurai melalui proses fotodegradasi dan biodegradasi, yang merupakan keunggulan dibandingkan pelarut terklorinasi yang persisten.