Memahami Kapan ASI yang Harus Dibuang dengan Tepat
Ilustrasi: ASI yang perlu diwaspadai atau dibuang.
Air Susu Ibu (ASI) adalah nutrisi terbaik yang bisa diberikan pada bayi. Namun, seperti halnya makanan lain, ada kondisi tertentu di mana ASI mungkin sudah tidak layak konsumsi dan harus dibuang demi menjaga kesehatan si kecil. Mengenali kondisi ASI yang harus dibuang merupakan bagian penting dari manajemen laktasi yang aman dan bertanggung jawab.
Keputusan untuk membuang ASI seringkali menimbulkan rasa bersalah pada ibu, mengingat usaha yang telah dicurahkan untuk memompa dan menyimpannya. Namun, penting untuk memprioritaskan keamanan bayi di atas segalanya. ASI yang terkontaminasi atau rusak dapat menyebabkan infeksi pencernaan serius pada bayi yang sistem imunnya masih berkembang.
Kapan ASI Benar-Benar Harus Dibuang?
Ada beberapa skenario utama yang mewajibkan kita untuk membuang persediaan ASI. Ini bukan sekadar soal bau atau tampilan, tetapi terkait potensi risiko kesehatan yang ditimbulkannya.
1. Kedaluwarsa atau Penyimpanan yang Salah
Ketidaktepatan dalam waktu penyimpanan adalah penyebab paling umum ASI harus dibuang. Aturan penyimpanan ASI sangat ketat:
Suhu Ruangan (15-25°C): Maksimal 4 jam (beberapa sumber merekomendasikan 1-2 jam jika ruangan sangat hangat).
Kulkas (0-4°C): Maksimal 4 hari (beberapa pedoman membolehkan hingga 8 hari, namun 4 hari lebih aman).
Freezer (0°C ke bawah): Maksimal 6 hingga 12 bulan.
Jika ASI yang Anda simpan melewati batas waktu tersebut, meskipun terlihat dan berbau normal, nutrisinya mungkin sudah menurun drastis dan ada risiko pertumbuhan bakteri, sehingga lebih baik dibuang.
2. Kontaminasi atau Tanda Kerusakan Fisik
Perhatikan tanda-tanda fisik yang jelas menunjukkan bahwa ASI sudah tidak baik:
Bau Asam atau Tengik: ASI yang sehat memiliki bau yang sedikit berbeda tergantung pola makan ibu, namun jika baunya sangat asam, seperti susu basi, atau tengik, ini adalah indikasi utama bahwa lemak dalam ASI sudah teroksidasi (tengik).
Perubahan Warna Drastis: Meskipun ASI bisa berubah warna (misalnya menjadi lebih kuning atau kebiruan), perubahan warna yang tidak wajar atau adanya gumpalan aneh (bukan hanya lapisan krim) bisa jadi pertanda buruk.
Kontaminasi Fisik: Jika Anda melihat serpihan kotoran, rambut, atau benda asing lainnya di dalam kantong ASI, buang seluruh isinya.
Penting tentang ASI yang "Berbau Sabun" (Lipase Tinggi): Terkadang ASI yang disimpan di kulkas jangka pendek memiliki bau seperti sabun atau logam. Ini disebabkan oleh enzim lipase yang memecah lemak. ASI jenis ini seringkali masih aman, namun beberapa bayi menolaknya. Jika bayi menolak, Anda bisa mencoba memanaskan ASI hingga titik didih singkat sebelum didinginkan kembali (untuk menonaktifkan lipase), namun jika bayi tetap menolak, ASI tersebut lebih baik dibuang daripada menyebabkan penolakan menyusu total.
3. ASI yang Tumpah atau Terpapar Suhu Ekstrem
Apabila kantong ASI tidak sengaja terjatuh, pecah, atau terpapar suhu di atas suhu ruangan dalam waktu lama (misalnya, tertinggal di mobil panas), ASI tersebut harus dibuang. Kerusakan pada kantong penyimpanan juga meningkatkan risiko kontaminasi dari luar.
Prosedur Aman Saat Membuang ASI
Ketika Anda memutuskan untuk membuang ASI, lakukanlah dengan prosedur yang benar agar tidak menimbulkan keraguan di lain waktu:
Buang Sedikit Dulu: Sebelum membuang seluruhnya, ambil sedikit sampel untuk dicium. Jika baunya jelas tidak enak, baru buang seluruh isinya ke wastafel atau toilet.
Label Ulang: Jika Anda membuang sebagian kecil ASI (misalnya karena tumpah sedikit), pastikan Anda melabeli ulang tanggal dan waktu penyimpanan yang baru pada wadah tersebut agar tidak salah digunakan nanti.
Bersihkan Wadah: Selalu pastikan botol atau kantong ASI yang tersisa dibersihkan atau disimpan sesuai prosedur standar.
Membuang ASI adalah keputusan sulit, tetapi selalu didasarkan pada prinsip kehati-hatian. Memastikan ASI yang diberikan kepada bayi dalam kondisi prima adalah investasi terbaik untuk pertumbuhan dan kesehatannya. Jika Anda ragu mengenai kondisi ASI, jangan ambil risiko; lebih baik membuangnya dan memompa ulang, daripada membahayakan pencernaan si kecil.