Mengelola ASI Perah yang Sudah Basi: Risiko dan Penanganan Tepat

Ilustrasi ASI yang Dibuang STOP ASI Kadaluarsa

Air Susu Ibu (ASI) adalah nutrisi terbaik dan tak tergantikan bagi bayi. Namun, dalam proses memerah, menyimpan, dan mencairkan ASI perah (ASIP), ada batasan waktu yang harus dipatuhi. Ketika ASIP melewati batas waktu aman penyimpanan, ia disebut **ASI basi**. Mengenali kapan ASIP menjadi basi sangat krusial untuk mencegah risiko kesehatan pada buah hati.

Apa yang Menyebabkan ASI Menjadi Basi?

ASI, meskipun merupakan zat alami, tetap rentan terhadap kontaminasi bakteri seiring berjalannya waktu. Proses basi ini dipicu oleh dua faktor utama: kontaminasi dan durasi penyimpanan yang melampaui batas aman. Meskipun ASI mengandung antibodi dan zat pelindung, enzim alami dalam ASI juga menyebabkan lemak dan proteinnya terurai seiring waktu. Ketika ASI disimpan pada suhu yang tidak tepat—misalnya, di suhu ruang terlalu lama atau sering berpindah suhu—pertumbuhan bakteri patogen dapat terjadi lebih cepat.

Perlu dipahami bahwa ASI yang baru diperah mungkin masih terlihat baik, namun jika sudah melewati batas maksimal penyimpanan di suhu tertentu (misalnya lebih dari 4 jam di suhu ruang), risiko kontaminasi bakteri meningkat signifikan. ASI basi biasanya ditandai dengan perubahan aroma yang menyengat (asam atau tengik) dan rasa yang berubah. Jangan pernah mengandalkan indra penciuman atau perasa sebagai satu-satunya tolok ukur, karena beberapa bakteri berbahaya tidak terdeteksi oleh indra tersebut.

Risiko Memberikan ASI Basi pada Bayi

Memberikan ASI basi atau yang sudah terkontaminasi bakteri kepada bayi, terutama bayi baru lahir atau bayi prematur dengan sistem imun yang belum matang, membawa risiko kesehatan serius. ASI basi bukanlah sekadar ASI yang rasanya kurang enak; ia bisa menjadi sarang mikroorganisme berbahaya seperti E. coli atau Salmonella.

Gejala utama yang muncul setelah bayi mengonsumsi ASI basi adalah gangguan pencernaan. Ini bisa berupa muntah-muntah hebat, diare parah, kram perut, hingga dehidrasi. Pada kasus yang lebih serius, infeksi bakteri dari ASI basi dapat menyebabkan sepsis atau infeksi saluran kemih pada bayi. Oleh karena itu, sangat penting bagi orang tua untuk selalu mengikuti panduan penyimpanan ASI yang direkomendasikan oleh organisasi kesehatan terpercaya.

Panduan Penyimpanan ASI: Mencegah ASI Basi

Pencegahan adalah kunci utama dalam mengelola ASIP. Mengetahui dan mempraktikkan aturan penyimpanan yang benar akan meminimalisir kemungkinan ASIP menjadi basi:

  1. Suhu Ruang (25°C atau lebih): Maksimal 4 jam.
  2. Kulkas (0°C hingga 4°C): Maksimal 4 hari (beberapa sumber mengatakan hingga 8 hari, namun 4 hari lebih aman).
  3. Freezer Kulkas Biasa (-18°C): Maksimal 3 hingga 6 bulan.
  4. Freezer Khusus (-20°C atau lebih dingin): Hingga 12 bulan.

Selalu terapkan prinsip FIFO (First In, First Out), yaitu gunakan ASIP yang pertama kali disimpan terlebih dahulu. Pastikan wadah penyimpanan tertutup rapat dan diberi label yang jelas mencantumkan tanggal pemompaan.

Apa yang Harus Dilakukan Jika Menemukan ASI Basi?

Jika Anda mencurigai atau yakin bahwa ASIP yang Anda simpan telah basi, langkah terbaik adalah **membuangnya**. Jangan pernah mencoba "menguji coba" sedikit pada bayi dengan harapan tidak terjadi apa-apa. Risiko keracunan atau infeksi terlalu besar untuk ditanggung.

PERINGATAN: ASI basi harus segera dibuang. Jangan pernah mencoba mencairkan kembali atau memanaskan ASI yang sudah terindikasi basi. Keselamatan pencernaan bayi adalah prioritas utama.

Mengelola ASI perah membutuhkan ketelitian tinggi. Meskipun ASI adalah harta tak ternilai, ASIP yang tidak terkelola dengan baik justru bisa menjadi sumber bahaya. Dengan memahami batasan waktu dan suhu penyimpanan, para ibu menyusui dapat memastikan bahwa setiap tetes ASI yang dikonsumsi bayi aman dan bernutrisi optimal.

🏠 Homepage