Menguasai Angka Bahasa Arab 1-10: Lebih dari Sekadar Menghafal

Ilustrasi artistik angka Arab dari satu sampai sepuluh. ١ Wāḥid ٢ Ithnān ٣ Thalāthah ٤ Arba‘ah ٥ Khamsah ٦ Sittah ٧ Sab‘ah ٨ Thamāniyah ٩ Tis‘ah ١٠ ‘Asyarah

alt text: Ilustrasi artistik angka Arab dari satu sampai sepuluh dalam kaligrafi modern.

Mempelajari bahasa Arab seringkali dimulai dari elemen-elemen paling dasar, salah satunya adalah angka. Angka 1 sampai 10 bukan hanya sekadar urutan hitungan; mereka adalah pintu gerbang untuk memahami struktur gramatikal yang fundamental dalam bahasa Arab, yaitu kaidah tentang 'adad (bilangan) dan ma'dud (yang dihitung). Artikel ini akan membawa Anda menyelami setiap angka secara mendalam, tidak hanya dari segi pengucapan dan penulisan, tetapi juga kaidah penggunaannya dalam kalimat, lengkap dengan konteks budaya dan spiritual yang memperkaya pemahaman kita.

Sebelum memulai, penting untuk mengetahui bahwa angka yang kita kenal sebagai "angka Arab" (1, 2, 3) sebenarnya disebut Angka Arab Barat. Sementara itu, angka yang digunakan di sebagian besar dunia Arab (١, ٢, ٣) disebut Angka Arab Timur. Dalam pembahasan ini, kita akan menggunakan Angka Arab Timur dalam penulisannya.

Angka 1 (وَاحِدٌ - Wāḥidun): Fondasi Ke-Esa-an

Angka satu adalah permulaan dari segalanya. Dalam bahasa Arab, ia memiliki tempat yang sangat istimewa, baik secara linguistik maupun teologis.

وَاحِدٌ

Wāḥidun

Bentuk Maskulin (Mudzakkar) dan Feminin (Mu'annats)

Salah satu konsep inti dalam bahasa Arab adalah pembedaan gender pada kata benda. Angka 1 dan 2 harus menyesuaikan diri dengan gender dari kata benda yang dihitungnya.

Kaidah Tata Bahasa: Angka Sebagai Sifat (Na'at)

Untuk angka 1 (dan 2), kaidahnya unik. Posisinya tidak berada sebelum kata benda seperti dalam bahasa Indonesia ("satu buku"), melainkan setelah kata benda dan berfungsi sebagai kata sifat (na'at) yang menyifati kata benda (man'ut) tersebut. Artinya, ia harus mengikuti gender, status (ma'rifah/nakirah), dan i'rab (kasus gramatikal) dari kata benda yang diikutinya.

Contoh Maskulin:

كِتَابٌ وَاحِدٌ

Kitābun wāḥidun

Artinya: Satu buku (sebuah buku yang satu).

Analisis: Kitābun adalah kata benda maskulin nakirah (umum) dalam keadaan nominatif (marfu'). Oleh karena itu, angka wāḥidun juga harus dalam bentuk maskulin, nakirah, dan marfu'.

Contoh Feminin:

سَيَّارَةٌ وَاحِدَةٌ

Sayyāratun wāḥidatun

Artinya: Satu mobil (sebuah mobil yang satu).

Analisis: Sayyāratun adalah kata benda feminin (karena diakhiri ta' marbuthah), nakirah, dan marfu'. Maka, angka yang digunakan adalah wāḥidatun yang juga feminin, nakirah, dan marfu'.

Konteks Budaya dan Spiritual

Angka satu memiliki makna yang sangat dalam, terutama dalam konteks Islam. Konsep Tawhid (توحيد), atau keesaan Allah, adalah pilar utama akidah. Kata yang sering digunakan dalam Al-Qur'an untuk menegaskan keunikan Tuhan adalah أَحَدٌ (Aḥad), yang berakar sama dengan wāḥid. Surah Al-Ikhlas dengan tegas menyatakan, قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ("Katakanlah, Dialah Allah, Yang Maha Esa"). Kata Aḥad menyiratkan keesaan yang absolut, unik, dan tidak terbagi, sementara wāḥid lebih merujuk pada "satu" dalam urutan hitungan.

Angka 2 (اِثْنَانِ - Ithnāni): Konsep Dualitas

Angka dua memperkenalkan konsep pasangan atau dualitas. Dalam tata bahasa Arab, ada bentuk khusus untuk menunjukkan jumlah "dua" yang disebut mutsanna (مثنى).

اِثْنَانِ

Ithnāni

Bentuk Maskulin dan Feminin

Kaidah Tata Bahasa: Mengikuti Aturan Angka Satu

Sama seperti angka satu, angka dua juga diletakkan setelah kata benda dan berfungsi sebagai sifat (na'at). Ia harus sesuai dengan gender dan i'rab kata benda yang disifatinya.

Namun, keunikan bahasa Arab terletak pada bentuk mutsanna. Seringkali, untuk menyatakan jumlah dua, kita tidak perlu menyebutkan angka ithnāni karena bentuk kata bendanya sendiri sudah menunjukkan jumlah dua. Misalnya, kitābun (satu buku) menjadi kitābāni (dua buku). Penambahan angka ithnāni setelahnya hanya berfungsi sebagai penegas (ta'kid).

Contoh Maskulin:

قَلَمَانِ اثْنَانِ

Qalamāni ithnāni

Artinya: Dua buah pulpen.

Analisis: Qalamāni adalah bentuk mutsanna dari qalamun (pulpen), yang sudah berarti "dua pulpen". Penambahan ithnāni (bentuk maskulin) menegaskan jumlahnya.

Contoh Feminin:

حَقِيْبَتَانِ اثْنَتَانِ

Ḥaqībatāni ithnatāni

Artinya: Dua buah tas.

Analisis: Ḥaqībatāni adalah bentuk mutsanna dari ḥaqībatun (tas), yang sudah berarti "dua tas". Angka penegasnya adalah ithnatāni (bentuk feminin).

Perubahan Bentuk Berdasarkan I'rab

Bentuk dual (mutsanna) dan angka 2 berubah akhiran tergantung pada posisinya dalam kalimat (i'rab). Akhiran -āni digunakan untuk keadaan nominatif (marfu'), sedangkan akhiran -ayni digunakan untuk keadaan akusatif (manshub) dan genitif (majrur). Contoh: Ra'aytu qalamayni ithnayni (Saya melihat dua pulpen).

Era Baru: Angka 3-10 dan Kaidah Persilangan Gender

Mulai dari angka tiga hingga sepuluh, kita memasuki sebuah kaidah gramatikal yang sangat penting dan seringkali menjadi tantangan bagi pemula. Kaidah ini berbeda total dari angka 1 dan 2.

Prinsip Utama Kaidah 3-10:

  1. Posisi: Angka ('adad) disebutkan sebelum kata benda (ma'dud).
  2. Kaidah Persilangan Gender (Mukhalafah): Gender angka berlawanan dengan gender kata benda yang dihitung. Jika benda maskulin, angkanya feminin. Jika benda feminin, angkanya maskulin.
  3. Bentuk Kata Benda: Kata benda (ma'dud) harus dalam bentuk jamak (plural) dan dalam kasus genitif (majrur), biasanya ditandai dengan harakat kasrahtain di akhir.

Mari kita bedah satu per satu.

Angka 3 (ثَلَاثَةٌ - Thalāthah)

ثَلَاثَةٌ

Thalāthah

Contoh Menghitung Benda Maskulin:

ثَلَاثَةُ كُتُبٍ

Thalāthatu kutubin

Artinya: Tiga buah buku.

Analisis:

Contoh Menghitung Benda Feminin:

ثَلَاثُ سَيَّارَاتٍ

Thalāthu sayyārātin

Artinya: Tiga buah mobil.

Analisis:

Angka 4 (أَرْبَعَةٌ - Arba'ah)

أَرْبَعَةٌ

Arba'ah

Kaidah yang sama persis dengan angka 3 berlaku di sini. Angka empat memiliki signifikansi dalam tradisi Islam, seperti adanya empat Khulafa'ur Rasyidin (Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali) dan empat mazhab fikih utama (Hanafi, Maliki, Syafi'i, Hanbali).

Contoh Maskulin:

أَرْبَعَةُ أَقْلَامٍ

Arba'atu aqlāmin

Artinya: Empat buah pulpen. (Tunggal: qalamun - maskulin).

Contoh Feminin:

أَرْبَعُ غُرَفٍ

Arba'u ghurafin

Artinya: Empat buah kamar. (Tunggal: ghurfatun - feminin).

Angka 5 (خَمْسَةٌ - Khamsah)

خَمْسَةٌ

Khamsah

Angka lima sangat identik dengan Rukun Islam yang berjumlah lima (Syahadat, Shalat, Zakat, Puasa, Haji) dan shalat wajib lima waktu dalam sehari semalam. Kaidah penggunaannya tetap konsisten dengan aturan 3-10.

Contoh Maskulin:

خَمْسَةُ رِجَالٍ

Khamsatu rijālin

Artinya: Lima orang laki-laki. (Tunggal: rajulun - maskulin).

Contoh Feminin:

خَمْسُ صَلَوَاتٍ

Khamsu ṣalawātin

Artinya: Lima shalat. (Tunggal: ṣalātun - feminin).

Angka 6 (سِتَّةٌ - Sittah)

سِتَّةٌ

Sittah

Dalam teologi Islam, angka enam merujuk pada Rukun Iman (Iman kepada Allah, Malaikat, Kitab, Rasul, Hari Akhir, serta Qada dan Qadar) dan periode penciptaan langit dan bumi dalam enam masa (sittati ayyām).

Contoh Maskulin:

سِتَّةُ أَيَّامٍ

Sittatu ayyāmin

Artinya: Enam hari. (Tunggal: yaumun - maskulin).

Contoh Feminin:

سِتُّ نَوَافِذَ

Sittu nawāfidza

Artinya: Enam jendela. (Tunggal: nāfidzatun - feminin). Catatan: nawāfidza adalah bentuk jamak yang tidak menerima tanwin (ghairu munsharif), sehingga majrur-nya dengan fathah.

Angka 7 (سَبْعَةٌ - Sab'ah)

سَبْعَةٌ

Sab'ah

Angka tujuh memiliki frekuensi kemunculan yang tinggi dalam Al-Qur'an dan tradisi Islam. Ia seringkali melambangkan kesempurnaan atau kelengkapan. Beberapa contohnya termasuk tujuh lapis langit (sab'a samāwāt), tujuh lapis bumi, tujuh kali tawaf mengelilingi Ka'bah, tujuh kali sa'i antara Safa dan Marwah, dan tujuh pintu neraka Jahannam.

Contoh Maskulin:

سَبْعَةُ أَبْوَابٍ

Sab'atu abwābin

Artinya: Tujuh pintu. (Tunggal: bābun - maskulin).

Contoh Feminin:

سَبْعُ سَمَاوَاتٍ

Sab'u samāwātin

Artinya: Tujuh langit. (Tunggal: samā'un - dianggap feminin).

Angka 8 (ثَمَانِيَةٌ - Thamāniyah)

ثَمَانِيَةٌ

Thamāniyah

Angka delapan disebutkan dalam Al-Qur'an sebagai jumlah malaikat yang menopang 'Arsy (Singgasana) Allah pada hari kiamat. Penggunaannya dalam kalimat mengikuti pola yang sama.

Contoh Maskulin:

ثَمَانِيَةُ طُلَّابٍ

Thamāniyatu ṭullābin

Artinya: Delapan siswa. (Tunggal: ṭālibun - maskulin).

Contoh Feminin:

ثَمَانِي سَاعَاتٍ

Thamāni sā'ātin

Artinya: Delapan jam. (Tunggal: sā'atun - feminin).

Angka 9 (تِسْعَةٌ - Tis'ah)

تِسْعَةٌ

Tis'ah

Angka sembilan merujuk pada sembilan mukjizat yang diberikan kepada Nabi Musa. Secara linguistik, kaidah persilangan gender tetap berlaku dengan konsisten.

Contoh Maskulin:

تِسْعَةُ مَسَاجِدَ

Tis'atu masājida

Artinya: Sembilan masjid. (Tunggal: masjidun - maskulin; jamak masājid tidak bertanwin).

Contoh Feminin:

تِسْعُ مَجَلَّاتٍ

Tis'u majallātin

Artinya: Sembilan majalah. (Tunggal: majallatun - feminin).

Angka 10 (عَشَرَةٌ - 'Asyarah)

عَشَرَةٌ

'Asyarah

Angka sepuluh melengkapi seri pertama bilangan. Ia memiliki tempat penting, seperti dalam penyebutan hari Asyura (hari kesepuluh bulan Muharram) dan keutamaan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Kaidah untuk angka sepuluh (ketika berdiri sendiri) sama persis dengan kaidah 3-9.

Contoh Maskulin:

عَشَرَةُ أَصْحَابٍ

'Asyaratu aṣḥābin

Artinya: Sepuluh sahabat. (Tunggal: ṣāḥibun - maskulin).

Contoh Feminin:

عَشْرُ كَلِمَاتٍ

'Asyru kalimātin

Artinya: Sepuluh kata. (Tunggal: kalimatun - feminin).

Ringkasan Tabel Angka 1-10

Berikut adalah tabel ringkasan untuk mempermudah Anda mengingat bentuk-bentuk angka dari satu hingga sepuluh.

Angka Tulisan Arab Bentuk Maskulin
(untuk benda feminin 3-10)
Bentuk Feminin
(untuk benda maskulin 3-10)
1 ١ وَاحِدٌ (wāḥidun) وَاحِدَةٌ (wāḥidatun)
2 ٢ اِثْنَانِ (ithnāni) اِثْنَتَانِ (ithnatāni)
3 ٣ ثَلَاثٌ (thalāthu) ثَلَاثَةٌ (thalāthatu)
4 ٤ أَرْبَعٌ (arba'u) أَرْبَعَةٌ (arba'atu)
5 ٥ خَمْسٌ (khamsu) خَمْسَةٌ (khamsatu)
6 ٦ سِتٌّ (sittu) سِتَّةٌ (sittatu)
7 ٧ سَبْعٌ (sab'u) سَبْعَةٌ (sab'atu)
8 ٨ ثَمَانٍ (thamānin) ثَمَانِيَةٌ (thamāniyatu)
9 ٩ تِسْعٌ (tis'u) تِسْعَةٌ (tis'atu)
10 ١٠ عَشْرٌ ('asyru) عَشَرَةٌ ('asyaratu)

Kesimpulan: Membangun Fondasi yang Kokoh

Menguasai angka 1 sampai 10 dalam bahasa Arab adalah langkah fundamental yang membuka pemahaman terhadap logika dan struktur bahasa yang lebih kompleks. Perbedaan mencolok antara kaidah angka 1-2 dan 3-10, terutama konsep persilangan gender, adalah kunci yang harus dipegang erat. Ini bukan sekadar menghafal kosakata, melainkan memahami sistem yang akan terus terpakai saat Anda mempelajari bilangan-bilangan yang lebih besar.

Dengan mempraktikkan contoh-contoh yang diberikan dan mencoba membuat kalimat sendiri, Anda akan membangun fondasi yang kokoh. Angka-angka ini adalah guru pertama Anda dalam ilmu nahwu, mengajarkan tentang gender, jumlah, dan kasus gramatikal (i'rab) dengan cara yang sangat praktis dan nyata. Teruslah berlatih, karena dari sepuluh angka inilah perjalanan Anda menuju kefasihan berbahasa Arab dimulai.

🏠 Homepage