Bahu adalah sendi yang paling sering mengalami dislokasi atau yang lebih awam dikenal sebagai bahu copot. Sendi bahu, yang menghubungkan tulang lengan atas (humerus) dengan tulang belikat (skapula), adalah sendi yang sangat fleksibel, memungkinkannya bergerak dalam rentang yang luas. Namun, fleksibilitas inilah yang juga membuatnya rentan terhadap cedera serius seperti dislokasi.
Dislokasi terjadi ketika kepala tulang lengan atas terlepas seluruhnya dari soket pada tulang belikat. Kondisi ini menimbulkan rasa sakit yang hebat, ketidakmampuan menggerakkan lengan, dan perubahan bentuk yang jelas pada area bahu.
Sebagian besar kasus bahu copot terjadi akibat trauma atau cedera fisik. Gerakan yang tiba-tiba dan kuat merupakan pemicu utama. Beberapa aktivitas atau kejadian yang sering menyebabkan kondisi ini meliputi:
Ketika bahu copot terjadi, gejalanya biasanya sangat jelas dan memerlukan penanganan medis segera. Jangan mencoba membetulkannya sendiri karena dapat memperburuk kerusakan saraf atau pembuluh darah di area tersebut.
Gejala utama bahu copot meliputi:
Pertolongan pertama untuk bahu copot berfokus pada stabilisasi dan mengurangi rasa sakit sampai bantuan medis profesional tiba. Prinsip RICE (Rest, Ice, Compression, Elevation) sering diterapkan, meskipun kompresi dan elevasi harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak menekan area yang cedera.
Prosedur medis yang disebut reduksi adalah langkah krusial. Ini adalah proses di mana dokter secara hati-hati mengembalikan kepala tulang lengan atas ke dalam soketnya. Prosedur ini biasanya dilakukan di bawah anestesi atau sedasi karena rasa sakitnya intens.
Setelah bahu berhasil direduksi, imobilisasi menggunakan gendongan (sling) akan diperlukan selama beberapa minggu untuk memungkinkan jaringan lunak (ligamen dan kapsul sendi) pulih dan mengencang kembali. Fisioterapi adalah tahap selanjutnya yang sangat penting untuk mengembalikan rentang gerak penuh dan kekuatan otot rotator cuff, sehingga mencegah kejadian bahu copot terulang kembali di masa mendatang.