Ketahui Lebih Dalam Tentang Bahu Retak

Area Klavikula/Skapula Humerus Ilustrasi skematis area bahu dengan tanda patah (retak)

Cedera pada area bahu merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal yang paling umum dialami, baik karena kecelakaan, jatuh, maupun aktivitas olahraga berulang. Salah satu kondisi yang memerlukan penanganan serius adalah **bahu retak**. Istilah ini sering digunakan masyarakat awam untuk merujuk pada fraktur (patah tulang) pada salah satu komponen tulang penyusun sendi bahu, seperti tulang selangka (klavikula), tulang belikat (skapula), atau bagian atas tulang lengan atas (humerus).

Apa yang Menyebabkan Bahu Retak?

Penyebab utama dari bahu retak hampir selalu melibatkan trauma fisik yang signifikan. Benturan langsung pada bahu, seperti terjatuh dengan posisi tangan terulur (FOOSH - Fall On Outstretched Hand), dapat memberikan tekanan besar yang melampaui batas elastisitas tulang. Selain itu, kecelakaan lalu lintas atau cedera olahraga kontak juga sangat rentan menyebabkan retakan. Dalam kasus yang lebih jarang, tulang yang sudah melemah akibat kondisi medis tertentu, seperti osteoporosis, bisa mengalami fraktur hanya dengan tekanan ringan atau gerakan yang tidak terduga.

Gejala Kunci yang Perlu Diwaspadai

Mengenali gejala awal sangat penting untuk mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat. Gejala bahu retak sangat khas dan seringkali langsung terasa. Berikut adalah indikator utama:

Diagnosis dan Langkah Penanganan Awal

Jika Anda mencurigai adanya bahu retak, langkah pertama adalah menghentikan semua aktivitas dan mengimobilisasi lengan menggunakan gendongan (arm sling) jika tersedia, sambil segera mencari pertolongan medis. Diagnosis definitif memerlukan pemeriksaan pencitraan, biasanya melalui Rontgen (X-ray). Dalam beberapa kasus kompleks, CT scan atau MRI mungkin diperlukan untuk melihat tingkat keparahan kerusakan jaringan lunak di sekitarnya.

Penanganan sangat bergantung pada lokasi dan jenis retakan. Fraktur klavikula yang tidak bergeser mungkin hanya memerlukan imobilisasi selama beberapa minggu. Namun, retakan yang parah, terpisah jauh, atau melibatkan sendi mungkin memerlukan intervensi bedah untuk menyatukan kembali fragmen tulang menggunakan pelat, sekrup, atau pen. Proses rehabilitasi fisik setelah stabilisasi adalah kunci untuk mengembalikan fungsi gerak penuh. Konsistensi dalam fisioterapi membantu mencegah kekakuan sendi permanen dan menguatkan kembali otot-otot penyangga.

Meskipun proses pemulihan bahu retak membutuhkan kesabaran, dengan diagnosis akurat dan kepatuhan terhadap rencana perawatan dokter, mayoritas pasien dapat pulih sepenuhnya dan kembali beraktivitas normal. Jangan pernah meremehkan rasa nyeri pada bahu pasca trauma.

🏠 Homepage