Pertanyaan tentang bagaimana manusia bisa pergi ke luar angkasa selalu menarik perhatian. Perjalanan ke luar angkasa bukanlah sekadar naik kendaraan, melainkan sebuah proses kompleks yang melibatkan sains, teknologi, dan dedikasi luar biasa. Ini adalah perjalanan yang dimulai jauh sebelum astronot meluncur dari Bumi.
Menjadi astronot adalah pekerjaan yang sangat menuntut. Calon astronot harus melewati serangkaian tes fisik dan psikologis yang sangat ketat. Mereka harus memiliki kondisi fisik prima, tidak memiliki riwayat penyakit kronis, dan mampu menahan tekanan serta stres yang ekstrem. Pelatihan fisik meliputi latihan ketahanan, kekuatan, dan kemampuan beradaptasi dengan gravitasi nol. Selain itu, kemampuan untuk bekerja dalam tim, memecahkan masalah di bawah tekanan, dan menjaga ketenangan dalam situasi darurat juga menjadi prioritas utama.
Calon astronot biasanya memiliki latar belakang pendidikan yang kuat di bidang sains, teknologi, teknik, dan matematika (STEM). Banyak dari mereka adalah insinyur, ilmuwan, atau pilot berpengalaman. Setelah lolos seleksi, mereka akan menjalani program pelatihan yang intensif selama bertahun-tahun. Pelatihan ini mencakup:
Transportasi utama untuk pergi ke luar angkasa adalah menggunakan roket. Roket adalah kendaraan yang sangat kuat dan kompleks, dirancang untuk mengatasi gaya gravitasi Bumi dan mencapai kecepatan yang dibutuhkan untuk keluar dari atmosfer planet kita. Roket bekerja berdasarkan prinsip aksi-reaksi Newton, di mana pembakaran bahan bakar menciptakan semburan gas panas yang dikeluarkan ke bawah dengan kecepatan tinggi, mendorong roket ke atas.
Roket modern biasanya memiliki beberapa tingkatan. Tingkat pertama adalah yang paling besar dan paling kuat, bertugas mendorong roket keluar dari sebagian besar atmosfer. Setelah bahan bakar di tingkat pertama habis, tingkat tersebut akan terlepas dan jatuh kembali ke Bumi (biasanya ke laut), sementara tingkat berikutnya mengambil alih. Proses ini berlanjut hingga kapsul atau wahana antariksa yang membawa astronot mencapai orbit yang diinginkan atau bahkan lebih jauh.
Astronot duduk di dalam kapsul atau wahana antariksa yang merupakan bagian dari ujung roket. Kapsul ini dirancang untuk melindungi astronot dari kondisi ekstrem di luar angkasa, termasuk:
Di dalam kapsul, terdapat sistem pendukung kehidupan yang kompleks, termasuk pasokan oksigen, pengaturan suhu, dan sistem pengelolaan limbah. Selain itu, ada juga instrumen navigasi, komunikasi, dan kontrol untuk mengendalikan wahana.
Setelah peluncuran, roket membawa kapsul ke kecepatan yang sangat tinggi, biasanya sekitar 28.000 kilometer per jam untuk mencapai orbit Bumi. Pada kecepatan ini, objek akan terus jatuh mengelilingi Bumi, alih-alih jatuh kembali ke permukaan. Jika tujuannya lebih jauh, seperti ke Bulan atau Mars, roket akan melakukan manuver lebih lanjut untuk keluar dari orbit Bumi dan menuju tujuan tersebut.
Selama perjalanan, astronot akan mengalami kondisi tanpa bobot (gravitasi nol). Tubuh mereka akan beradaptasi dengan kondisi ini, yang dapat menimbulkan efek samping seperti mual dan kehilangan massa otot serta kepadatan tulang jika tidak diatasi dengan latihan yang tepat. Komunikasi dengan pusat kendali di Bumi sangat penting selama seluruh misi untuk memantau kondisi astronot dan wahana, serta memberikan panduan.
Dengan kombinasi sains yang canggih, rekayasa yang teliti, dan pelatihan yang tak kenal lelah, para astronot dapat mencapai mimpi manusia untuk menjelajahi keindahan dan misteri alam semesta. Perjalanan ke luar angkasa adalah bukti nyata dari kemampuan dan keingintahuan manusia.