Hadza Artinya: Mengupas Tuntas Kata Tunjuk dalam Bahasa Arab
Memasuki dunia Bahasa Arab berarti kita akan berkenalan dengan struktur kalimat yang unik dan kaya. Salah satu elemen paling dasar dan fundamental yang akan ditemui oleh setiap pembelajar adalah kata tunjuk. Dalam Bahasa Arab, kata tunjuk dikenal dengan istilah Isim Isyarah (اِسْمُ الْإِشَارَةِ). Di antara berbagai macam Isim Isyarah, kata yang paling sering muncul dan menjadi gerbang awal pemahaman adalah هَٰذَا (hadza). Pertanyaan "hadza artinya apa?" menjadi langkah pertama yang esensial. Artikel ini akan mengupas secara mendalam, dari dasar hingga ke tingkat yang lebih lanjut, mengenai makna, penggunaan, dan seluk-beluk kaidah yang menyertai kata هَٰذَا.
Memahami Makna Dasar: Hadza Artinya "Ini"
Secara harfiah dan sederhana, hadza artinya adalah "ini". Fungsinya sama persis dengan kata "ini" dalam Bahasa Indonesia, yaitu untuk menunjuk sesuatu (benda, orang, atau konsep) yang memiliki tiga karakteristik utama:
- Dekat (لِلْقَرِيْبِ): Objek yang ditunjuk berada dekat dengan si pembicara.
- Tunggal (لِلْمُفْرَدِ): Objek yang ditunjuk berjumlah satu.
- Maskulin (لِلْمُذَكَّرِ): Objek yang ditunjuk berjenis kelamin laki-laki atau dianggap maskulin secara gramatikal.
Poin ketiga inilah yang menjadi salah satu pembeda utama antara Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia. Dalam Bahasa Arab, semua kata benda (isim) memiliki gender gramatikal, yaitu mudzakkar (maskulin) atau muannats (feminin). هَٰذَا secara spesifik digunakan hanya untuk menunjuk kata benda yang tergolong mudzakkar.
Contoh Penggunaan Dasar
هَٰذَا كِتَابٌ.
Hadza kitabun.
Ini (adalah) sebuah buku.
هَٰذَا قَلَمٌ.
Hadza qalamun.
Ini (adalah) sebuah pena.
هَٰذَا بَيْتٌ.
Hadza baitun.
Ini (adalah) sebuah rumah.
Pada contoh-contoh di atas, kata كِتَابٌ (buku), قَلَمٌ (pena), dan بَيْتٌ (rumah) adalah kata benda tunggal yang bergender maskulin. Oleh karena itu, kata tunjuk yang tepat untuk digunakan adalah هَٰذَا.
Hadza dalam Keluarga Besar Isim Isyarah
Untuk memahami هَٰذَا secara komprehensif, kita perlu melihat posisinya dalam keluarga besar kata tunjuk atau Isim Isyarah. Isim Isyarah dikategorikan berdasarkan jarak (dekat atau jauh) dan jumlah/gender (tunggal, ganda, jamak untuk maskulin dan feminin). Mengetahui kerabatnya akan membuat kita lebih paham kapan harus menggunakan هَٰذَا dan kapan harus menggunakan kata tunjuk yang lain.
1. Isim Isyarah untuk Jarak Dekat (لِلْقَرِيْبِ)
Ini adalah kelompok di mana هَٰذَا berada.
| Jumlah & Gender | Arab | Transliterasi | Arti |
|---|---|---|---|
| Tunggal Maskulin | هَٰذَا | Hadza | Ini (lk) |
| Tunggal Feminin | هَٰذِهِ | Hadzih | Ini (pr) |
| Ganda Maskulin | هَذَانِ / هَذَيْنِ | Hadzani / Hadzaini | Ini berdua (lk) |
| Ganda Feminin | هَاتَانِ / هَاتَيْنِ | Hatani / Hataini | Ini berdua (pr) |
| Jamak (Maskulin & Feminin) | هَؤُلَاءِ | Ha'ula'i | Ini (mereka/banyak) |
2. Isim Isyarah untuk Jarak Jauh (لِلْبَعِيْدِ)
Ini adalah lawan dari kelompok pertama, digunakan untuk menunjuk objek yang jauh.
| Jumlah & Gender | Arab | Transliterasi | Arti |
|---|---|---|---|
| Tunggal Maskulin | ذَٰلِكَ | Dzalika | Itu (lk) |
| Tunggal Feminin | تِلْكَ | Tilka | Itu (pr) |
| Ganda Maskulin | ذَانِكَ / ذَيْنِكَ | Dzanika / Dzainika | Itu berdua (lk) |
| Ganda Feminin | تَانِكَ / تَيْنِكَ | Tanika / Tainika | Itu berdua (pr) |
| Jamak (Maskulin & Feminin) | أُولَٰئِكَ | Ula'ika | Itu (mereka/banyak) |
Dengan melihat tabel di atas, posisi هَٰذَا menjadi sangat jelas. Ia adalah fondasi untuk menunjuk objek tunggal, maskulin, dan dekat. Memahami tabel ini adalah kunci untuk menghindari kesalahan umum dalam penggunaan kata tunjuk.
Perbedaan Krusial: Hadza (هَٰذَا) vs Hadzih (هَٰذِهِ)
Kesalahan paling umum bagi pemula adalah tertukarnya penggunaan antara هَٰذَا (untuk maskulin) dan هَٰذِهِ (untuk feminin). Kunci untuk membedakannya adalah dengan mengenali ciri-ciri kata benda feminin (muannats). Ciri yang paling umum dan mudah dikenali adalah adanya Ta Marbuthah (ة) di akhir kata.
Perbandingan Hadza dan Hadzih
Penggunaan Hadza (Maskulin):
هَٰذَا مَسْجِدٌ.
Hadza masjidun.
Ini adalah sebuah masjid.
Penggunaan Hadzih (Feminin):
هَٰذِهِ مَدْرَسَةٌ.
Hadzih madrasatun.
Ini adalah sebuah sekolah.
Penggunaan Hadza (Maskulin):
هَٰذَا طَالِبٌ.
Hadza thalibun.
Ini adalah seorang siswa.
Penggunaan Hadzih (Feminin):
هَٰذِهِ طَالِبَةٌ.
Hadzih thalibatun.
Ini adalah seorang siswi.
Perhatikan bagaimana kata مَدْرَسَةٌ (sekolah) dan طَالِبَةٌ (siswi) diakhiri dengan Ta Marbuthah (ة), sehingga wajib menggunakan kata tunjuk هَٰذِهِ. Sebaliknya, kata مَسْجِدٌ (masjid) dan طَالِبٌ (siswa) tidak memiliki Ta Marbuthah, sehingga digolongkan sebagai maskulin dan menggunakan هَٰذَا.
Selain Ta Marbuthah, ada juga ciri feminin lain seperti nama perempuan (contoh: Zainab, Fatimah), anggota tubuh yang berpasangan (tangan, mata), atau kata-kata yang dianggap feminin oleh orang Arab (sama'i), namun Ta Marbuthah adalah kaidah yang paling dasar dan sering ditemui.
Kaidah Nahwu (Tata Bahasa) Terkait Hadza
Memahami "hadza artinya ini" saja tidak cukup. Untuk bisa membangun kalimat yang benar, kita perlu memahami bagaimana هَٰذَا berperilaku dalam struktur tata bahasa Arab (Ilmu Nahwu). Ada beberapa konsep kunci yang harus dipahami.
1. Hadza adalah Isim Mabni (اِسْمُ مَبْنِي)
Dalam Ilmu Nahwu, kata dibagi menjadi dua jenis berdasarkan perubahan harakat akhirnya: mu'rab (bisa berubah) dan mabni (tetap). هَٰذَا termasuk dalam kategori isim mabni. Artinya, harakat akhir dari kata هَٰذَا tidak akan pernah berubah, meskipun kedudukannya dalam kalimat berubah. Ia akan selalu dibaca "hadza".
Ini berbeda dengan isim mu'rab seperti كِتَابٌ yang bisa berubah menjadi كِتَابًا atau كِتَابٍ tergantung posisinya. Sifat mabni ini berlaku untuk semua Isim Isyarah kecuali bentuk ganda (mutsanna) seperti هَذَانِ/هَذَيْنِ.
2. Kedudukan (I'rab) Hadza dalam Kalimat
Meskipun harakat akhirnya tetap, هَٰذَا bisa menempati berbagai posisi (i'rab) dalam kalimat. Posisi inilah yang menentukan perannya dalam struktur kalimat.
a. Hadza sebagai Mubtada' (مُبْتَدَأ) - Subjek
Ini adalah penggunaan yang paling umum. Ketika هَٰذَا berada di awal kalimat, ia berkedudukan sebagai Mubtada' (subjek). Kata yang datang setelahnya dan melengkapi makna kalimat disebut Khabar (predikat).
هَٰذَا مُهَنْدِسٌ.
Hadza muhandisun.
Ini (adalah) seorang insinyur.
هَٰذَا: Isim isyarah mabni di atas fathah, menempati posisi rafa' sebagai Mubtada'.مُهَنْدِسٌ: Khabar yang marfu' dengan tanda dhommah.
b. Hadza sebagai Khabar (خَبَر) - Predikat
Meskipun lebih jarang, هَٰذَا juga bisa berfungsi sebagai Khabar (predikat). Biasanya ini terjadi ketika Mubtada'-nya adalah isim ma'rifah (definitif) lain.
أَخِيْ هَٰذَا.
Akhii hadza.
Saudaraku (adalah) yang ini.
أَخِيْ: Mubtada' yang marfu'.هَٰذَا: Isim isyarah mabni, menempati posisi rafa' sebagai Khabar.
c. Hadza sebagai Maf'ul Bih (مَفْعُوْل بِه) - Objek
Ketika هَٰذَا menjadi objek dari sebuah kata kerja transitif (fi'il muta'addi), maka ia berkedudukan sebagai Maf'ul Bih.
قَرَأْتُ هَٰذَا الْكِتَابَ.
Qara'tu hadzal kitaba.
Aku telah membaca buku ini.
قَرَأْتُ: Fi'il (kata kerja) dan Fa'il (subjek).هَٰذَا: Isim isyarah mabni, menempati posisi nashab sebagai Maf'ul Bih.الْكِتَابَ: Badal (pengganti) dariهَٰذَا, sehingga i'rabnya ikut nashab.
d. Hadza setelah Huruf Jar (مَجْرُوْر)
Jika هَٰذَا didahului oleh huruf jar (kata depan) seperti فِي (di dalam), مِنْ (dari), إِلَى (ke), atau بِ (dengan), maka ia berkedudukan sebagai majrur.
نَظَرْتُ إِلَىٰ هَٰذَا الرَّجُلِ.
Nazhartu ila hadzar rajuli.
Aku melihat kepada laki-laki ini.
نَظَرْتُ: Fi'il dan Fa'il.إِلَىٰ: Huruf Jar.هَٰذَا: Isim isyarah mabni, menempati posisi jar karena didahului huruf jar.الرَّجُلِ: Badal dariهَٰذَا, sehingga i'rabnya ikut jar.
3. Kaidah Isim Setelah Hadza
Ada sebuah kaidah penting yang perlu diperhatikan: Jika kata benda (isim) yang datang setelah هَٰذَا memiliki alif lam (ال), maka kata tersebut tidak lagi menjadi khabar (predikat), melainkan menjadi badal (pengganti) atau sifat yang menjelaskan هَٰذَا. Akibatnya, kalimat tersebut menjadi belum sempurna dan membutuhkan khabar.
Kalimat Sempurna (Jumlah Mufidah):
هَٰذَا بَيْتٌ.
Hadza baitun.
Ini (adalah) sebuah rumah.
(هَٰذَا = Mubtada', بَيْتٌ = Khabar)
Frasa Belum Sempurna:
هَٰذَا الْبَيْتُ...
Hadza al-baitu...
Rumah ini...
(Kalimat ini belum lengkap. "Rumah ini kenapa?" Kita perlu menambahkan khabar untuk melengkapinya).
Kalimat Sempurna dengan Badal:
هَٰذَا الْبَيْتُ جَمِيْلٌ.
Hadza al-baitu jamilun.
Rumah ini indah.
(هَٰذَا = Mubtada', الْبَيْتُ = Badal, جَمِيْلٌ = Khabar)
Memahami kaidah ini sangat krusial karena akan mengubah total makna dan struktur kalimat yang kita buat. Ini adalah salah satu konsep nahwu tingkat menengah yang berkaitan langsung dengan penggunaan هَٰذَا.
Penggunaan Hadza dalam Kalimat Tanya
هَٰذَا juga sering digunakan dalam kalimat tanya. Biasanya dengan menambahkan partikel tanya di depannya.
1. Menggunakan مَا (Ma) - Apa?
Partikel مَا digunakan untuk menanyakan benda yang tidak berakal.
مَا هَٰذَا؟
Ma hadza?
Apa ini?
هَٰذَا مِفْتَاحٌ.
Hadza miftahun.
Ini adalah sebuah kunci.
2. Menggunakan مَنْ (Man) - Siapa?
Partikel مَنْ digunakan untuk menanyakan orang atau sesuatu yang berakal.
مَنْ هَٰذَا؟
Man hadza?
Siapa ini?
هَٰذَا طَبِيْبٌ.
Hadza thabibun.
Ini adalah seorang dokter.
3. Menggunakan أَ (A) atau هَلْ (Hal) - Apakah?
Partikel أَ (hamzah istifham) digunakan untuk meminta konfirmasi ya atau tidak.
أَهَٰذَا بَيْتُكَ؟
Ahadza baituka?
Apakah ini rumahmu?
نَعَمْ، هَٰذَا بَيْتِيْ.
Na'am, hadza baitii.
Iya, ini rumahku.
لَا، هَٰذَا بَيْتُ أَخِيْ.
Laa, hadza baytu akhii.
Bukan, ini rumah saudaraku.
Contoh Penggunaan Hadza dalam Al-Qur'an
Sebagai kata yang sangat fundamental, هَٰذَا muncul ratusan kali di dalam Al-Qur'an. Memperhatikan penggunaannya dalam konteks ayat suci dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam dan spiritual.
Surah Al-Isra' Ayat 9
إِنَّ هَٰذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ
Inna hadzal qur'ana yahdi lillati hiya aqwam.
"Sesungguhnya Al-Qur'an ini memberikan petunjuk ke jalan yang paling lurus."
Analisis: Di sini, هَٰذَا menempati posisi nashab karena menjadi isim Inna. Ia menunjuk kepada "Al-Qur'an" yang dekat dan agung di hati kaum muslimin.
Surah Ibrahim Ayat 35
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَٰذَا الْبَلَدَ آمِنًا
Wa idz qaala Ibrahiimu rabbij'al hadzal balada aaminan.
"Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: ‘Ya Tuhanku, jadikanlah negeri (Makkah) ini, negeri yang aman’."
Analisis: Dalam doa Nabi Ibrahim 'alaihissalam, هَٰذَا digunakan sebagai maf'ul bih pertama dari kata kerja اجْعَلْ (jadikanlah). Ia menunjuk pada negeri Makkah yang ada di hadapannya.
Surah Al-Baqarah Ayat 126
قَالَ وَمَنْ كَفَرَ فَأُمَتِّعُهُ قَلِيلًا ثُمَّ أَضْطَرُّهُ إِلَىٰ عَذَابِ النَّارِ ۖ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ
قَالَ فَمَنْ تَبِعَنِي فَإِنَّهُ مِنِّي ۖ وَمَنْ عَصَانِي فَإِنَّكَ غَفُورٌ رَحِيمٌ. وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَٰذَا بَلَدًا آمِنًا
Wa idz qaala Ibrahiimu rabbij'al hadza baladan aaminan.
"Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berdoa, 'Ya Tuhanku, jadikanlah ini (sebagai) negeri yang aman sentosa'."
Analisis: Contoh ini sedikit berbeda dengan ayat sebelumnya. Di sini, هَٰذَا menjadi maf'ul bih pertama dan بَلَدًا menjadi maf'ul bih kedua, sehingga terjemahannya menjadi "Jadikanlah ini (sebagai) negeri...". Ini menunjukkan fleksibilitas fungsi هَٰذَا dalam struktur kalimat.
Kesimpulan: Lebih dari Sekadar "Ini"
Dari penjabaran yang panjang ini, kita dapat menyimpulkan bahwa jawaban dari "hadza artinya apa?" jauh lebih kompleks dari sekadar "ini". Hadza (هَٰذَا) adalah sebuah kunci pembuka yang membuka pemahaman tentang konsep fundamental dalam Bahasa Arab, yaitu:
- Isim Isyarah (Kata Tunjuk): Mengenalkan kita pada sistem penunjukan objek berdasarkan jarak, jumlah, dan gender.
- Gender Gramatikal (Mudzakar/Muannats): Menegaskan pentingnya membedakan kata benda maskulin dan feminin, yang mempengaruhi pemilihan kata tunjuk, kata sifat, dan kata kerja.
- Struktur Kalimat (Jumlah Ismiyah): Memperkenalkan kita pada konsep Mubtada' (subjek) dan Khabar (predikat), pondasi dari kalimat nominal dalam Bahasa Arab.
- Kaidah I'rab (Mabni/Mu'rab): Menunjukkan bahwa ada kata-kata yang harakat akhirnya tetap (mabni) seperti هَٰذَا, sebuah konsep penting dalam ilmu nahwu.
Menguasai penggunaan هَٰذَا dan keluarganya bukan hanya tentang menghafal arti, tetapi tentang memahami logika dan keindahan struktur Bahasa Arab. Ia adalah batu loncatan pertama yang kokoh untuk melompat ke materi-materi yang lebih kompleks. Dengan terus berlatih, memperhatikan konteks, dan memahami kaidah-kaidah yang menyertainya, penggunaan kata هَٰذَا akan menjadi sesuatu yang alami dan intuitif.