Panduan Lengkap Mengenal Jenis Inhaler dan Cara Kerjanya

Inhaler adalah perangkat medis yang sangat penting bagi jutaan orang di seluruh dunia yang hidup dengan kondisi pernapasan kronis seperti asma dan Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK). Alat ini dirancang untuk menghantarkan obat langsung ke paru-paru, tempat obat tersebut paling dibutuhkan. Metode penghantaran langsung ini menawarkan beberapa keuntungan signifikan dibandingkan obat oral (yang diminum), seperti efek yang lebih cepat, dosis obat yang lebih rendah, dan risiko efek samping sistemik yang lebih kecil. Namun, dunia inhaler bisa tampak membingungkan dengan banyaknya jenis, bentuk, dan warna yang tersedia. Memahami perbedaan mendasar di antara berbagai jenis inhaler adalah kunci untuk penggunaan yang efektif dan manajemen penyakit yang optimal.

Ilustrasi berbagai jenis inhaler Gambar sketsa dari Metered-Dose Inhaler (MDI), Dry Powder Inhaler (DPI) berbentuk diskus, dan Soft Mist Inhaler (SMI).
Berbagai jenis inhaler memiliki bentuk dan mekanisme kerja yang berbeda.

Artikel ini akan mengupas tuntas berbagai jenis inhaler yang umum digunakan, mulai dari mekanisme kerjanya, jenis obat yang terkandung di dalamnya, hingga teknik penggunaan yang benar. Pemahaman ini tidak hanya memberdayakan pasien untuk mengelola kondisi mereka dengan lebih baik, tetapi juga membantu mereka berkomunikasi secara efektif dengan profesional kesehatan untuk memastikan rencana pengobatan yang paling sesuai.

Klasifikasi Utama Inhaler

Secara umum, inhaler dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori utama berdasarkan mekanisme penghantaran obatnya. Setiap jenis memiliki karakteristik, kelebihan, dan kekurangan tersendiri yang membuatnya cocok untuk pasien yang berbeda. Tiga jenis yang paling umum adalah:

  • Metered-Dose Inhaler (MDI) atau Inhaler Dosis Terukur.
  • Dry Powder Inhaler (DPI) atau Inhaler Serbuk Kering.
  • Soft Mist Inhaler (SMI) atau Inhaler Kabut Lembut.

Selain itu, ada juga Nebulizer, yang meskipun bukan inhaler portabel, menggunakan prinsip yang sama untuk mengubah obat cair menjadi uap untuk dihirup. Mari kita bahas masing-masing secara mendalam.


1. Metered-Dose Inhaler (MDI)

Apa itu MDI?

Metered-Dose Inhaler, atau yang sering disebut "puffer", adalah jenis inhaler yang paling dikenal dan telah digunakan selama beberapa dekade. Perangkat ini menggunakan bahan pendorong (propelan) kimia untuk menyemprotkan dosis obat yang telah terukur dengan tepat keluar dari tabung bertekanan (canister) dalam bentuk semprotan aerosol. Obat tersebut kemudian dihirup oleh pasien langsung ke dalam paru-paru.

Komponen Utama MDI

Sebuah MDI terdiri dari dua bagian utama:

  1. Tabung (Canister): Ini adalah tabung logam kecil bertekanan yang berisi campuran obat dan propelan. Propelan berfungsi untuk menciptakan tekanan yang diperlukan untuk menyemprotkan obat keluar.
  2. Aktuator (Actuator): Ini adalah wadah plastik berbentuk "L" yang menampung tabung. Aktuator memiliki corong mulut (mouthpiece) dan mekanisme untuk melepaskan dosis obat ketika bagian atas tabung ditekan.

Cara Kerja MDI

Ketika pasien menekan bagian atas tabung, katup dosis terukur (metering valve) melepaskan sejumlah kecil campuran obat dan propelan. Propelan cair dengan cepat menguap saat keluar dari nosel, memecah obat menjadi partikel-partikel aerosol halus yang dapat terhirup. Kecepatan semprotan yang tinggi dari MDI tradisional memerlukan koordinasi yang baik antara menekan tabung dan menarik napas.

Teknik Penggunaan MDI yang Benar

Penggunaan MDI yang salah adalah masalah umum yang dapat mengurangi efektivitas pengobatan secara drastis. Berikut adalah langkah-langkah yang benar:

  1. Lepaskan penutup mouthpiece dan periksa apakah ada benda asing di dalamnya.
  2. Kocok inhaler dengan kuat selama 5-10 detik. Ini sangat penting untuk memastikan obat dan propelan tercampur rata.
  3. Buang napas sepenuhnya, jauhkan inhaler dari mulut Anda. Kosongkan paru-paru Anda sebanyak yang Anda bisa.
  4. Posisikan inhaler. Letakkan mouthpiece di antara gigi dan tutup bibir Anda rapat-rapat di sekelilingnya, atau posisikan 1-2 inci di depan mulut yang terbuka.
  5. Mulai menarik napas perlahan dan dalam melalui mulut. Sesaat setelah Anda mulai menarik napas (dalam satu detik pertama), tekan tabung satu kali untuk melepaskan obat.
  6. Teruslah menarik napas secara perlahan dan dalam hingga paru-paru terasa penuh.
  7. Tahan napas Anda selama mungkin, idealnya hingga 10 detik. Ini memberikan waktu bagi obat untuk mengendap di saluran napas.
  8. Buang napas perlahan.
  9. Jika dosis kedua diperlukan, tunggu sekitar 30-60 detik dan ulangi langkah-langkah di atas.
  10. Setelah selesai, jika inhaler Anda mengandung kortikosteroid, berkumurlah dengan air dan buang untuk mencegah iritasi mulut dan sariawan.

Kelebihan MDI

  • Portabel dan ringkas: Mudah dibawa ke mana saja.
  • Multi-dosis: Satu tabung berisi banyak dosis (biasanya 100-200 semprotan).
  • Teknik yang mapan: Telah digunakan secara luas selama bertahun-tahun.
  • Higienis: Desain tertutup membantu menjaga kebersihan obat.

Kekurangan MDI

  • Memerlukan koordinasi tangan-napas (hand-breath coordination) yang baik. Ini adalah tantangan terbesar bagi banyak pasien, terutama anak-anak dan lansia.
  • Efek "cold freon": Propelan dapat menyebabkan sensasi dingin di tenggorokan yang membuat beberapa orang berhenti menarik napas terlalu cepat.
  • Deposisi orofaringeal yang tinggi: Sebagian besar obat dapat menempel di bagian belakang tenggorokan jika tekniknya tidak sempurna, yang dapat mengurangi jumlah obat yang mencapai paru-paru dan meningkatkan risiko efek samping lokal (seperti sariawan dengan steroid).

Penggunaan Spacer dengan MDI

Untuk mengatasi masalah koordinasi dan deposisi di tenggorokan, perangkat yang disebut spacer atau valved holding chamber (VHC) sering direkomendasikan. Spacer adalah tabung plastik kosong yang dipasang di antara aktuator MDI dan mulut pasien. Alat ini memperlambat kecepatan semprotan aerosol dan menahan partikel obat di dalam ruangannya, memungkinkan pasien untuk menarik napas secara normal tanpa perlu koordinasi sempurna. Penggunaan spacer secara signifikan meningkatkan jumlah obat yang mencapai paru-paru dan sangat dianjurkan untuk hampir semua pengguna MDI, terutama mereka yang menggunakan kortikosteroid hirup.


2. Dry Powder Inhaler (DPI)

Apa itu DPI?

Dry Powder Inhaler (DPI) adalah perangkat yang diaktifkan oleh napas (breath-actuated) yang menghantarkan obat ke paru-paru dalam bentuk bubuk kering. Berbeda dengan MDI, DPI tidak mengandung propelan. Sebaliknya, perangkat ini bergantung sepenuhnya pada kekuatan tarikan napas pasien untuk menarik bubuk obat dari perangkat dan masuk ke saluran pernapasan.

Jenis-jenis DPI

DPI hadir dalam berbagai bentuk dan desain, yang dapat dikategorikan sebagai:

  • Perangkat dosis tunggal (Single-dose devices): Pasien harus memasukkan kapsul berisi satu dosis obat ke dalam perangkat setiap kali akan digunakan. Contoh: HandiHaler, Aerolizer.
  • Perangkat multi-dosis (Multiple-dose devices): Perangkat ini sudah berisi banyak dosis yang tersimpan di dalam strip blister atau reservoir bubuk. Contoh: Diskus, Turbuhaler, Ellipta.

Cara Kerja DPI

Meskipun desainnya bervariasi, prinsip dasar DPI adalah sama. Pasien harus mengambil napas yang cepat dan dalam melalui mouthpiece. Aliran udara yang kuat ini menciptakan turbulensi di dalam perangkat, yang akan menyebarkan (de-agregasi) bubuk obat yang telah dosisnya disiapkan menjadi partikel-partikel halus yang dapat dihirup. Partikel-partikel ini kemudian terbawa oleh aliran napas masuk ke dalam paru-paru.

Teknik Penggunaan DPI yang Benar (Contoh untuk tipe Diskus)

Teknik dapat sedikit berbeda antar perangkat, tetapi prinsipnya serupa:

  1. Buka perangkat sesuai instruksi (misalnya, menggeser penutup Diskus).
  2. Siapkan dosis. Ini biasanya melibatkan menggeser tuas atau memutar bagian tertentu dari inhaler hingga terdengar bunyi "klik". Langkah ini akan membuka satu blister dosis bubuk. Jangan pernah mengocok DPI.
  3. Buang napas sepenuhnya, jauhkan inhaler dari mulut Anda. Pastikan Anda tidak membuang napas ke dalam mouthpiece, karena kelembapan dapat membuat bubuk menggumpal.
  4. Posisikan inhaler. Letakkan mouthpiece di antara bibir dan tutup rapat.
  5. Tarik napas dengan cepat dan dalam melalui mulut. Anda harus merasakan atau mendengar bubuk masuk.
  6. Lepaskan inhaler dari mulut dan tahan napas selama 10 detik atau selama Anda merasa nyaman.
  7. Buang napas perlahan.
  8. Tutup perangkat.
  9. Seperti halnya MDI steroid, berkumurlah dengan air setelah digunakan untuk membersihkan sisa bubuk di mulut dan tenggorokan.

Kelebihan DPI

  • Diaktifkan oleh napas: Tidak memerlukan koordinasi tangan-napas yang rumit seperti MDI.
  • Tidak mengandung propelan: Lebih ramah lingkungan dan tidak ada efek "cold freon".
  • Indikator dosis: Sebagian besar DPI modern memiliki penghitung dosis yang jelas, memudahkan pasien melacak sisa obat.
  • Umpan balik: Beberapa pasien bisa merasakan atau mengecap rasa bubuk, yang memberikan konfirmasi bahwa dosis telah terhirup.

Kekurangan DPI

  • Memerlukan aliran inspirasi yang kuat: Pasien harus mampu menarik napas dengan cukup cepat dan kuat. Ini bisa menjadi masalah bagi anak-anak kecil, lansia, atau pasien yang sedang mengalami serangan asma berat.
  • Rentan terhadap kelembapan: Kelembapan dari napas atau lingkungan penyimpanan dapat menyebabkan bubuk menggumpal dan mengurangi efektivitasnya.
  • Variabilitas dosis: Jumlah obat yang sampai ke paru-paru dapat bervariasi tergantung pada seberapa kuat pasien menarik napas.
  • Deposisi orofaringeal: Seperti MDI, sejumlah obat masih bisa menempel di tenggorokan.

3. Soft Mist Inhaler (SMI)

Apa itu SMI?

Soft Mist Inhaler (SMI) adalah jenis teknologi inhaler yang lebih baru yang dirancang untuk menggabungkan keunggulan MDI dan DPI sambil meminimalkan kekurangannya. SMI adalah perangkat multi-dosis bebas propelan yang menghasilkan aerosol kabut lembut (soft mist) yang bergerak lambat dan tahan lama.

Cara Kerja SMI

SMI menggunakan energi mekanis dari sebuah pegas. Sebelum digunakan, pasien memutar dasar inhaler, yang akan menekan pegas dan menarik sejumlah kecil larutan obat ke dalam ruang dosis. Ketika tombol pelepas dosis ditekan, energi dari pegas mendorong larutan obat melalui dua nosel yang sangat kecil, menyebabkannya bertabrakan dan menghasilkan awan kabut halus. Kabut ini bergerak jauh lebih lambat (sekitar 10 kali lebih lambat) daripada semprotan MDI, dan durasi semprotannya lebih lama (sekitar 1,5 detik dibandingkan dengan ~0,2 detik untuk MDI). Contoh inhaler jenis ini adalah Respimat.

Teknik Penggunaan SMI yang Benar

Prosedur penggunaan SMI dikenal dengan akronim TOP (Turn, Open, Press):

  1. TURN (Putar): Pegang inhaler tegak dengan penutup tertutup. Putar dasar transparan searah panah hingga berbunyi "klik".
  2. OPEN (Buka): Buka penutupnya hingga terbuka penuh.
  3. PRESS (Tekan): Buang napas sepenuhnya, jauh dari inhaler. Arahkan inhaler ke bagian belakang tenggorokan Anda. Sambil menarik napas perlahan dan dalam melalui mulut, tekan tombol pelepas dosis dan teruslah menarik napas.
  4. Tahan napas selama 10 detik atau selama Anda merasa nyaman.
  5. Tutup kembali penutupnya.

Kelebihan SMI

  • Aerosol yang bergerak lambat dan tahan lama: Memberikan lebih banyak waktu bagi pasien untuk menarik napas dan mengurangi kebutuhan akan koordinasi tangan-napas yang presisi.
  • Deposisi paru-paru yang tinggi: Lebih banyak obat yang mencapai paru-paru dibandingkan dengan MDI dan DPI tradisional.
  • Deposisi orofaringeal yang rendah: Lebih sedikit obat yang menempel di mulut dan tenggorokan.
  • Bebas propelan dan tidak diaktifkan oleh napas: Tidak memerlukan tarikan napas yang kuat, sehingga cocok untuk berbagai kalangan pasien.
  • Memiliki penghitung dosis.

Kekurangan SMI

  • Prosedur perakitan dan persiapan awal yang lebih rumit: Saat digunakan pertama kali, SMI memerlukan beberapa langkah untuk memasang kartrid dan mempersiapkan perangkat.
  • Hanya tersedia untuk obat-obatan tertentu: Teknologi ini lebih baru dan belum tersedia untuk semua jenis obat pernapasan.
  • Biaya: Mungkin lebih mahal dibandingkan dengan MDI generik.

4. Nebulizer

Apa itu Nebulizer?

Nebulizer bukanlah inhaler portabel, melainkan mesin yang mengubah obat cair menjadi uap atau kabut halus yang dapat dihirup melalui masker wajah atau mouthpiece. Alat ini sering digunakan di rumah sakit, klinik, atau di rumah untuk pasien yang tidak dapat menggunakan inhaler genggam secara efektif, seperti bayi, anak kecil, lansia, atau siapa pun yang mengalami kesulitan bernapas yang parah.

Jenis-jenis Nebulizer

  • Jet Nebulizer: Menggunakan aliran udara bertekanan tinggi (dari kompresor) untuk memecah obat cair menjadi partikel aerosol.
  • Ultrasonic Nebulizer: Menggunakan getaran suara frekuensi tinggi untuk menghasilkan aerosol. Cenderung lebih senyap tetapi bisa merusak beberapa jenis obat.
  • Mesh Nebulizer: Menggunakan membran atau jaring dengan lubang mikroskopis yang bergetar untuk menghasilkan aerosol. Sangat efisien, senyap, dan seringkali portabel (dioperasikan dengan baterai).

Kapan Nebulizer Digunakan?

Nebulizer biasanya direkomendasikan dalam situasi berikut:

  • Untuk pengobatan serangan asma akut atau PPOK eksaserbasi di unit gawat darurat.
  • Untuk pasien yang sangat muda atau sangat tua yang tidak memiliki koordinasi atau kekuatan napas untuk menggunakan inhaler lain.
  • Untuk memberikan dosis obat yang lebih tinggi daripada yang bisa diberikan melalui inhaler genggam.
  • Untuk memberikan obat yang hanya tersedia dalam bentuk larutan untuk nebulisasi.

Kelebihan Nebulizer

  • Mudah digunakan: Tidak memerlukan teknik atau koordinasi khusus. Pasien hanya perlu bernapas secara normal melalui masker atau mouthpiece.
  • Efektif untuk semua usia dan tingkat keparahan penyakit.
  • Dapat menghantarkan dosis obat yang besar.

Kekurangan Nebulizer

  • Tidak portabel: Sebagian besar model memerlukan sumber listrik dan ukurannya besar.
  • Waktu pengobatan lebih lama: Satu sesi pengobatan bisa memakan waktu 10-20 menit.
  • Perawatan dan pembersihan yang lebih rumit untuk mencegah kontaminasi.
  • Potensi pemborosan obat: Sebagian obat bisa hilang ke udara sekitar.

Klasifikasi Inhaler Berdasarkan Jenis Obat

Selain dari mekanisme perangkat, inhaler juga sering dikategorikan berdasarkan tujuan terapeutik obat yang dikandungnya. Dua kategori utama adalah inhaler pereda (reliever) dan inhaler pengontrol/pencegah (controller/preventer).

Inhaler Pereda (Reliever)

Juga dikenal sebagai "inhaler penyelamat", inhaler ini digunakan untuk meredakan gejala pernapasan akut seperti sesak napas, mengi, dan batuk secara cepat. Obat di dalamnya bekerja dengan cepat untuk mengendurkan dan membuka saluran napas yang menyempit (bronkokonstriksi).

  • Obat: Biasanya mengandung agonis beta-2 kerja cepat (Short-Acting Beta-Agonists atau SABA), seperti Salbutamol (Albuterol) atau Terbutaline.
  • Warna: Seringkali berwarna biru untuk memudahkan identifikasi.
  • Penggunaan: Digunakan "sesuai kebutuhan" saat gejala muncul. Penggunaan yang semakin sering dapat menjadi tanda bahwa kondisi asma tidak terkontrol dengan baik dan memerlukan peninjauan oleh dokter.

Inhaler Pengontrol (Controller/Preventer)

Inhaler ini digunakan setiap hari secara teratur untuk mengelola peradangan (inflamasi) kronis di saluran napas, yang merupakan akar penyebab asma. Tujuannya adalah untuk mencegah gejala dan serangan asma terjadi.

  • Obat:
    • Kortikosteroid Hirup (Inhaled Corticosteroids atau ICS): Ini adalah andalan pengobatan pengontrol. Contohnya termasuk Budesonide, Fluticasone, dan Beclomethasone. Obat ini mengurangi pembengkakan dan produksi lendir di saluran napas.
    • Agonis Beta-2 Kerja Lama (Long-Acting Beta-Agonists atau LABA): Seperti Salmeterol dan Formoterol. Obat ini menjaga saluran napas tetap terbuka selama 12 jam atau lebih. LABA hampir selalu digunakan dalam kombinasi dengan ICS, tidak pernah sendirian untuk asma.
  • Inhaler Kombinasi: Banyak inhaler pengontrol modern berisi kombinasi ICS dan LABA dalam satu perangkat untuk kenyamanan dan efektivitas yang lebih baik.
  • Warna: Bervariasi, seringkali berwarna coklat, merah, ungu, atau oranye.
  • Penggunaan: Harus digunakan setiap hari, biasanya satu atau dua kali sehari, bahkan ketika pasien merasa baik-baik saja. Efeknya bersifat kumulatif dan membutuhkan waktu untuk bekerja.

Penting: Informasi dalam artikel ini bersifat edukatif dan tidak dimaksudkan sebagai pengganti nasihat medis profesional. Pemilihan jenis inhaler dan obat yang paling tepat untuk kondisi Anda harus selalu didasarkan pada konsultasi dan resep dari dokter atau tenaga kesehatan yang berkualifikasi. Teknik penggunaan yang benar sangat penting untuk efektivitas pengobatan, jadi jangan ragu untuk meminta demonstrasi dari dokter atau apoteker Anda.

Kesimpulan: Memilih Inhaler yang Tepat

Tidak ada satu jenis inhaler yang "terbaik" untuk semua orang. Pilihan perangkat yang ideal adalah keputusan kolaboratif antara pasien dan penyedia layanan kesehatan, dengan mempertimbangkan beberapa faktor penting:

  • Usia dan kemampuan fisik pasien: Apakah pasien mampu melakukan koordinasi yang baik (untuk MDI) atau memiliki tarikan napas yang kuat (untuk DPI)?
  • Kondisi klinis: Tingkat keparahan penyakit dan obat spesifik yang dibutuhkan.
  • Preferensi pasien: Kemudahan penggunaan dan kenyamanan dapat meningkatkan kepatuhan pengobatan.
  • Biaya dan ketersediaan: Aksesibilitas dan cakupan asuransi juga memainkan peran.

Memahami perbedaan antara MDI, DPI, SMI, dan nebulizer memberdayakan pasien untuk mengambil peran aktif dalam manajemen kesehatan pernapasan mereka. Dengan perangkat yang tepat dan teknik yang benar, inhaler adalah alat yang sangat efektif untuk mengendalikan gejala, mencegah serangan, dan memungkinkan individu dengan penyakit pernapasan untuk menjalani kehidupan yang penuh dan aktif.

🏠 Homepage