Menyusui adalah pengalaman luar biasa yang menghubungkan ibu dan bayi. Namun, seiring dengan perubahan emosional dan fisik yang terjadi selama periode ini, banyak ibu yang memperhatikan perubahan pada payudara mereka, salah satunya adalah areola yang tampak mengkerut atau berkerut. Fenomena ini seringkali menimbulkan kekhawatiran, meskipun sebenarnya merupakan respons fisiologis yang cukup umum.
Areola, area berpigmen di sekitar puting susu, mengalami banyak perubahan selama kehamilan dan menyusui. Perubahan ukuran, warna, dan tekstur adalah hal yang normal. Namun, tampilan mengkerut atau keriput ketika bayi sedang menyusu atau sesudahnya dapat membingungkan. Untuk memahami mengapa ini terjadi, kita perlu melihat mekanisme kerja refleks pengeluaran ASI (let-down reflex) dan peran hormon.
Peran Otot dan Tekanan
Penyebab utama areola mengkerut saat menyusui berkaitan erat dengan kontraksi otot kecil di bawah kulit payudara dan perubahan tekanan di sekitar puting. Ketika bayi mulai menghisap, serangkaian peristiwa refleks dimulai:
- Refleks Isap Bayi: Hisapan efektif bayi merangsang ujung saraf di puting dan areola.
- Pelepasan Oksitosin: Rangsangan ini mengirimkan sinyal ke otak untuk melepaskan hormon oksitosin. Oksitosin memicu kontraksi sel-sel mioepitel di sekitar alveoli (kantong penghasil susu) di payudara, yang dikenal sebagai refleks pengeluaran ASI atau *let-down*.
- Perubahan Tekanan dan Kontraksi: Saat ASI mulai mengalir deras dan tekanan di dalam saluran susu meningkat, otot-otot halus di sekitar areola (termasuk otot areolaris) dapat berkontraksi sebagai respons alami terhadap stimulasi dan perubahan aliran. Kontraksi otot-otot ini menarik sedikit jaringan di sekitarnya, menyebabkan tampilan yang tampak berkerut atau mengkerut, mirip dengan efek yang terjadi saat kulit terkena air dingin.
Perubahan Hormonal dan Elastisitas Kulit
Selama menyusui, kadar hormon seperti prolaktin dan oksitosin sangat tinggi. Perubahan hormonal ini memengaruhi elastisitas dan tekstur kulit secara keseluruhan. Kulit di area payudara, termasuk areola, mungkin sedikit lebih sensitif dan mengalami perubahan volume yang fluktuatif.
Selain itu, sebelum bayi menempel sempurna, areola mungkin meregang untuk membantu bayi mendapatkan tangkapan yang baik. Begitu proses menyusu berjalan, dan terutama setelah let-down terjadi, jaringan mungkin sedikit 'mengempis' atau berkontraksi kembali ke bentuk yang berbeda, menghasilkan kerutan sementara. Ini berbeda dengan kerutan yang mungkin terlihat karena payudara menjadi lebih kendur (relaksasi ligamen Cooper) akibat penurunan volume ASI setelah periode menyusui yang lama.
Areola Mengkerut Setelah Menyusu
Seringkali, ibu baru menyadari kerutan ini setelah sesi menyusui selesai dan bayi melepaskan diri. Ini terjadi karena beberapa faktor:
- Pengurangan Turgor: Saat ASI dikeluarkan, payudara kehilangan sedikit volume cairannya, menyebabkan kulit menempel lebih erat pada jaringan di bawahnya, yang dapat menonjolkan lipatan atau kerutan kecil.
- Efek Vasokonstriksi Ringan: Stimulasi intens selama menyusui kadang-kadang dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah kecil (vasokonstriksi) sementara di kulit, yang juga berkontribusi pada perubahan tekstur permukaan.
Kerutan yang bersifat sementara dan hilang setelah beberapa menit atau jam pasca menyusui umumnya tidak perlu dikhawatirkan. Ini adalah bagian dari adaptasi tubuh Anda terhadap proses laktasi. Namun, jika kerutan disertai dengan rasa sakit yang tajam, kemerahan parah, pembengkakan yang tidak mereda, atau perubahan bentuk permanen yang mengganggu pelekatan bayi, konsultasikan dengan konselor laktasi atau dokter.
Kesimpulan
Penyebab areola mengkerut saat menyusui sebagian besar adalah respons alami terhadap stimulasi saraf, refleks pengeluaran ASI, dan perubahan tekanan dinamis yang terjadi selama bayi menyusu. Ini adalah tanda bahwa tubuh Anda bekerja sesuai fungsinya untuk menghasilkan dan mengirimkan susu. Seiring berjalannya waktu dan ketika fase menyusui eksklusif berakhir, areola biasanya akan kembali ke tekstur yang lebih halus, meskipun perubahan jangka panjang pada ukuran dan warna kulit payudara seringkali bersifat permanen.