Ilustrasi: Proses normalisasi dan penyempitan pembuluh arteri akibat plak.
Penyempitan pembuluh arteri, atau dalam istilah medis dikenal sebagai aterosklerosis, adalah kondisi serius yang menjadi akar dari berbagai penyakit kardiovaskular berbahaya, termasuk penyakit jantung koroner dan stroke. Kondisi ini terjadi ketika plak yang terdiri dari lemak, kolesterol, kalsium, dan zat lain menumpuk di dinding bagian dalam arteri, menyebabkan lumen (ruang aliran darah) menjadi semakin sempit.
Arteri berperan vital sebagai "pipa" yang membawa darah kaya oksigen dari jantung ke seluruh tubuh. Ketika pipa ini menyempit, aliran darah yang menuju organ-organ penting menjadi terhambat. Tubuh akan mulai mengalami kekurangan oksigen, dan jika penyempitan ini terjadi pada arteri koroner (pembuluh darah jantung), risiko serangan jantung sangat tinggi.
Proses aterosklerosis seringkali dimulai tanpa gejala yang kentara. Ini adalah perkembangan penyakit yang lambat namun progresif. Awalnya, lapisan endotel (lapisan terdalam arteri) mengalami kerusakan akibat tekanan darah tinggi, kadar kolesterol LDL (jahat) yang berlebihan, atau paparan racun seperti nikotin dari rokok.
Setelah kerusakan terjadi, sel-sel inflamasi tertarik ke area tersebut. Kolesterol LDL mulai menyusup ke dinding arteri dan teroksidasi. Tubuh merespons dengan mengirimkan sel-sel imun untuk membersihkan "sampah" ini, yang ironisnya justru membentuk formasi yang disebut "fatty streak" atau garis lemak. Seiring waktu, garis ini mengeras menjadi plak aterosklerotik yang padat dan kalsifikasi. Plak inilah yang secara fisik mengurangi diameter pembuluh darah.
Beberapa faktor meningkatkan risiko seseorang mengalami penyempitan pembuluh arteri. Mengidentifikasi dan mengendalikan faktor-faktor ini adalah langkah preventif paling krusial. Faktor risiko tersebut meliputi:
Gejala penyempitan pembuluh arteri sangat bergantung pada lokasi arteri yang terkena. Jika penyempitan terjadi di kaki (Penyakit Arteri Perifer/PAD), penderitanya mungkin merasakan nyeri saat berjalan (klaudikasio). Jika terjadi di otak, risiko stroke meningkat.
Namun, skenario paling mengkhawatirkan adalah penyempitan arteri koroner. Ketika penyempitan mencapai 50-70%, gejala mungkin belum terasa signifikan. Tetapi, jika plak pecah (ruptur), bekuan darah seketika terbentuk untuk menutup luka, yang seringkali mengakibatkan penyumbatan total dan memicu serangan jantung akut (infark miokard).
Penanganan penyempitan pembuluh arteri memerlukan pendekatan multifaset. Pencegahan adalah garis pertahanan terbaik. Ini melibatkan modifikasi gaya hidup agresif: mengadopsi diet seimbang rendah lemak jenuh dan tinggi serat (seperti pola diet Mediterania), meningkatkan aktivitas fisik secara teratur (minimal 150 menit intensitas sedang per minggu), dan berhenti merokok adalah hal yang wajib.
Selain perubahan gaya hidup, kontrol medis sangat penting. Obat penurun kolesterol (statin), obat pengencer darah (aspirin), dan obat penurun tekanan darah harus dikonsumsi sesuai anjuran dokter untuk menstabilkan plak yang ada dan mencegah pembentukan plak baru.
Pada kasus penyempitan yang parah dan menyebabkan gejala signifikan, prosedur medis mungkin diperlukan. Ini termasuk angioplasti koroner dengan pemasangan stent untuk membuka kembali arteri yang tersumbat, atau dalam kasus yang sangat parah, operasi bypass untuk membuat jalur darah baru mengelilingi area yang tersumbat. Pemantauan rutin oleh ahli kardiologi adalah kunci untuk menjaga kesehatan vaskular jangka panjang dan menghindari komplikasi serius akibat penyempitan pembuluh arteri.