Menentukan arah kiblat adalah kewajiban bagi setiap Muslim saat melaksanakan salat. Kiblat adalah arah menuju Ka'bah di Masjidil Haram, Mekkah, Arab Saudi. Di lokasi yang jauh dari Mekkah, penentuan arah ini memerlukan ketelitian. Salah satu alat bantu paling praktis dan umum digunakan adalah kompas, terutama di era digital ini, meskipun akurasi teknologi GPS kini juga sangat membantu.
Menggunakan kompas untuk menemukan posisi kiblat memang membutuhkan pemahaman dasar tentang geografi dan cara kerja kompas itu sendiri. Kompas bekerja berdasarkan medan magnet bumi, yang secara konvensional menunjuk ke arah utara magnetik. Penting untuk diingat bahwa utara magnetik tidak selalu sama persis dengan utara geografis (sejati), namun perbedaan ini umumnya kecil dan dapat diabaikan untuk keperluan salat sehari-hari, kecuali jika Anda berada di daerah lintang yang sangat tinggi.
Kompas memiliki jarum magnetik yang bebas berputar dan akan selalu menunjuk ke arah utara magnetik. Ketika Anda memegang kompas, pastikan jarum tersebut telah stabil dan tidak terpengaruh oleh benda logam atau medan magnet lain di sekitar Anda. Jauhkan ponsel, kunci, atau benda elektronik lainnya yang dapat mengganggu pembacaan jarum.
Di masa lalu, penentuan sudut ini dilakukan dengan peta dan trigonometri yang rumit. Namun, kini banyak aplikasi atau kalkulator online yang dapat memberikan sudut azimut kiblat langsung untuk kota Anda. Azimut adalah sudut pengukuran searah jarum jam dari utara sejati.
Misalnya, jika kalkulator menunjukkan bahwa arah kiblat dari Jakarta (Indonesia) adalah sekitar 292° (berarti sedikit ke arah Barat Laut), maka Anda perlu memutar kompas Anda hingga jarum utara (biasanya ditandai merah atau 'N') sejajar dengan penanda 'N' pada piringan kompas, kemudian ukur 292° searah jarum jam. Namun, metode yang lebih sederhana menggunakan kompas adalah dengan mencari bearing (arah) kiblat secara langsung.
Meskipun kompas adalah alat yang sangat membantu, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi akurasinya saat menentukan posisi kiblat. Yang paling utama adalah penyimpangan magnetik (magnetic declination). Penyimpangan ini adalah perbedaan antara utara magnetik dan utara geografis, yang bervariasi di setiap lokasi di bumi. Kompas standar yang biasa kita gunakan sudah dikalibrasi untuk utara magnetik.
Untuk hasil yang lebih mendekati kebenaran teoretis (utara sejati), beberapa kompas modern (terutama aplikasi smartphone yang menggunakan sensor elektronik) memungkinkan Anda memasukkan nilai deklinasi magnetik untuk wilayah Anda. Jika Anda menggunakan kompas analog sederhana, Anda mungkin perlu melakukan koreksi kecil setelah menemukan arah utara magnetik, jika Anda mengetahui nilai deklinasi di daerah Anda.
Namun, dalam Islam, toleransi dalam penentuan arah kiblat cukup luas, terutama bagi mereka yang berada dalam kondisi darurat atau kesulitan. Jika hasil dari kompas menunjukkan arah yang kurang lebih sama dengan perkiraan yang Anda dapatkan dari sumber lain (misalnya, melihat posisi matahari atau arah kiblat masjid terdekat), maka arah tersebut sudah mencukupi dan salat Anda sah. Kehati-hatian dalam penggunaan alat seperti kompas adalah bentuk ikhtiar kita dalam menjalankan ibadah dengan sempurna.
Pada akhirnya, kompas tetap menjadi alat yang efektif untuk mempermudah umat Islam dalam menjaga konsistensi arah salat mereka di mana pun mereka berada di permukaan bumi.