Mengenal Angka 1 Sampai 10 Bahasa Arab dan Kaidahnya

Mempelajari bahasa Arab seringkali dimulai dari elemen-elemen paling dasar, dan salah satu fondasi terpenting adalah sistem bilangan. Angka tidak hanya berfungsi sebagai alat hitung, tetapi juga merasuk ke dalam struktur gramatikal, konteks budaya, dan bahkan spiritualitas dalam peradaban Arab dan Islam. Menguasai angka 1 sampai 10 dalam bahasa Arab bukan sekadar menghafal kosakata, melainkan membuka pintu pemahaman yang lebih dalam tentang logika dan keindahan bahasa ini. Artikel ini akan mengupas tuntas setiap angka dari satu hingga sepuluh, mulai dari penulisan dan pengucapan, hingga aturan gramatikal yang unik terkait gender (mudzakkar dan muannats), serta contoh penggunaannya dalam kalimat yang akan memperkaya pemahaman Anda.

Ilustrasi kaligrafi angka 1 sampai 10 dalam Bahasa Arab. الأَرْقَامُ العَرَبِيَّةُ ١ ٢ ٣ ٤ ٥ ٦ ٧ ٨ ٩ ١٠
Ilustrasi kaligrafi angka 1 sampai 10 dalam Bahasa Arab.

Perjalanan kita akan dimulai dari angka satu, 'Wahid', yang sarat dengan makna tauhid, hingga angka sepuluh, 'Asyarah', yang menandai penyelesaian sebuah siklus dasar dalam sistem desimal. Mari kita selami setiap angka, satu per satu, dengan cermat dan mendalam.

1. Angka Satu: Wahid (وَاحِدٌ)

Angka pertama dan paling fundamental adalah satu. Dalam bahasa Arab, angka satu disebut Wahid. Angka ini memiliki posisi yang sangat istimewa, tidak hanya dalam matematika tetapi juga dalam konteks teologis dan filosofis, terutama dalam Islam yang menekankan konsep Keesaan Tuhan (Tauhid).

وَاحِدٌ

Penulisan dan Pengucapan

Penulisan angka satu dalam aksara Arab adalah وَاحِدٌ (untuk maskulin) dan وَاحِدَةٌ (untuk feminin). Transliterasi fonetisnya adalah Wāḥidun (maskulin) dan Wāḥidatun (feminin).

Jadi, pengucapannya adalah "Waa-hidun". Untuk bentuk femininnya, Wāḥidatun, diakhiri dengan suara "tun", menjadi "Waa-hida-tun".

Kaidah Gramatikal: Sifat yang Mengikuti

Berbeda dengan angka lainnya, angka satu (Wahid) dan dua (Itsnan) dalam bahasa Arab berfungsi sebagai sifat (na'at) yang mengikuti kata benda (man'ut) yang dijelaskannya. Ini berarti, angka satu diletakkan setelah kata benda, dan gendernya harus sesuai dengan gender kata benda tersebut. Jika kata bendanya maskulin (mudzakkar), maka angkanya juga harus maskulin. Jika kata bendanya feminin (muannats), angkanya pun harus feminin.

Contoh Penggunaan

Contoh Maskulin (Mudzakkar):

عِنْدِي كِتَابٌ وَاحِدٌ

'Indī kitābun wāḥidun.

Artinya: Saya punya satu buku.

(Kata كِتَابٌ / kitābun adalah maskulin, maka angkanya menggunakan وَاحِدٌ / wāḥidun).

Contoh Feminin (Muannats):

أَقْرَأُ صَفْحَةً وَاحِدَةً

Aqra'u ṣafḥatan wāḥidatan.

Artinya: Saya membaca satu halaman.

(Kata صَفْحَةً / ṣafḥatan adalah feminin, ditandai dengan ta' marbuthah, maka angkanya menggunakan وَاحِدَةً / wāḥidatan).

Makna Filosofis dan Kultural

Kata Wahid berakar dari huruf و-ح-د (waw-ha-dal) yang bermakna 'kesatuan' atau 'keesaan'. Dari akar kata ini lahir istilah sentral dalam akidah Islam, yaitu Tauhid (تَوْحِيْدٌ), yang berarti mengesakan Allah. Angka satu bukan hanya nilai numerik, tetapi juga representasi dari konsep paling fundamental dalam kepercayaan Islam. Dalam Al-Qur'an, sering digunakan kata Ahad (أَحَدٌ) yang juga berarti satu, namun dengan penekanan pada keunikan dan ketidakterbandingan, seperti dalam Surah Al-Ikhlas: "Qul Huwallāhu Aḥad" (Katakanlah: Dialah Allah, Yang Maha Esa).

2. Angka Dua: Itsnan (اِثْنَانِ)

Angka dua, dalam bahasa Arab disebut Itsnan, juga memiliki perlakuan gramatikal yang istimewa, mirip dengan angka satu. Bahasa Arab memiliki bentuk gramatikal khusus untuk menunjukkan dualitas yang disebut mutsanna, sehingga penggunaan kata Itsnan seringkali hanya bersifat penegasan.

اِثْنَانِ

Penulisan dan Pengucapan

Penulisan untuk maskulin adalah اِثْنَانِ (Itsnāni) dan untuk feminin adalah اِثْنَتَانِ (Itsnatāni).

Pengucapannya adalah "Its-naa-ni". Untuk bentuk feminin, "Its-na-taa-ni", ada penambahan suara "ta" di tengah.

Kaidah Gramatikal: Penegasan Bentuk Dual

Seperti angka satu, angka dua (Itsnan) juga berfungsi sebagai sifat (na'at) yang diletakkan setelah kata benda. Namun, keunikan bahasa Arab adalah adanya bentuk dual (mutsanna) untuk kata benda. Bentuk mutsanna sudah secara inheren berarti 'dua buah'. Misalnya, كِتَابٌ (kitābun - satu buku) menjadi كِتَابَانِ (kitābāni - dua buku). Oleh karena itu, menambahkan kata اِثْنَانِ setelahnya hanya berfungsi sebagai penekanan atau penegasan, dan dalam banyak percakapan sehari-hari seringkali dihilangkan.

Contoh Penggunaan

Contoh Maskulin (Mudzakkar):

قَرَأْتُ كِتَابَيْنِ اثْنَيْنِ

Qara'tu kitābaini-tsnaini.

Artinya: Saya telah membaca dua buah buku.

(Kata كِتَابَيْنِ / kitābaini adalah bentuk mutsanna dari kitabun dalam posisi objek. Angka اثْنَيْنِ / itsnaini yang juga dalam posisi objek berfungsi sebagai penegas).

Contoh Feminin (Muannats):

فِي الْفَصْلِ طَالِبَتَانِ اثْنَتَانِ

Fīl-faṣli ṭālibatāni-tsnatāni.

Artinya: Di dalam kelas ada dua orang siswi.

(Kata طَالِبَتَانِ / ṭālibatāni adalah bentuk mutsanna dari طَالِبَةٌ. Angka اثْنَتَانِ / itsnatāni menjadi penegasnya).

Makna Kultural

Konsep dualitas sangat kental dalam bahasa Arab. Banyak hal dalam kehidupan yang datang berpasangan, dan ini tercermin dalam struktur bahasa. Contohnya adalah Al-Wālidain (kedua orang tua), As-Syahādatain (dua kalimat syahadat), dan Al-Ḥaramain (dua tanah suci, Mekkah dan Madinah). Angka dua menandakan keseimbangan, pasangan, dan komplementaritas.

3. Angka Tiga: Tsalatsah (ثَلَاثَةٌ)

Mulai dari angka tiga, kaidah gramatikal berubah secara signifikan. Angka tidak lagi mengikuti kata benda sebagai sifat, melainkan mendahuluinya dalam sebuah struktur yang disebut idhafah (frasa posesif). Aturan gender pun menjadi terbalik, yang merupakan salah satu aspek paling menarik dan menantang dalam bilangan Arab.

ثَلَاثَةٌ

Penulisan dan Pengucapan

Bentuk dasarnya adalah ثَلَاثَةٌ (Tsalātsatun) dan ثَلَاثٌ (Tsalātsun).

Pengucapannya adalah "Tsa-laa-tsatun". Bentuk tanpa ta' marbuthah adalah "Tsa-laat-sun".

Kaidah Gramatikal: Aturan Gender Terbalik (3-10)

Ini adalah kaidah kunci untuk angka 3 sampai 10. Aturannya adalah sebagai berikut:

  1. Angka ('adad) mendahului kata benda (ma'dud).
  2. Kata benda (ma'dud) harus dalam bentuk jamak dan berharakat akhir kasratain (majrur).
  3. Aturan gender terbalik berlaku:
    • Jika kata benda (ma'dud) berbentuk maskulin (mudzakkar), maka angkanya harus berbentuk feminin (diakhiri dengan ta' marbuthah).
    • Jika kata benda (ma'dud) berbentuk feminin (muannats), maka angkanya harus berbentuk maskulin (tanpa ta' marbuthah).

Jadi, ثَلَاثَةٌ (yang terlihat feminin) digunakan untuk menghitung benda maskulin, sementara ثَلَاثٌ (yang terlihat maskulin) digunakan untuk menghitung benda feminin.

Contoh Penggunaan

Contoh untuk Benda Maskulin:

اشْتَرَيْتُ ثَلَاثَةَ أَقْلَامٍ

Isytaraitu tsalātsata aqlāmin.

Artinya: Saya membeli tiga buah pulpen.

(Kata أَقْلَامٍ / aqlāmin adalah jamak dari قَلَمٌ / qalamun, yang merupakan benda maskulin. Oleh karena itu, angkanya menggunakan bentuk feminin, ثَلَاثَةَ).

Contoh untuk Benda Feminin:

قَرَأْتُ ثَلَاثَ صَفَحَاتٍ

Qara'tu tsalātsa ṣafaḥātin.

Artinya: Saya membaca tiga halaman.

(Kata صَفَحَاتٍ / ṣafaḥātin adalah jamak dari صَفْحَةٌ / ṣafḥatun, yang merupakan benda feminin. Oleh karena itu, angkanya menggunakan bentuk maskulin, ثَلَاثَ).

Makna Kultural

Angka tiga sering muncul dalam praktik keagamaan Islam. Banyak amalan sunnah yang dianjurkan untuk dilakukan sebanyak tiga kali, seperti berwudhu (membasuh anggota wudhu), beristighfar setelah shalat, atau membaca zikir tertentu. Hal ini memberikan angka tiga sebuah bobot spiritual yang menandakan kesempurnaan atau penyelesaian suatu tindakan dalam level minimal yang dianjurkan.

4. Angka Empat: Arba'ah (أَرْبَعَةٌ)

Angka empat, atau Arba'ah, mengikuti kaidah gramatikal yang sama persis dengan angka tiga, yaitu aturan gender terbalik dan struktur idhafah. Menguasai kaidah pada angka tiga akan mempermudah pemahaman angka empat hingga sepuluh.

أَرْبَعَةٌ

Penulisan dan Pengucapan

Bentuknya adalah أَرْبَعَةٌ (Arba'atun) untuk menghitung benda maskulin, dan أَرْبَعٌ (Arba'un) untuk menghitung benda feminin.

Pengucapannya adalah "Ar-ba-'a-tun". Untuk bentuk maskulinnya, "Ar-ba-'un".

Kaidah Gramatikal

Sama seperti angka tiga, kaidah gender terbalik berlaku. Angka mendahului kata benda, dan kata benda harus dalam bentuk jamak majrur.

Contoh Penggunaan

Contoh untuk Benda Maskulin:

لِلسَّيَّارَةِ أَرْبَعَةُ إِطَارَاتٍ

Lis-sayyārati arba'atu iṭārātin.

Artinya: Mobil itu memiliki empat buah ban.

(إِطَارَاتٍ adalah jamak dari إِطَارٌ / iṭārun (ban), sebuah kata benda maskulin. Maka, angkanya adalah أَرْبَعَةُ).

Contoh untuk Benda Feminin:

فِي الْبَيْتِ أَرْبَعُ غُرَفٍ

Fīl-baiti arba'u ghurafin.

Artinya: Di dalam rumah itu ada empat kamar.

(غُرَفٍ adalah jamak dari غُرْفَةٌ / ghurfatun (kamar), sebuah kata benda feminin. Maka, angkanya adalah أَرْبَعُ).

Makna Kultural dan Relevansi

Angka empat memiliki signifikansi besar dalam sejarah dan teologi Islam. Ada empat Khulafa'ur Rasyidin (khalifah yang mendapat petunjuk), yaitu Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali. Ada pula empat mazhab fikih Sunni yang utama (Hanafi, Maliki, Syafi'i, Hanbali). Dalam Al-Qur'an, disebutkan pula empat bulan haram (suci) di mana peperangan dilarang. Angka empat seringkali diasosiasikan dengan fondasi, pilar, dan keteraturan.

5. Angka Lima: Khamsah (خَمْسَةٌ)

Angka lima atau Khamsah juga tunduk pada aturan yang sama dengan angka tiga dan empat. Konsistensi kaidah ini adalah kunci untuk menghafal dan menggunakannya dengan benar.

خَمْسَةٌ

Penulisan dan Pengucapan

Bentuknya adalah خَمْسَةٌ (Khamsatun) untuk benda maskulin, dan خَمْسٌ (Khamsun) untuk benda feminin.

Pengucapannya adalah "Kham-sa-tun". Untuk bentuk maskulinnya, "Kham-sun".

Kaidah Gramatikal

Kaidah gender terbalik yang sama persis berlaku di sini.

Contoh Penggunaan

Contoh untuk Benda Maskulin:

جَاءَ خَمْسَةُ رِجَالٍ

Jā'a khamsatu rijālin.

Artinya: Telah datang lima orang laki-laki.

(رِجَالٍ adalah jamak dari رَجُلٌ / rajulun, maskulin. Angkanya menggunakan خَمْسَةُ).

Contoh untuk Benda Feminin:

صَلَّيْتُ خَمْسَ صَلَوَاتٍ

Ṣallaitu khamsa ṣalawātin.

Artinya: Saya telah mengerjakan lima shalat.

(صَلَوَاتٍ adalah jamak dari صَلَاةٌ / ṣalātun, feminin. Angkanya menggunakan خَمْسَ).

Makna Kultural dan Relevansi

Angka lima sangat identik dengan "Rukun Islam" yang berjumlah lima: Syahadat, Shalat, Zakat, Puasa, dan Haji. Shalat wajib harian juga berjumlah lima waktu (Subuh, Dzuhur, Ashar, Maghrib, Isya). Dalam budaya populer di Timur Tengah, "tangan Khamsah" (sering disebut Tangan Fatimah) adalah sebuah simbol pelindung yang populer, dengan kelima jarinya melambangkan perlindungan dan kekuatan.

6. Angka Enam: Sittah (سِتَّةٌ)

Melanjutkan pola yang sudah terbentuk, angka enam atau Sittah juga mengikuti kaidah gender terbalik.

سِتَّةٌ

Penulisan dan Pengucapan

Bentuknya adalah سِتَّةٌ (Sittatun) untuk benda maskulin, dan سِتٌّ (Sittun) untuk benda feminin.

Pengucapannya adalah "Sit-ta-tun". Untuk bentuk maskulinnya, "Sit-tun".

Kaidah Gramatikal

Aturan yang sama dengan angka 3-5 tetap berlaku tanpa perubahan.

Contoh Penggunaan

Contoh untuk Benda Maskulin:

عِنْدِي سِتَّةُ كُتُبٍ

'Indī sittatu kutubin.

Artinya: Saya mempunyai enam buku.

(كُتُبٍ adalah jamak dari كِتَابٌ, maskulin. Angkanya menggunakan سِتَّةُ).

Contoh untuk Benda Feminin:

صُمْتُ سِتَّةَ أَيَّامٍ فِي شَوَّال

Artinya: Saya berpuasa enam hari di bulan Syawal.

(Dalam kasus ini, أَيَّامٍ (hari) adalah jamak dari يَوْمٌ (maskulin), maka digunakan سِتَّةَ. Contoh untuk feminin: اِنْتَظَرْتُ سِتَّ سَاعَاتٍ / Intaẓartu sitta sā'ātin (Saya menunggu enam jam), di mana سَاعَاتٍ adalah jamak dari سَاعَةٌ (feminin)).

Makna Kultural dan Relevansi

Dalam konteks Islam, angka enam terkenal karena "Puasa Enam Hari di bulan Syawal" yang sangat dianjurkan setelah menyelesaikan puasa Ramadan. Selain itu, Al-Qur'an menyebutkan bahwa langit dan bumi diciptakan dalam enam masa (sittati ayyām). Angka enam juga merupakan jumlah dari Rukun Iman: Iman kepada Allah, Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, Hari Akhir, serta Qada dan Qadar.

7. Angka Tujuh: Sab'ah (سَبْعَةٌ)

Angka tujuh, Sab'ah, memiliki aura mistis dan spiritual di banyak kebudayaan, termasuk dalam tradisi Arab dan Islam. Kaidah gramatikalnya tetap konsisten dengan kelompok angka 3-10.

سَبْعَةٌ

Penulisan dan Pengucapan

Bentuknya adalah سَبْعَةٌ (Sab'atun) untuk benda maskulin, dan سَبْعٌ (Sab'un) untuk benda feminin.

Pengucapannya adalah "Sab-'a-tun". Untuk bentuk maskulinnya, "Sab-'un".

Kaidah Gramatikal

Kaidah gender terbalik yang sudah kita pelajari terus diaplikasikan.

Contoh Penggunaan

Contoh untuk Benda Maskulin:

لِلسَّمَاءِ سَبْعَةُ أَبْوَابٍ

Lis-samā'i sab'atu abwābin.

Artinya: Langit memiliki tujuh pintu.

(أَبْوَابٍ adalah jamak dari بَابٌ / bābun, maskulin. Angkanya adalah سَبْعَةُ).

Contoh untuk Benda Feminin:

الطَّوَافُ حَوْلَ الْكَعْبَةِ سَبْعُ مَرَّاتٍ

Aṭ-ṭawāfu ḥaulal-ka'bati sab'u marrātin.

Artinya: Tawaf mengelilingi Ka'bah adalah tujuh kali putaran.

(مَرَّاتٍ adalah jamak dari مَرَّةٌ / marratun, feminin. Angkanya adalah سَبْعُ).

Makna Kultural dan Relevansi

Angka tujuh sangat menonjol dalam Islam. Langit disebut berjumlah tujuh lapis, begitu pula bumi. Tawaf mengelilingi Ka'bah dilakukan tujuh kali, dan sa'i antara Safa dan Marwah juga tujuh kali. Dalam Al-Qur'an, surah Al-Fatihah disebut sebagai As-Sab'ul Matsani (tujuh ayat yang diulang-ulang). Jumlah ayat dalam surah ini adalah tujuh. Angka ini seringkali melambangkan kelengkapan dan kesempurnaan spiritual.

8. Angka Delapan: Tsamaniyah (ثَمَانِيَةٌ)

Angka delapan, Tsamaniyah, melanjutkan tradisi kaidah yang sudah kita kenal. Pengucapannya memerlukan perhatian pada huruf 'tsa'.

ثَمَانِيَةٌ

Penulisan dan Pengucapan

Bentuknya adalah ثَمَانِيَةٌ (Tsamāniyatun) untuk benda maskulin, dan ثَمَانٍ (Tsamānin) untuk benda feminin.

Pengucapannya adalah "Tsa-maa-ni-ya-tun". Bentuk femininnya sedikit unik: "Tsa-maa-nin".

Kaidah Gramatikal

Aturan gender terbalik masih menjadi panduan utama.

Contoh Penggunaan

Contoh untuk Benda Maskulin:

حَضَرَ ثَمَانِيَةُ طُلَّابٍ

Ḥaḍara tsamāniyatu ṭullābin.

Artinya: Delapan siswa telah hadir.

(طُلَّابٍ adalah jamak dari طَالِبٌ, maskulin. Angkanya adalah ثَمَانِيَةُ).

Contoh untuk Benda Feminin:

قَرَأْتُ ثَمَانِيَ رِوَايَاتٍ

Qara'tu tsamāniya riwāyātin.

Artinya: Saya telah membaca delapan novel.

(رِوَايَاتٍ adalah jamak dari رِوَايَةٌ, feminin. Angkanya menggunakan ثَمَانِيَ, variasi dari ثَمَانٍ saat menjadi objek).

Makna Kultural dan Relevansi

Dalam eskatologi Islam, disebutkan bahwa Arsy (Singgasana) Allah dipikul oleh delapan malaikat pada Hari Kiamat. Surga juga dikatakan memiliki delapan pintu, salah satunya adalah pintu Ar-Rayyan yang dikhususkan bagi orang-orang yang berpuasa. Angka delapan dengan demikian sering dikaitkan dengan ganjaran dan kemuliaan di akhirat.

9. Angka Sembilan: Tis'ah (تِسْعَةٌ)

Menjelang akhir dari daftar kita, angka sembilan atau Tis'ah juga tidak menyimpang dari kaidah yang berlaku.

تِسْعَةٌ

Penulisan dan Pengucapan

Bentuknya adalah تِسْعَةٌ (Tis'atun) untuk benda maskulin, dan تِسْعٌ (Tis'un) untuk benda feminin.

Pengucapannya adalah "Tis-'a-tun". Untuk bentuk maskulinnya, "Tis-'un".

Kaidah Gramatikal

Kita masih berpegang pada aturan gender terbalik yang sama.

Contoh Penggunaan

Contoh untuk Benda Maskulin:

فِي الْفَرِيقِ تِسْعَةُ لَاعِبِينَ

Fīl-farīqi tis'atu lā'ibīna.

Artinya: Di dalam tim itu ada sembilan pemain.

(لَاعِبِينَ adalah jamak dari لَاعِبٌ, maskulin. Angkanya adalah تِسْعَةُ).

Contoh untuk Benda Feminin:

زُرْتُ تِسْعَ مُدُنٍ

Zurtu tis'a mudunin.

Artinya: Saya telah mengunjungi sembilan kota.

(مُدُنٍ adalah jamak dari مَدِينَةٌ, feminin. Angkanya adalah تِسْعَ).

Makna Kultural dan Relevansi

Angka sembilan sering dikaitkan dengan kehamilan manusia yang berlangsung selama kurang lebih sembilan bulan, sebuah proses penciptaan yang ajaib. Dalam sejarah Wali Songo di Indonesia, jumlah wali adalah sembilan, yang menandakan sebuah dewan spiritual yang lengkap. Dalam konteks puasa, puasa pada hari ke-9 bulan Dzulhijjah (Hari Arafah) memiliki keutamaan yang sangat besar bagi yang tidak menunaikan ibadah haji.

10. Angka Sepuluh: 'Asyarah (عَشَرَةٌ)

Sebagai penutup dari bilangan dasar, angka sepuluh atau 'Asyarah memiliki sedikit kekhususan, meskipun kaidah utamanya saat berdiri sendiri masih sama dengan kelompok 3-9.

عَشَرَةٌ

Penulisan dan Pengucapan

Bentuknya adalah عَشَرَةٌ ('Asyaratun) untuk benda maskulin, dan عَشْرٌ ('Asyrun) untuk benda feminin.

Pengucapannya adalah "'A-sya-ra-tun". Untuk bentuk maskulinnya, "'Asy-run".

Kaidah Gramatikal

Ketika angka 10 berdiri sendiri (bukan bagian dari belasan seperti 11, 12, dst.), aturannya sama persis dengan angka 3-9.

Contoh Penggunaan

Contoh untuk Benda Maskulin:

هَؤُلَاءِ عَشَرَةُ أَصْدِقَاءَ

Hā'ulā'i 'asyaratu aṣdiqā'a.

Artinya: Mereka ini adalah sepuluh orang teman.

(أَصْدِقَاءَ adalah jamak dari صَدِيقٌ, maskulin. Angkanya adalah عَشَرَةُ).

Contoh untuk Benda Feminin:

لِي عَشْرُ دَجَاجَاتٍ

Lī 'asyru dajājātin.

Artinya: Saya memiliki sepuluh ekor ayam (betina).

(دَجَاجَاتٍ adalah jamak dari دَجَاجَةٌ, feminin. Angkanya adalah عَشْرُ).

Makna Kultural dan Relevansi

Angka sepuluh sering menandakan sebuah kesempurnaan atau kelengkapan siklus. Ada "sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah" yang dianggap sebagai hari-hari paling mulia dalam setahun untuk beramal. Ada pula "sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga" (al-'asyarah al-mubasysyarun bil jannah). Dalam konteks ibadah haji, ada kewajiban membayar denda (dam) berupa puasa sepuluh hari bagi yang melanggar beberapa ketentuan. Angka ini menutup siklus bilangan satuan dan menjadi dasar bagi sistem desimal yang kita gunakan.

Dengan memahami setiap angka dari satu hingga sepuluh, kita tidak hanya belajar menghitung, tetapi juga menyelami struktur gramatikal yang logis dan kaya akan makna. Kaidah gender terbalik pada angka 3-10 mungkin tampak aneh pada awalnya, tetapi dengan latihan dan pemahaman konteks, ia menjadi salah satu ciri khas yang indah dari bahasa Arab. Menguasai fondasi ini adalah langkah pertama yang kokoh dalam perjalanan panjang dan memuaskan untuk menguasai bahasa Al-Qur'an ini.

🏠 Homepage