Meraih Samudra Ampunan: Panduan Lengkap Amalan Hari Arafah
Dalam putaran waktu yang Allah anugerahkan kepada kita, ada hari-hari yang memiliki keistimewaan luar biasa, di mana pintu-pintu langit terbuka lebar, rahmat dicurahkan tanpa batas, dan ampunan diobral seluas-luasnya. Salah satu hari termulia itu, bahkan yang terbaik sepanjang tahun, adalah Hari Arafah. Ia jatuh pada tanggal 9 Dzulhijjah, sehari sebelum Hari Raya Idul Adha. Bagi para jamaah haji, hari ini adalah puncak dari ibadah mereka, momen wukuf di Padang Arafah yang menjadi rukun haji paling utama. Namun, bagi jutaan umat Islam di seluruh dunia yang tidak menunaikan haji, hari Arafah tetap menjadi kesempatan emas yang tak ternilai harganya untuk mendulang pahala dan memohon ampunan.
Keagungan hari Arafah begitu besar sehingga ia menjadi hari di mana Allah paling banyak membebaskan hamba-Nya dari api neraka. Ia adalah hari di mana doa-doa mustajab, dan amalan-amalan dilipatgandakan nilainya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Tidak ada hari di mana Allah lebih banyak membebaskan hamba dari neraka daripada hari Arafah. Sungguh, Dia mendekat, lalu Dia membanggakan mereka di hadapan para malaikat-Nya seraya berfirman, ‘Apa yang diinginkan oleh mereka ini?’” (HR. Muslim)
Hadits ini memberikan gambaran betapa agungnya hari Arafah. Allah Subhanahu wa Ta'ala mendekat kepada hamba-hamba-Nya, mendengarkan rintihan dan doa mereka, serta membanggakan kesungguhan mereka di hadapan para malaikat. Ini adalah undangan terbuka dari Sang Pencipta bagi setiap hamba untuk kembali, memohon, dan merendahkan diri. Oleh karena itu, menyia-nyiakan hari Arafah adalah sebuah kerugian yang teramat besar. Artikel ini akan menjadi panduan komprehensif untuk memahami dan mengamalkan amalan-amalan utama di hari Arafah, agar kita semua dapat meraih keutamaannya secara maksimal.
1. Puasa Arafah: Penghapus Dosa Dua Tahun
Amalan yang paling masyhur dan sangat dianjurkan bagi kaum muslimin yang tidak sedang menunaikan ibadah haji adalah Puasa Arafah. Keutamaannya sungguh luar biasa, sebuah penawaran istimewa yang hanya datang setahun sekali. Puasa ini memiliki kekuatan untuk menghapuskan dosa-dosa selama dua tahun.
Dalil mengenai keutamaan puasa ini sangat jelas, sebagaimana yang diriwayatkan dari Abu Qatadah Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang puasa hari Arafah, maka beliau menjawab:
“Puasa Arafah, aku berharap kepada Allah, dapat menghapuskan dosa setahun sebelumnya dan setahun sesudahnya.” (HR. Muslim)
Subhanallah, dengan berpuasa satu hari saja, Allah menjanjikan pengampunan dosa selama dua tahun. Dosa yang dimaksud di sini, menurut mayoritas ulama, adalah dosa-dosa kecil. Adapun dosa-dosa besar memerlukan taubat nasuha yang tulus. Meskipun demikian, ini adalah sebuah kemurahan yang tiada tara dari Allah Yang Maha Pengampun. Ini adalah kesempatan untuk membersihkan catatan amal kita dan memulai lembaran baru yang lebih suci.
Hikmah di Balik Puasa Arafah
Mengapa puasa Arafah begitu istimewa? Para ulama menjelaskan beberapa hikmah di baliknya:
- Solidaritas Spiritual: Ketika jutaan jamaah haji sedang berwukuf di padang Arafah, dalam keadaan lelah dan berpeluh, merendahkan diri di hadapan Allah, kita yang tidak berhaji turut merasakan getaran spiritualnya dengan menahan lapar dan dahaga. Puasa ini menghubungkan hati kita dengan mereka, menyatukan kita dalam semangat ketaatan dan pengharapan yang sama.
- Persiapan untuk Berdoa: Perut yang kosong dan kondisi fisik yang sedikit lemah karena puasa seringkali membuat hati lebih lembut, lebih mudah khusyuk, dan lebih fokus dalam berdoa. Puasa membantu kita membersihkan jiwa dari berbagai syahwat duniawi, sehingga doa yang kita panjatkan menjadi lebih tulus dan bertenaga.
- Meneladani Para Nabi: Puasa adalah ibadah yang dicintai Allah dan telah disyariatkan kepada umat-umat terdahulu. Dengan berpuasa di hari yang agung ini, kita meneladani jejak para nabi dan orang-orang saleh dalam mendekatkan diri kepada Allah.
Bagaimana dengan Jamaah Haji?
Anjuran puasa Arafah ini secara khusus ditujukan bagi mereka yang tidak sedang melaksanakan ibadah haji. Adapun bagi para jamaah haji yang sedang wukuf di Arafah, mereka justru tidak disunnahkan untuk berpuasa. Hal ini agar mereka memiliki kekuatan fisik yang prima untuk fokus beribadah, berdoa, dan berdzikir sepanjang hari di padang Arafah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri tidak berpuasa ketika beliau wukuf di Arafah, sebagai teladan dan keringanan bagi umatnya yang sedang menunaikan rukun Islam kelima.
2. Memperbanyak Doa: Senjata Utama di Hari Arafah
Jika ada satu amalan yang menjadi inti dan ruh dari hari Arafah, maka itu adalah memperbanyak doa. Hari Arafah adalah hari doa. Ia adalah waktu di mana langit begitu dekat dan doa-doa diijabah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan hal ini dalam sabdanya:
“Sebaik-baik doa adalah doa pada hari Arafah.” (HR. Tirmidzi, dinilai hasan oleh Syekh Al-Albani)
Hadits ini cukup menjadi alasan bagi kita untuk mendedikasikan sebagian besar waktu kita di hari Arafah untuk menengadahkan tangan, merintih, dan memohon kepada Allah. Jangan sia-siakan satu menit pun. Jika para jamaah haji memiliki waktu khusus dari tergelincirnya matahari hingga terbenam untuk wukuf dan berdoa, maka kita yang di rumah pun hendaknya meluangkan waktu, terutama di waktu sore hari Arafah, untuk khusyuk dalam munajat.
Doa Terbaik di Hari Arafah
Selain menegaskan bahwa doa hari Arafah adalah yang terbaik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga memberikan kita lafadz doa dan dzikir terbaik untuk dibaca pada hari itu. Beliau bersabda:
“Dan sebaik-baik apa yang aku dan para nabi sebelumku ucapkan adalah:
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ
Laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai-in qadiir.
‘Tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Milik-Nya lah segala kerajaan dan segala pujian, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.’” (HR. Tirmidzi)
Kalimat ini adalah kalimat tauhid yang paling agung. Ia mengandung pengakuan atas keesaan Allah, penafian segala bentuk kesyirikan, pengakuan atas kekuasaan dan kepemilikan-Nya yang mutlak, serta pujian yang sempurna bagi-Nya. Memperbanyak dzikir ini di hari Arafah adalah bentuk realisasi tauhid yang paling murni, yang menjadi dasar diterimanya segala amal ibadah.
Kiat-kiat Agar Doa Mustajab di Hari Arafah
Untuk memaksimalkan potensi terkabulnya doa, perhatikan adab-adab berikut:
- Ikhlaskan Niat: Pastikan doa kita murni hanya untuk Allah, bukan untuk tujuan pamer atau duniawi semata.
- Mulai dengan Pujian dan Shalawat: Awali doa dengan memuji Allah (misalnya dengan membaca Al-Fatihah atau Asmaul Husna) dan bershalawat kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
- Mengakui Dosa: Merendahkan diri di hadapan Allah dengan mengakui segala dosa dan kelalaian yang telah kita perbuat. Ini adalah kunci untuk melunakkan hati dan membuka pintu ampunan.
- Berdoa dengan Sungguh-sungguh (Ilhah): Jangan berdoa dengan setengah hati. Ulangi permohonan kita berkali-kali, tunjukkan keseriusan dan kebutuhan kita yang mendalam akan pertolongan Allah.
- Yakin Akan Dikabulkan: Berdoalah dengan penuh keyakinan bahwa Allah mendengar dan akan mengabulkan doa kita. Jangan ragu sedikit pun akan kuasa dan kemurahan-Nya.
- Manfaatkan Waktu Terbaik: Waktu setelah Ashar hingga menjelang Maghrib pada hari Arafah adalah waktu yang sangat mustajab. Usahakan untuk mengosongkan waktu ini khusus untuk berdoa.
- Mendoakan Orang Lain: Jangan lupa mendoakan kedua orang tua, keluarga, guru, sahabat, kaum muslimin yang sedang tertindas, dan seluruh umat Islam. Doa yang kita panjatkan untuk orang lain tanpa sepengetahuannya akan diaminkan oleh malaikat, dan malaikat akan mendoakan hal yang sama untuk kita.
Contoh Doa-doa yang Bisa Dipanjatkan
Selain doa utama di atas, kita bisa memanjatkan doa apa saja yang kita butuhkan, baik untuk urusan dunia maupun akhirat. Berikut beberapa contoh doa dari Al-Qur'an dan Sunnah yang sangat baik untuk dibaca:
Doa Sapu Jagat:
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Rabbana aatina fid-dunya hasanah, wa fil-akhirati hasanah, wa qinaa ‘adzaban-naar.
"Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka." (QS. Al-Baqarah: 201)
Doa Mohon Ampunan untuk Diri Sendiri dan Orang Tua:
رَبِّ اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
Rabbighfir lii wa liwaalidayya warhamhumaa kamaa rabbayaanii shaghiiraa.
"Ya Tuhanku, ampunilah aku dan kedua orang tuaku, dan sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku di waktu kecil."
Doa Mohon Keteguhan Iman:
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ
Yaa muqallibal-quluub, tsabbit qalbii ‘alaa diinik.
"Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu."
Buatlah daftar doa pribadi Anda. Tulis semua keinginan, kegelisahan, harapan, dan permohonan ampunan. Curahkan semuanya kepada Allah di hari Arafah. Inilah saatnya.
3. Memperbanyak Dzikir, Tahlil, Takbir, dan Tahmid
Selain doa, hari Arafah dan hari-hari Tasyrik setelahnya adalah waktu untuk membasahi lisan dengan dzikir kepada Allah. Dzikir adalah amalan ringan di lisan namun berat di timbangan. Ia adalah cara kita untuk senantiasa mengingat Allah, mengagungkan-Nya, dan mensyukuri nikmat-Nya.
Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Tidak ada hari-hari yang lebih agung di sisi Allah dan amal saleh di dalamnya lebih dicintai oleh-Nya daripada hari-hari yang sepuluh ini (sepuluh hari pertama Dzulhijjah), maka perbanyaklah padanya membaca tahlil, takbir, dan tahmid.” (HR. Ahmad)
Meskipun hadits ini berlaku untuk sepuluh hari pertama Dzulhijjah secara umum, hari Arafah sebagai bagian darinya, bahkan puncaknya, tentu menjadi waktu yang paling utama untuk mengamalkannya.
- Tahlil: Mengucapkan `Laa ilaha illallah` (لا إله إلا الله). Ini adalah pondasi keimanan.
- Takbir: Mengucapkan `Allahu Akbar` (الله أكبر). Ini adalah pengakuan atas kebesaran Allah yang tiada tandingannya.
- Tahmid: Mengucapkan `Alhamdulillah` (الحمد لله). Ini adalah bentuk syukur atas segala nikmat yang tak terhitung jumlahnya.
- Tasbih: Mengucapkan `Subhanallah` (سبحان الله). Ini adalah penyucian Allah dari segala kekurangan.
Gabungkan kalimat-kalimat mulia ini dalam dzikir harian kita di hari Arafah. Kita bisa mengucapkannya sambil beraktivitas, saat berkendara, saat menunggu, atau saat kita sengaja duduk untuk berdzikir. Jadikan hari Arafah sebagai hari di mana lisan kita tidak pernah kering dari mengingat Asma Allah.
Takbir Mutlak dan Takbir Muqayyad
Secara khusus, amalan takbir di bulan Dzulhijjah terbagi menjadi dua:
- Takbir Mutlak: Yaitu takbir yang tidak terikat waktu dan tempat. Boleh diucapkan kapan saja dan di mana saja, mulai dari tanggal 1 Dzulhijjah hingga akhir hari Tasyrik (terbenam matahari tanggal 13 Dzulhijjah). Dianjurkan untuk mengucapkannya di rumah, di pasar, di jalan, dan di tempat-tempat lainnya.
- Takbir Muqayyad: Yaitu takbir yang terikat waktu, yakni diucapkan setelah selesai shalat fardhu. Waktunya dimulai sejak setelah shalat Shubuh hari Arafah (bagi yang tidak berhaji) hingga setelah shalat Ashar di akhir hari Tasyrik (13 Dzulhijjah).
Lafadz takbir yang populer diucapkan adalah:
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, La ilaha illallah wallahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil hamd.
"Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar. Tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan Allah Maha Besar. Allah Maha Besar dan segala puji hanya bagi Allah."
4. Bertaubat Nasuha dan Memohon Ampunan (Istighfar)
Hari Arafah adalah hari maghfirah, hari pengampunan. Allah membanggakan hamba-hamba-Nya yang berkumpul di Arafah di hadapan para malaikat dan mengampuni dosa-dosa mereka. Kesempatan ini juga terbuka bagi kita yang berada di rumah. Ini adalah momen yang paling tepat untuk melakukan introspeksi diri, menyesali segala dosa, dan bertaubat dengan sebenar-benarnya taubat (taubat nasuha).
Taubat yang tulus memiliki beberapa syarat yang harus dipenuhi:
- Menyesali Dosa yang Telah Lalu (An-Nadam): Hati merasa sedih dan menyesal atas kemaksiatan yang pernah dilakukan.
- Meninggalkan Dosa Tersebut (Al-Iqla’): Berhenti total dari perbuatan dosa itu seketika.
- Bertekad Kuat untuk Tidak Mengulanginya (Al-‘Azm): Memiliki niat yang kokoh di dalam hati untuk tidak akan pernah kembali kepada dosa tersebut di masa depan.
- Mengembalikan Hak (Jika Berkaitan dengan Manusia): Jika dosa tersebut berkaitan dengan hak orang lain (seperti mencuri, berghibah, atau menzalimi), maka syaratnya bertambah satu, yaitu mengembalikan hak tersebut atau meminta maaf dan keridhaan dari orang yang bersangkutan.
Perbanyaklah lafadz istighfar di hari Arafah. Lafadz istighfar yang paling utama adalah sayyidul istighfar (rajanya istighfar), namun kita juga bisa memperbanyak istighfar pendek seperti `Astaghfirullahal ‘adzim` (أستغفر الله العظيم). Merintihlah kepada Allah, akui kelemahan dan kedhaifan diri, dan mohonlah agar Dia menutupi aib-aib kita serta mengampuni semua kesalahan kita, baik yang disengaja maupun yang tidak, yang besar maupun yang kecil.
5. Amalan Saleh Lainnya
Selain amalan-amalan inti di atas, kita dapat menyempurnakan hari Arafah kita dengan berbagai bentuk kebaikan lainnya. Ingatlah bahwa amal saleh di sepuluh hari pertama Dzulhijjah (termasuk hari Arafah) lebih dicintai oleh Allah daripada di hari-hari lainnya.
a. Membaca dan Mentadabburi Al-Qur'an
Luangkan waktu untuk berinteraksi dengan Kalamullah. Membaca Al-Qur'an adalah dzikir yang paling utama. Jika memungkinkan, bacalah beserta terjemahan dan tafsirnya. Renungkan ayat-ayat tentang kebesaran Allah, tentang surga dan neraka, tentang ampunan dan rahmat-Nya. Ini akan semakin melembutkan hati dan menambah kekhusyukan dalam berdoa.
Secara khusus, renungkanlah firman Allah dalam Surat Al-Ma'idah ayat 3, yang menurut banyak riwayat diturunkan pada hari Jum'at di Arafah saat Rasulullah melaksanakan Haji Wada'.
...الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا...
"...Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu..." (QS. Al-Ma'idah: 3)
Ayat ini menandakan kesempurnaan risalah Islam, sebuah nikmat terbesar yang patut kita syukuri di hari yang mulia ini.
b. Bersedekah
Sedekah adalah bukti keimanan dan cara untuk membersihkan harta serta jiwa. Bersedekah di hari Arafah memiliki nilai yang lebih besar. Tidak harus dengan jumlah yang banyak, berapapun yang kita mampu, selama itu ikhlas, akan menjadi pemberat timbangan kebaikan di sisi Allah. Salurkan sedekah kepada mereka yang membutuhkan: fakir miskin, anak yatim, atau lembaga-lembaga sosial yang terpercaya.
c. Menjaga Lisan dan Anggota Badan
Kesempurnaan puasa dan ibadah di hari Arafah adalah dengan menjaga seluruh anggota badan dari perbuatan dosa. Jaga lisan dari ghibah (menggunjing), namimah (adu domba), dan perkataan sia-sia. Jaga pandangan dari hal-hal yang haram. Jaga pendengaran dari musik yang melalaikan dan pembicaraan yang tidak bermanfaat. Fokuskan seluruh diri kita untuk beribadah kepada Allah.
Menyusun Jadwal Ibadah di Hari Arafah
Agar hari Arafah kita menjadi lebih produktif dan bermakna, ada baiknya kita membuat perencanaan sederhana. Berikut contoh jadwal yang bisa diadaptasi:
- Malam Arafah (Malam tanggal 9 Dzulhijjah): Persiapkan diri dengan tidur lebih awal. Siapkan daftar doa yang ingin dipanjatkan. Niatkan dalam hati untuk berpuasa esok hari.
- Waktu Sahur: Bangun untuk makan sahur, perbanyak istighfar dan doa di waktu mustajab ini.
- Setelah Shalat Shubuh: Jangan langsung tidur. Duduklah di tempat shalat untuk berdzikir pagi, membaca Al-Qur'an hingga matahari terbit. Lanjutkan dengan shalat syuruq (dhuha di awal waktu).
- Pagi Hari (Waktu Dhuha): Isi dengan aktivitas ringan sambil terus berdzikir dan bertakbir. Bisa juga diisi dengan membaca Al-Qur'an atau shalat Dhuha.
- Menjelang Dzuhur: Bersiap untuk shalat Dzuhur. Istirahat sejenak jika diperlukan untuk mengumpulkan tenaga untuk sore hari.
- Setelah Shalat Dzuhur dan Ashar: Inilah waktu puncak. Kosongkan jadwal Anda sepenuhnya. Matikan ponsel dan jauhi segala gangguan. Mulailah bermunajat kepada Allah. Bacalah dzikir `Laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah...` sebanyak-banyaknya. Panjatkan semua doa yang telah Anda siapkan. Menangislah, merintihlah, dan akuilah segala dosa. Lakukan ini terus menerus hingga menjelang waktu Maghrib.
- Menjelang Berbuka: Waktu menjelang berbuka adalah salah satu waktu mustajab untuk berdoa. Manfaatkan momen ini untuk memanjatkan doa-doa terakhir sebelum berbuka puasa.
- Saat Berbuka: Berbukalah dengan penuh rasa syukur. Jangan lupa membaca doa berbuka puasa.
- Malam Idul Adha: Setelah menunaikan shalat Maghrib dan Isya, hidupkan malam Idul Adha dengan takbir dan dzikir, sebagai bentuk syukur atas nikmat telah diberi kesempatan beribadah di hari Arafah.
Kesimpulan: Jangan Biarkan Berlalu Sia-sia
Hari Arafah adalah hadiah terindah dari Allah untuk hamba-hamba-Nya. Ia adalah pasar kebaikan di mana keuntungan yang ditawarkan adalah ampunan dosa, pembebasan dari neraka, dan terkabulnya doa. Ia adalah hari di mana rahmat Allah turun sederas hujan, membasahi jiwa-jiwa yang kering dan menghidupkan kembali hati yang layu.
Kerugian terbesar adalah ketika hari yang agung ini berlalu begitu saja, sementara kita masih sibuk dengan urusan dunia yang fana. Mari kita songsong hari Arafah dengan persiapan terbaik, dengan hati yang penuh harap dan jiwa yang haus akan ampunan. Manfaatkan setiap detiknya untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Semoga Allah memberikan kita taufik untuk dapat mengamalkan kebaikan-kebaikan di hari Arafah dan menerima seluruh amal ibadah kita, serta mengampuni segala dosa dan kesalahan kita. Aamiin ya Rabbal 'alamin.