Visualisasi perjalanan umroh dan sistem pengumpulan dana.
Pengantar Arisan Umroh
Dalam masyarakat Muslim Indonesia, keinginan untuk menunaikan ibadah umroh sangatlah tinggi. Namun, biaya yang signifikan seringkali menjadi penghalang. Salah satu solusi finansial yang populer dan telah mendarah daging adalah skema hukum arisan umroh. Arisan, secara harfiah berarti "mengumpulkan", adalah mekanisme pinjaman gotong royong di mana sekelompok orang menyisihkan sejumlah uang secara berkala, dan pada setiap periode, satu anggota berhak menerima seluruh akumulasi dana tersebut.
Ketika skema ini diaplikasikan pada biaya umroh, ini disebut arisan umroh. Para peserta berharap bahwa dengan sistem undian atau giliran, mereka akan mendapatkan porsi dana di waktu yang tepat untuk mendaftar dan berangkat haji kecil tersebut. Namun, karena melibatkan uang dan janji di masa depan, aspek keagamaan dan hukum arisan umroh menjadi subjek kajian penting dalam fikih muamalah kontemporer.
Dasar Hukum Arisan dalam Islam
Secara umum, arisan tidak secara eksplisit disebutkan dalam Al-Qur'an atau Hadits. Oleh karena itu, status hukumnya dikembalikan pada kaidah dasar muamalah, yaitu mubah (diperbolehkan) selama tidak mengandung unsur-unsur yang dilarang syariat, seperti riba (bunga), gharar (ketidakjelasan yang berlebihan), dan maisir (judi).
Para ulama kontemporer berbeda pendapat mengenai status arisan. Mayoritas membolehkan arisan dengan syarat-syarat tertentu. Arisan dilihat sebagai bentuk tolong-menolong atau utang piutang yang diatur secara kekeluargaan. Yang paling krusial adalah memastikan bahwa arisan tersebut bukan termasuk akad yang menyerupai jual beli atau utang-piutang ribawi.
Tinjauan Fiqih Terhadap Hukum Arisan Umroh
Ketika membahas hukum arisan umroh, kita harus menganalisis komponen dasarnya:
- Unsur Gharar: Dalam arisan murni (tanpa imbalan tambahan), ketidakpastian mengenai kapan giliran mendapatkan dana adalah hal yang wajar dan sering dianggap tidak berlebihan (gharar yasir) karena tujuannya adalah tabungan bersama, bukan transaksi spekulatif. Namun, jika ada janji keberangkatan tertentu yang sangat bergantung pada undian tersebut, maka unsur ketidakpastian harus diminimalisir.
- Unsur Riba: Riba terjadi jika ada kelebihan (tambahan) yang disyaratkan kepada anggota yang belum mendapatkan giliran, sebagai imbalan bagi yang sudah mendapatkan giliran. Arisan umroh yang sesuai syariat adalah arisan di mana setiap orang mengembalikan uang yang sama jumlahnya dengan yang ia terima di awal (tanpa penambahan atau pengurangan), kecuali potongan administrasi yang wajar dan disepakati bersama untuk biaya operasional.
- Tujuan dan Akad: Arisan umroh adalah skema pengumpulan dana untuk tujuan ibadah yang mulia. Dalam banyak pandangan, ini lebih mendekati akad ta'awun (tolong-menolong) daripada jual beli atau pinjaman berbunga.
Risiko dan Solusi dalam Praktik Arisan Umroh
Meskipun diperbolehkan, praktik hukum arisan umroh membawa risiko signifikan, terutama berkaitan dengan stabilitas keuangan penyelenggara dan kepastian jadwal keberangkatan.
Risiko terbesar adalah jika uang yang terkumpul tidak segera digunakan untuk biaya paket umroh (misalnya, karena adanya fluktuasi kurs atau penundaan visa) atau jika penyelenggara gagal bayar. Jika arisan dilakukan antar individu, risiko itu ditanggung bersama. Namun, jika melibatkan agen perjalanan, perlu diteliti lebih lanjut status uang tersebut. Apakah uang tersebut harus segera dialokasikan untuk pembelian tiket dan akomodasi saat giliran tiba, ataukah uang tersebut hanya dikelola?
Untuk menjaga kesesuaian syariat, praktik yang disarankan adalah:
- Transparansi Penuh: Semua peserta harus mengetahui prosedur, jumlah total, dan jadwal pengundian.
- Administrasi Wajar: Jika ada potongan, itu harus untuk biaya pengelolaan yang jelas, bukan keuntungan tambahan bagi pihak penyelenggara.
- Kepastian Keberangkatan: Ketika giliran seseorang tiba, dana harus segera dialokasikan untuk pembelian paket umroh, bukan ditahan atau diinvestasikan kembali tanpa izin.
Perbandingan dengan Skema Tabungan Haji/Umroh Resmi
Penting untuk membedakan arisan umroh dengan skema tabungan resmi yang dikelola oleh lembaga keuangan syariah atau biro perjalanan resmi. Skema resmi biasanya memberikan kepastian jadwal dan jaminan dana, meskipun mungkin memerlukan waktu tunggu lebih lama. Arisan umroh menawarkan kecepatan pencairan dana (jika beruntung), namun membawa risiko kegagalan kolektif yang harus diatasi melalui kepercayaan dan kesepakatan antar anggota. Memahami hukum arisan umroh membantu peserta menentukan pilihan finansial yang paling sesuai dengan keyakinan mereka.