Ilustrasi visualisasi dislokasi bahu
Sendi bahu adalah sendi paling bergerak dalam tubuh manusia, yang memberikannya rentang gerak luar biasa. Namun, mobilitas tinggi ini juga menjadikannya sendi yang paling rentan terhadap cedera, terutama dislokasi (terkilir). Dislokasi bahu terjadi ketika kepala tulang lengan atas (humerus) keluar sepenuhnya dari soketnya yang dangkal (glenoid). Memahami penyebab dislokasi bahu sangat penting untuk pencegahan dan penanganan yang tepat.
Penyebab paling umum dari dislokasi bahu adalah trauma fisik yang signifikan. Ini sering terjadi pada atlet atau dalam kecelakaan sehari-hari. Ketika energi tumbukan melebihi batas kekuatan jaringan lunak di sekitar sendi (ligamen dan kapsul sendi), tulang dapat terlepas dari tempatnya.
Meskipun trauma langsung adalah pemicu utama, gerakan yang dilakukan secara tiba-tiba, berlebihan, dan di luar batas normal juga bisa menyebabkan ketidakstabilan yang berujung pada dislokasi, terutama jika sendi bahu sudah lemah sebelumnya.
Aktivitas yang melibatkan gerakan melempar atau memutar bahu secara cepat dan kuat, seperti pada pelempar bola bisbol atau pemain voli, meningkatkan risiko ini jika otot penstabil tidak cukup kuat atau jika tendon rotator cuff mengalami keausan.
Beberapa individu memiliki kerentanan bawaan yang membuat mereka lebih mudah mengalami dislokasi bahu dibandingkan yang lain. Hal ini sering dikaitkan dengan kualitas jaringan ikat mereka.
Meskipun dislokasi sering diasosiasikan dengan trauma pada orang muda dan atletis, usia lanjut juga membawa risiko unik. Seiring bertambahnya usia, jaringan ikat dan tendon rotator cuff cenderung mengalami degenerasi atau robekan (tears). Bahu yang sudah mengalami kerusakan degeneratif akan memiliki stabilitas yang buruk, sehingga sedikit saja gerakan tiba-tiba dapat memicu dislokasi. Selain itu, orang lanjut usia lebih rentan mengalami cedera saat jatuh karena penurunan refleks dan kepadatan tulang.
Pada intinya, penyebab dislokasi bahu sebagian besar melibatkan kombinasi antara gaya eksternal yang kuat (trauma) dan kelemahan struktural internal (anatomi, cedera lama, atau kelemahan otot). Pencegahan difokuskan pada penguatan otot penstabil bahu dan menghindari aktivitas yang melibatkan beban atau gerakan tiba-tiba yang ekstrem. Jika Anda pernah mengalami dislokasi, sangat penting untuk mengikuti program rehabilitasi yang ketat untuk mengurangi risiko kekambuhan.